SUKABUMIUPDATE.com - Mitos 'tong diuk na lawang panto, bisi nongtot jodo' kerap dipercaya oleh sebagian masyarakat Sunda. Ya, penghuni tanah pasundan masih ada yang meyakini tradisi-tradisi yang diturunkan oleh leluhurnya.
Seperti mitos duduk di depan pintu yang kerap disebut bisa menghalangi datangnya jodoh. Padahal, masyarakat Sunda modern meyakini hal itu hanya bentuk wanti-wanti agar tidak menghalangi jalan masuk.
Mitos jodoh ini tidak asing bagi remaja angkatan 90-an. Ocehan para orang tua yang melarang anaknya untuk tidak duduk di depan pintu sudah menjadi makanan sehari-hari.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Studio Foto di Sukabumi, Harga Murah Lokasi Strategis!
Larangan itu (duduk di depan pintu menghalangi jodoh) pun terus berkembang hingga menjadi mitos di masyarakat. Akan tetapi jika dipikirkan apakah hal tersebut berkaitan secara nyata? Simak penjelasannya sebagaimana dikutip via indotnesia.suara.com!
Meski tak ada bukti nyata duduk di depan pintu bisa menghalangi jodoh, namun kebiasaan tersebut sebaiknya dihindari.
Pasalnya, duduk di depan pintu dapat menghalangi akses keluar masuk rumah. Hal itu tentu saja mengganggu penghuni atau pun tamu yang ingin masuk, tak terkecuali dengan orang yang ingin datang melamar.
Bukan hanya itu, kebiasaan ini juga kerap dikaitkan sebagai takhayul yang dapat menghalangi atau membuat rejeki menjadi seret. Alasan logis serupa, rejeki tidak datang pada orang yang hanya duduk-duduk saja.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Tempat Wisata Sekitar Bocimi, Lewat Tol Ciawi Sukabumi
Selain dikaitkan dengan jodoh dan rejeki, bagi ibu hamil yang punya kebiasaan duduk di depan pintu disebut akan kesulitan melahirkan. Hal itu bisa jadi masuk akal karena duduk di depan pintu dapat menghambat sirkulasi udara serta cahaya matahari yang harusnya masuk ke rumah.
Selain itu juga menghalangi pemandangan luar yang bisa membuat sumpek.
Jadi, meski mitos duduk di depan pintu dikaitkan dapat menghalangi jodoh, rejeki, dan sulit melahirkan bagi ibu hamil tetapi tak ada salahnya menjauhkan kebiasaan ini karena memiliki alasan-alasan yang logis.
Sumber: indotnesia.suara.com