SUKABUMIUPDATE.com - Mayoritas warga di Kampung Waluran, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi merupakan anak dan cucu keturunan asal dari Jawa Tengah. Mereka memiliki tradisi yang dirawat turun temurun yang disebut dengan syukuran Suraan.
Tradisi Suraan yang setiap tahun digelar juga merupakan syukuran atas berdirinya Sanggar Seni Kuda Lumping dan Cepet di kampung mereka.
Pimpinan Sanggar Seni Kuda Lumping dan Cepet, Lamijan (62 tahun) mengatakan bahwa tradisi Suraan atau syukuran seni atas berdirinya kesenian atau selamatan seni sudah mulai dilaksanaakan sejak tahun 1972.
"Selamatan atau syukuran ini setiap tahun dilakukan pada bulan sura, yang diawali ritual pada malam Jumat kliwon di Gunung Condong Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Dan pada hari sabtu harus mengadakan syukuran seni dengan acara intinya sesajen, kenduri dan penampilan seni kuda lumping sama seni cepet," jelasnya kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (29/7/2023).
Baca Juga: Muhammad Jaenudin Ajak Warga Sukabumi Berpartisipasti dalam Pengelolaan Lingkungan
Menurut Lamijan, seni tradisional Kuda Lumping merupakan seni budaya yang berasal dari Jawa Tengah, dan kemudian tumbuh berkembang di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Tradisi itu kemudian dilestarikan sanggar budaya Lingkung Seni Kuda Lumping Fajar Muda.
Sanggar Seni Kuda Lumping dan Cepet Fajar Muda berdiri resmi berdiri pada tahun 1974 dengan Surat Keputusan (SK) Dinas P&K dibawah pimpinan Lamijan, dengan anggota sanggar sebanyak 40 orang yang terdiri dari penari, pemain gamelan dan pawang dengan alamat lengkapnya di Kampung Waluran RT 08/02 Desa Pangumbahan.
Lamijan mengatakan acara Suraan atau selamatan seni sebagai ungkapan rasa syukur pada Alloh SWT atas keberkahan dan keselamatan dalam memimpin kesenian, juga kepada para leluhur kami.
"Saya adalah pengurus generasi ke 6. Karena memang pimpinan Kuda Lumping dan Cepet Fajar Muda harus dari keturunan," tuturnya.
Ia menjelaskan, Seni Tradisional Kuda Lumping terdiri dari empat pentasan tarian, diataranya; Tari Baladewa, Tari Kuda Lumping, Tari Bendrong, Tari Cepet dan Kesurupan.
Baca Juga: Rumah Restorative Justice di Kota Sukabumi, Tangani Konflik Hukum dengan Musyawarah
Dalam pelaksanaannya, ucap Lamijan, sebelum Seni Tradisional Kuda Lumping ditampilkan harus disediakan sesajen berupa kembang kenanga, soka, mawar merah, mawar putih, minyak duyung, kemenyan, air kelapa, padi, pisang raja bulu, pisang ambon, teh manis, teh pahit, kopi manis, kopi pahit, air bening, daun dadap, telur ayam kampung dan kinangan daun sirih.
"Sesajen ini harus ada, karena inang atau roh leluhur akan merasuk pada anak wayang, dengan rupa-rupa kesenangannya, karena kalau tidak terpenuhi bakal ngamuk," imbuhnya.