Kosmologi Kasepuhan, Konsep Hidup Masyarakat Kampung Sinaresmi Sukabumi

Minggu 09 Juli 2023, 16:00 WIB
Kosmologi Kasepuhan, Konsep Hidup Masyarakat Kampung Sinaresmi Sukabumi (Sumber : Instagram/@genpisukabumi)

Kosmologi Kasepuhan, Konsep Hidup Masyarakat Kampung Sinaresmi Sukabumi (Sumber : Instagram/@genpisukabumi)

SUKABUMIUPDATE.com - Sinaresmi merupakan salah satu Kampung Adat di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Cisolok. Banyak tradisi Kampung Adat Sinaresmi yang dapat dikaji, salah satunya soal Konsep Kosmologi.

Ya, Konsep Kosmologi menjadi salah satu prinsip hidup masyarakat Kampung Adat Sinaresmi, Kecamatan, Kabupaten Sukabumi. Lantas, apa itu Kosmologi?

Sebagai bagian dari warga Sukabumi, mari mengenal Konsep Kosmologi yang dipegang oleh masyarakat Kampung Adat Sinaresmi, Kabupaten Sukabumi. Informasi kemudian dikutip dari laman resmi Kemdikbud RI tentang "Kesatuan Adat Kasepuhan: Melestarikan Tradisi Lestari" Kamis (6/7/2023).

Baca Juga: Cara Cek Hasil PPDB Sukabumi 2023 Jenjang SMA/Sederajat

Seperti diketahui, wilayah komunitas Kasepuhan Adat Sinar Resmi dikelilingi oleh lahan pertanian huma, sawah dan perkebunan.

Lokasi Kampung Adat Sinaresmi ini membentuk tradisi utama Kasepuhan, yakni mata pencaharian yang bertumpu pada pertanian padi huma. Kemudian juga menciptakan pola hubungan manusia dengan alam dan aturan bagaimana manusia mengelola sumber daya alam, sekaligus menegaskan pola adaptasi manusia dan pemenuhan nafkah keluarga yang bertumpu pada pertanian.

Dari generasi ke generasi, warga Kasepuhan diajar dan dituntut untuk mengenal dan bergaul akrab dengan lingkungan alamnya. Pergaulan, imajinasi, pengetahuan dan pemahaman tentang hakekat alam ini menghasilkan kosmologi Kasepuhan.

Kosmologi Kasepuhan merupakan sebuah pandangan dunia yang memahami bahwa alam semesta adalah sebuah sistem yang teratur dan seimbang. Konsep Kosmologi Kasepuhan akan tetap lestari, selama elemen-elemennya masih tetap ada dan terkontrol oleh hukum keteraturan dan keseimbangan yang dikendalikan oleh pusat kosmiknya.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Bus Sukabumi Tujuan Bandung-Palabuhanratu: Harga dan Fasilitas

Pola pertanian tradisional Kasepuhan sangat erat kaitannya dengan praktik pertanian, institusi sosial dan sistem kepercayaan dengan unsur-unsur alam seperti air, tanah, udara, cuaca, sinar matahari dan sebagainya (Ibu Bumi, Bapak Langit dan Guru Mangsa). Konsep Kosmologi menggantungkan aktivitas pertanian pada kepercayaan terhadap alam bahwa mengolah lahan pertanian, sama halnya dengan memperlakukan bumi selayaknya manusia (ibu).

Dengan Kosmologi ini, masyarakat Kasepuhan hanya menanam padi tertentu, pantang menjual beras dan mematuhi perintah untuk berpindah tempat menurut wangsit karuhun (leluhur, nenek moyang). Ini diperoleh melalui Abah dan penerusnya. Jika tradisi ini dilanggar, maka akan mendapat kabendon (hukuman adat).

Bertani cukup setahun sekali untuk menghormati Ibu Bumi, karena bumi dianggap sebagai makhluk hidup, sehingga tidak baik jika dipaksa melahirkan dua kali dalam setahun.

Dalam pengalaman Kasepuhan, menanam padi yang dipacu untuk intensifikasi memang bisa menghasilkan panen dua kali setahun. Akan tetapi padi yang dihasilkan justru kurus dan tidak ada sisa yang bisa disimpan, malah paceklik.

Secara logika, panen dua kali berarti membutuhkan dua buah leuit untuk menyimpan hasil panen, tetapi kenyataannya justru kosong. Tidak ada padi yang bisa disimpan, karena habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan padi cepat membusuk.

Baca Juga: 28 Rekomendasi Nama Anak Bahasa Sunda, Ada Arti Ningrat Siliwangi!

