SUKABUMIUPDATE.com - Pepatah adalah pepatah sederhana dan tradisional, mengungkapkan kebenaran yang dirasakan berdasarkan akal sehat atau pengalaman. Ungkapan pepatah atau peribahasa adalah jenis ucapan konvensional yang mirip dengan peribahasa dan ditransmisikan oleh tradisi lisan.
Peribahasa sendiri mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua (biasanya dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara), dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Maka dari itu, disimpulkan bahwa pepatah adalah jenis peribahasa yang mengandung nasehat dari orang-orang tua yang berbentuk seperti kalimat.
Baca Juga: 10 Cara Mengetahui Karakter Seseorang, Perhatikan Bahasa Tubuhnya
Seperti etnis Sunda, masyarakat Jawa juga mengenal beberapa pepatah yang masih digunakan hingga saat ini, salah satunya yaitu sluman slumun slamet. Pepatah ini kerap digunakan oleh masyarakat Jawa dalam berbagai kegiatan.
Lantas apa arti Pepatah Jawa sluman slumun slamet? Simak penjelasannya sebagaimana dikutip via Suara.com!
Mengenal Pepatah Jawa Sluman Slumun Slamet
Sluman slumun slamet menjadi peribahasa Jawa yang sudah sangat melekat di kalangan orang Jawa. Bahkan bagi sebagian oramg Jawa, kata-kata ini bukan lagi sebagai peribahasa saja, namun juga sudah menjadi mantra ataupun doa bagi tiap pengucapnya.
Melansir dari berbagai sumber, Sluman Slumun Slamet merupakam sebuah mantra, atau doa untuk memohon kebaikan. Dalam bahasa terkini sluman slumun slamet menjadi teknik positif thingking untuk dapat menguasai diri, sehingga bisa memiliki pikiran yang jernih untuk dapat menentukan strategi agar bisa bergerak maju.
Baca Juga: 10 Dampak Buruk Inner Child yang Terluka, Memori Trauma Masa Kecil
Sederhananya, Sluman Slumun Slamet dapat didefinisikan sebagai seseorang yang ingin menggapai sebuah keberhasilan namun ia melakukannya secara diam-diam.
Selain itu, paribahasa ini juga diartikan seseorang yang sedang melakukan sesuatu yang besar, namun tidak membicarakannya atau memperlihatkannya kepada banyak orang yang penting berhasil.
Asal Usul Pepatah Sluman Slumun Slamet
Berdasarkan beberapa kisah yang masih diragukan keabsahanya kata Sluman sendiri diambil dari sebuah nama Nabi di dalam ajaran Islam yakni Nabi Sulaiman.
Diketahui, Nabi Sulaiman AS merupkan sosok nabi yang diberikam kelebihan menjadi seorang Raja paling kaya di masanya.
Baca Juga: 21 Kata-kata Motivasi Islami Nabi Muhammad, Quotes Bijak Tokoh Muslim
Selaim kaya raya Nabi Sulaiman AS juga menguasai bahasa jin dan juga hewan. Berkat kepiawaiannya ini, kemudian membuat beliau dingkat menjadi Nabi yang merajai dunia manusia, Jin serta Hewan atas kehendak Allah SWT.
Sementara, istilah Slumun diambil dari "salamun 'ala mursalin" yang menjadi penggalan akhir sebagai penutup doa yang bermakna permohonan keselamatan untuk seluruh nabi dan juga rasul. Sedangkan kata Slamet diambil dari bahasa Arab Salaam yang memiliki arti selamat.
Jadi, pada hakikatnya arti dan makna pepatah Jawa Sluman, Slumun, Slamet sangat dalam, yaitu seseorang yang tengah berusaha dan berdoa untuk selalu selamat karena pertolongan Allah SWT.
Sehingga tak heran pepatah ini banyak diucapkan oleh maayarakat ketika mereka melakukan berbagai kegiatan terutama saat hendak berpergian atau akan bekerja.
Kesalahpahaman tentang Pepatah Sluman Slumun Slamet
Masyarakat Jawa terkadang memiliki falsafah sing penting selamet atau yang penting selamat. Maka, jika kita melihat asal kata sluman slumun slamet di atas, sebenarnya mempunyai makna religius yang sangat mendalam.
Baca Juga: Ketahui 7 Penyebab TBC Tulang dan Cara Penularannya
Selain itu, pepatah ini juga ungkapan atau permohonan yang begitu tulus kepada sang pencipta. Namun terkadang banyak yang menyalah artikan pada yang terpenting selamat didunia saja.
Contohnya, seorang pegawai yang tidak pernah ketahuan ia datang terlambat maupun bolos, maka ia terkadang dijuluki sluman slumun slamet. Walaupun sebenarnya bolos kerja bukanlah bentuk keselamatan dari sisi religi.
Dan seharusnya hakikat pepatah Jawa Sluman, slumun dan slamet merupakan keselamatan yang didapat dijalan Tuhan dan bukan hanya sekedar keselamatan yang asal selamat dari mara bahaya saja.
Oleh karena itu, kita jangan sampai salah menggunakan atau mengartikan pepatah ini sebagai hal yang melenceng dari makna yang sebenarnya.
Sumber : Suara.com/Putri Ayu Nanda Sari