SUKABUMIUPDATE.com - Abu Nawas adalah nama pujangga terkenal di zaman Daulah Bani Abbasiyyah. Nama lengkap Abu Nawas adalah Abu Ali Hasan bin Hani’ al-Hakami.
Penyair yang sangat masyhur ini, sebagaimana dikutip via kisahmuslim.com, sangat piawai dalam menggubah qoshidah syair. Alhasil, dia dianggap sebagai pemimpin para penyair di zamannya.
Abu Nawas, mengutip via Yoursay.Id (jaringan suara.com) amat populer hingga ceritanya dimuat dalam sebuah Novel.
Melalui andekdot-anekdotnya, kita mengenal Abu Nawas sebagai orang lucu yang hidup pada zaman kerajaan Khalifah Harun Ar-Rasyid. Sayangnya, saat ini sangat sulit mendeteksi mana anekdot Abu Nawas yang riil dan mana yang rekaan.
Baca Juga: 5 Mitos Batu Hitam di Dunia, Ada Misteri Sekitar Stadion Suryakencana Sukabumi!
Namun, jika membaca anekdot-anekdot Abu Nawas, maka akan dijumpai nilai-nlai luhur sufisme yang dapat dijadikan bahan pembelajaran, baik oleh orang dahulu, zaman sekarang, dan generasi yang akan datang. Nilai-nilai sufisme yang kental dalam anekdot-anekdot ini bahkan mungkin akan kekal hingga hari kiamat.
Baca Juga: Kisah Qarun di Zaman Nabi Musa AS: Gila Harta, Minta Didoakan Jadi Orang Kaya!
Siapa sangka Abu Nawas yang dikenal kocak dan gokil itu ternyata hafal Al-Quran (baca: hafidz) dan hadits, seorang dermawan yang saking dermawannya hingga ia hidup miskin. Abu Nawas juga pernah menjadi guru hadis dari tiga tokoh terkenal, yaitu Imam Syafi'i (pendiri Mazhab Syafi'i), Muhammad al-Amin (Khalifah Daulah Abbasiyah), dan al-Jahiz (prosais sekaligus teolog Mu'tazilah).
Dari buku Abu Nawas Sufi dan Penyair Ulung yang Jenaka, pembaca dapat mengetahui sejarah kehidupan Abu Nawas. Cerita Abu Nawas tersebut meliputi asal-usul, riwayat pendidikan, karakter dan kepribadian, akhir hayat, puisi-puisi terkenal Abu Nawas hingga anekdot-anekdot Abu Nawas yang mengandung nilai moderat, seimbang, adil dan toleran.
Penulis buku ini mencatat bahwa Abu Nawas belajar puisi kepada penyair Kufah, Abu Usamah Walibah bin al-Hubab al-Asadi, juga kepada Khalaf al-Ahmar.
Pengalaman Abu Nawas belajar kepada Khalaf terbilang sangat menarik. Ia hanya diajari teori puisi oleh Khalaf, padahal sudah sangat ingin menggubah sajak-sajaknya sendiri.
Baca Juga: 5 Bahasa Tubuh Tanda Orang Berbohong, Salah Satunya Ekspresi Wajah
Suatu waktu, Abu Nawas meminta izin kepada Khalaf untuk memulai praktik. Khalaf pun memberi syarat, jika Abu Nawas sudah hafal minimal seribu puisi kuno, maka ia boleh menggubah puisinya sendiri.
Abu Nawas lalu meminta untuk menghilang. Hanya dalam waktu singkat, ia kembali ke hadapan Khalaf dan mengatakan bahwa ia telah menghafal seribu puisi kuno. Khalaf menagih agar puisi-puisi yang telah dihafal Abu Nawas dibaca dengan keras.
Sedangkan untuk ilmu-ilmu Al-Qur'an, Abu Nawas belajar kepada Syeikh Abu Muhammad Ya'qub bin Ishaq al-Hadrami, sosok guru yang menjadi rujukan qira'at yang menguasai sepuluh model bacaan Al-Qur'an yang diakui saat itu.
Kemudian Abu Nawas diangkat menjadi pengajar ilmu hadis di sebuah madrasah di Basrah. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Imam Syafi'i, Muhammad al-Amin, dan al-Jahiz.
Sumber: Yoursay.Id (portal suara.com)