Warga Kasepuhan mengenal sekitar 50 jenis padi. Dengan pola tanam-panen sekali dalam setahun, padi yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik, gemuk.
Hasil panen ada yang bisa disimpan, sekaligus menjaga ketahanan pangan. Padi yang disimpan ini dapat bertahan hingga berpuluh-puluh tahun lamanya.

Bagi masyarakat Kasepuhan, menanam padi adalah bagian dari menjaga keselarasan dengan alam, menjaga keteraturan kosmik.

Pandangan Kosmologi Kasepuhan Sinaresmi tersebut terangkum dalam “Beuteung seubeuh, baju weuteuh, imah pageuh, pamajikan reuneuh” (perut terisi, baju pantas, rumah kokoh, kesinambungan keturunan). Maknanya yakni hasil tani dari menggarap tanah tidak perlu menunjukkan produktivitas tinggi, karena dapat menyebabkan lahan rusak. Namun yang penting, hasil tani dapat memenuhi semua kebutuhan hidup, bahkan membuat hidup menjadi tentram dengan masih bisa menghidupi keturunan dan terpenuhinya bahan makan.

Sumber: Kebudayaan Kemdikbud RI

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini
Bola18 Januari 2025, 12:00 WIB

Prediksi PSM Makassar vs PSBS Biak di Liga 1: H2H, Susunan Pemain dan Skor

PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025.
PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025. (Sumber : Instagram/@psbsofficial/X/@psm_makassar).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:57 WIB

Satpam Asal Sukabumi Tewas di Rumah Mewah Bogor, Keluarga Temukan Banyak Luka Serius

Korban sempat menghubungi istrinya melalui pesan singkat.
Rumah duka Septian (37 tahun) di Kampung Cibarengkok RW 01, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Ilyas Supendi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:36 WIB

Daftar SKPD dengan Aduan Terbanyak pada 2024, Menurut Data Diskominfo Kota Sukabumi

Pemerintah Kota Sukabumi menerima 106 aduan masyarakat sepanjang 2024.
Apel di Lapang Setda Balai Kota Sukabumi pada Senin (15/7/2024). | Foto: Dokpim Kota Sukabumi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:20 WIB

Tahun 2025, Dishub Kota Sukabumi Bakal Perketat Pengawasan Kendaraan Pariwisata

UPTD PKB Dishub akan melakukan upaya untuk mendukung pemerintah pusat.
Kepala UPTD PKB Dishub Kota Sukabumi, Endro. | Foto: Website Kota Sukabumi
Aplikasi18 Januari 2025, 11:15 WIB

Raksasa Mesin Pencari Google Mulai Ditinggalkan, Ternyata Teknologi Ini Penggantinya!

Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda.
Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda. (Sumber : Pixabay.com/@Simon).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:06 WIB

Diskominfo Rilis Laporan 2024: SP4N-Lapor Kota Sukabumi Terima 106 Aduan Masyarakat

Mei menjadi bulan tertinggi dengan 15 aduan.
(Foto Ilustrasi) Diskominfo Kota Sukabumi merilis data yang masuk ke SP4N Lapor sepanjang 2024. | Foto: Istimewa
Food & Travel18 Januari 2025, 10:47 WIB

Kembalikan Ikon Wisata Lokal, Pemdes dan Warga Bersihkan Curug Caweni di Cidolog Sukabumi

Sejak pandemi Covid-19, jumlah wisatawan Curug Caweni mengalami penurunan.
Kondisi Curug Caweni di Kampung Cilutung, Desa/Kecamatan Cidolog, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa
Sukabumi18 Januari 2025, 10:12 WIB

Akses Kendaraan Lumpuh! Longsor Kembali Tutup Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi

Akses kendaraan untuk roda empat atau mobil lumpuh total.
Material longsor menutup Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Istimewa
Food & Travel18 Januari 2025, 10:00 WIB

Menyatu dengan Alam di Curug Sawer, Hanya 30 Menit dari Kota Sukabumi

Tersembunyi di tengah hutan yang rimbun, Curug Sawer ini menawarkan keindahan alam yang masih asri dan suasana yang tenang.
Curug Sawer adalah salah satu destinasi wisata alam yang menarik di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Sumber : Screenshot YouTube/@Kemanapedia).
Entertainment18 Januari 2025, 09:50 WIB

Sherina Munaf Gugat Cerai Baskara Mahendra Usai 4 Tahun Menikah

Kabar mengejutkan datang dari kehidupan rumah tangga penyanyi Sherina Munaf dan musisi Baskara Mahendra. Setelah hampir empat tahun menikah, Sherina resmi menggugat cerai Baskara ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Sherina Munaf Gugat Cerai Baskara Mahendra Usai 4 Tahun Menikah (Sumber : Twitter/@akuratco)