SUKABUMIUPDATE.com - Lokomotif Uap telah menjadi salah satu bagian sejarah di Indonesia khususnya di dunia perkeretaapian. Lokomotif yang ditenagai oleh uap ini kini sudah tidak lagi diproduksi dan perannya telah digantikan oleh lokomotif bertenaga diesel.
Namun, meski usianya telah berlalu puluhan bahkan ratusan tahun, keberadaan mereka tetap memikat hati masyarakat khususnya di Indonesia. Selain menjadi bagian dari sejarah perkeretaapian, penampilan ikonik dan khas dari lokomotif uap juga memberikan daya tarik tersendiri.
Di Indonesia sendiri saat ini masih ada beberapa lokomotif uap yang dioperasikan. Kebanyakan lokomotif-lokomotif ini bertugas untuk menarik kereta wisata.
Melansir dari laman resmi KAI, berikut beberapa lokomotif uap yang masih beroperasi hingga saat ini.
Baca Juga: Termasuk KA Siliwangi, Ini 7 Nama Kereta Api Terinspirasi dari Tokoh atau Kerajaan
1. Lokomotif B25
Lokomotif B25 buatan pabrik Esslingen (Jerman) mulai dioperasionalkan pada tahun 1902. Lokomotif ini merupakan lokomotif yang unik karena memiliki roda gigi, penggunaan roda gigi memungkinkan kecuraman 65 persen dapat dilalui meskipun dengan kecepatan rendah 10 km/jam.
Lokomotif uapB25 mempunyai berat 31 ton dan tekanan boiler 12,25 atm. Lokomotif dengan tenaga 360 ini dapat menampung persediaan air 2 m3 serta kayu 1,5 ton. Kekuatan tarik sebesar 5.340 kg sedang ketika menggunakan roda gigi 10.950 kg.
Saat ini masih tersisa 3 (tiga) unit lokomotif uap seri B25 yang masih bisa dijumpai yaitu lokomotif uap B25 02 dan B25 03 yang masih operasional untuk melayani kereta wisata rute Ambarawa - Bedono sedangkan lokomotif uap B25 01 menjadi monumen statis di Monumen Palagan Ambarawa.
Baca Juga: 5 Fakta TKW Cianjur Diduga Jadi PSK di Arab, Viral Usai Anak Minta Tolong Kapolri
2. Lokomotif B51
Perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) membeli lokomotif uap B51 sebanyak 44 buah dari 3 pabrik yang berbeda. 44 lokomotif B51 didatangkan secara bertahap pada tahun 1900-1910. Lokomotif B51 menggunakan bahan bakar kayu jati dan didesain untuk dioperasikan di jalur datar. Lokomotif B51 memiliki daya 450 dengan kecepatan layanan 80 km/jam.
Berat lokomotif ini sebesar 31,2 ton dan berat tender 20,6 ton. Dimensi Panjang 14,282 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 3,7 meter.
Walaupun sudah hampir 30 tahun lebih dalam keadaan mati namun kondisi ketel lokomotif B5112 relatif masih baik. Sehingga kurun tahun 2011-2014 dilakukan restorasi guna menarik rangkaian Kereta Wisata di Ambarawa.
3. Lokomotif C12
Diproduksi tahun 1892-1902 oleh pabrik Hartmann (Jerman), lokomotif ini bertugas untuk dinas langsir atau lokomotif penarik kereta penumpang/barang pada rute jarak pendek dan datar di pulau Jawa. Lokomotif C12 memiliki berat 31,3 ton dan panjang 8,575 meter dengan kecepatan layanan 45 km/jam serta memiliki daya 360. Lokomotif dengan tekanan 10 atm ini memiliki daya tarik 4500 kg.
Pada bulan September 2009, atas permintaan dari Pemerintah Kota Solo, lokomotif uap C12 18 dipindah dari Ambarawa ke Solo untuk dijadikan sebagai penarik Kereta Api Wisata Jaladara dengan rute Purwosari - Solo Kota.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Toko Perlengkapan Olahraga di Sukabumi, Cek Lokasinya Disini!
4. Lokomotif D14
Lokomotif uap seri D14 merupakan lokomotif uap yang didatangkan oleh Staatsspoorwegen (SS) yang berasal dari dua pabrikan berbeda. Tahunnya pun berbeda, yaitu buatan tahun 1921 untuk D14 bernomor 01-12, dan tahun 1922 untuk yang bernomor 13-24. Lokomotif berbobot 68,66 ton ini memiliki tekanan boiler 12 atm. Melaju dengan kecepatan rata-rata 45 km/jam.
Dimensi lokomotif ini ialah Panjang 12,65 meter, lebar 2,7 meter dan tinggi 3,7 meter. Mampu menampung persediaan air sejumlah 9 m3 dan penyimpanan batu bara sebesar 3 ton. Pada tahun 2016 lokomotif ini dipindahkan ke Solo dari Museum Transportasi TMII untuk direstorasi selanjutnya dibawa ke Balai Yasa Yogyakarta. Lokomotif ini kemudian diresmikan sebagai armada pariwisata kota Solo pada 16 Februari 2020.
Baca Juga: 5 Mitos Batu Hitam di Dunia, Ada Misteri Sekitar Stadion Suryakencana Sukabumi!
5. Lokomotif E10
Lokomotif uap E10 yang dilengkapi dengan roda gigi yang bertugas mengait rel bergerigi yang ada dibawahnya. Lokomotif ini didatangkan sejumlah 22 buah pada tahun 1921, 1926 dan 1928 dari pabrik Esslingen Jerman) dan SLM (Swiss) oleh Staatsspoorweg ter Sumatra's Westkust (SSS). Lokomotif memiliki berat 56,4 ton dengan tekanan boiler 14 atm. Kecepatan layanan 50 km/jam dengan kekuatan tarik 9.000 kg.
Lokomotif ini berdimensi Panjang 10,224 meter dan tinggi 3,714 meter. Guna mendukung operasional dibekali penyimpanan batu bara 2 ton dan persediaan air 6 m3. Kini, tersisa dua unit yakni E1060 “Mak Itam" di Sawahlunto dan E1016 sebagai koleksi di Museum Transportasi, TMII.
Pada 20 Desember 2022 lalu, telah dilaksakanan peresmian pengoperasian kembali Kereta Api Wisata Mak Itam di jalur Sawahlunto - Muaro Kalaban, Sumatera Barat setelah sebelumnya berhenti beroperasi sejak tahun 2014.
Itulah beberapa lokomotif uap yang masih beroperasi hingga saat ini di Indonesia.
Sumber: heritage.kai.id