SUKABUMIUPDATE.com - Penggunaan Bahasa Sanskerta dalam karya-karya Mpu Tantular juga menunjukkan pengaruh agama Hindu-Buddha dalam sastra jawa kuno.
Sastra Jawa Kuno sendiri kerap mengangkat nilai-nilai spiritual dan filsafat yang berasal dari ajaran Hindu-Buddha. Adapun Bahasa Sanskerta digunakan sebagai medium untuk menyampaikan pesan-pesan tersebut.
Salah satu tokoh sastra terkenal yang dekat dengan Bahasa Sanskerta adalah Mpu Tantular. Ini karena Mpu Tantular menggunakan Bahasa Sanskerta sebagai basis untuk karya-karyanya, yang sering kali mengambil bentuk puisi kakawin.
Dalam karya-karya Mpu Tantular, terutama dalam kakawin "Sutasoma", banyak unsur Bahasa Sanskerta yang digunakan. Puisi-puisi ini menggabungkan elemen-elemen sastra Jawa Kuno dengan kosakata, struktur kalimat dan gaya puisi yang berasal dari Bahasa Sanskerta.
Baca Juga: 5 Mitos Batu Hitam di Dunia, Ada Misteri Sekitar Stadion Suryakencana Sukabumi!
Selain itu, alasan Mpu Tantular menggunakan Bahasa Sanskerta yakni sebagai alat untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dengan indah dan mendalam.
Mengenal Bahasa Sanskerta yang Digunakan Mpu Tantular
Mengutip p2k.stekom.ac.id, Bahasa Sanskerta (ejaan tidak baku: Sansekerta, Sangsekerta, Sanskrit, aksara Dewanagari: संस्कृतम्, saṃskṛtam[7]) termasuk bahasa kuno Asia Selatan yang merupakan cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa Sanskerta adalah bahasa suci umat Hindu, Buddha dan Jain.
Bahasa Sanskerta merupakan basantara Asia Selatan pada zaman kuno dan pertengahan, dan menjadi bahasa agama, kebudayaan, dan politik yang tersebar di sejumlah wilayah di Asia Tenggara, dan Tengah. Bahasa ini memberikan banyak pengaruh bahasa di Asia Selatan, Tenggara, dan Timur, khususnya melalui kosakata yang dipelajari.
Baca Juga: 5 Contoh Batu Alam Indonesia, di Warudoyong Sukabumi Jenis Apa?
Bahasa Sanskerta berkembang di Asia Selatan setelah moyangnya mengalami difusi trans-budaya di wilayah barat laut Asia Selatan pada Zaman Perunggu. Bahasa ini masih mempertahankan ciri-ciri bahasa Indo-Arya kuno.
Bentuk arkaisnya adalah bahasa Weda yang ditemukan dalam Regweda, kumpulan 1.028 himne yang disusun oleh masyarakat suku Indo-Arya yang bermigrasi di wilayah yang kini Afganistan hingga Pakistan dan kemudian India Utara. Bahasa Weda ini berakulturasi dengan bahasa kuno yang telah ada di anak benua India, menyerap kosakata yang berkaitan dengan nama-nama hewan dan tumbuhan; dan tambahannya, rumpun bahasa Dravida kuno mempengaruhi fonologi dan sintaksis Sanskerta.
Adapun Bahasa Indo-Eropa lain yang berhubungan dengan Sanskerta diantaranya bahasa Latin arkais dan klasik (ca. 600 SM–100 M, Italia zaman kuno), bahasa Gotik (bahasa Jermanik arkais, ca. 350 SM), bahasa Norse Kuno (ca. 200 SM ke atas), bahasa Avesta Kuno (ca. akhir milenium ke-2 SM) dan bahasa Avesta Muda (ca. 900 SM).
Baca Juga: 39 Rekomendasi Nama Anak Laki-Laki Bahasa Sansekerta, Penuh Makna dan Doa
Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat.
Sir William Jones, pada kesempatan berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:
"Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunoannya, memiliki struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, tetapi memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan. Sangat eratlah keterkaitan ini sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada." tutur Sir William Jones, dikutip Selasa (11/7/2023).
Bahasa Sanskerta di Indonesia
Bahasa Sanskerta telah lama hadir di Nusantara sejak ribuan tahun lalu, bahkan banyak nama orang Indonesia yang menggunakan nama-nama India atau Hindu (Sanskerta), meskipun tidak berarti bahwa mereka beragama Hindu.
Hal tersebut karena pengaruh budaya India yang datang ke Nusantara sejak ribuan tahun yang lalu selama pengindiaan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara (Hindu-Buddha). Kemudian sejak itu, budaya India ini dilihat sebagai bagian dari budaya Indonesia, terutama dalam budaya Jawa, Bali, dan beberapa bagian dari Nusantara lainya.
Dengan demikian, budaya Hindu atau India yang terkait di Indonesia hadir tidak hanya sebagai bagian dari agama, tetapi juga budaya. Akibatnya, adalah umum untuk menemukan orang-orang Indonesia muslim atau Kristen dengan nama-nama yang bernuansa India atau Sanskerta.
Sumber: Berbagai Sumber.