SUKABUMIUPDATE.com - Mental Illness (mental disorder), disebut juga dengan gangguan mental atau jiwa, menurut Kementerian Kesehatan RI. Kondisi kesehatan ini dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi diantaranya.
Gangguan mental ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis). Baik dalam kondisi ringan maupun parah yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
World Health Organization, sebagaimana dikutip via Yoursay.Id -jaringan suara.com, menyebutkan ada 300 juta orang diseluruh dunia yang mengalami gangguan mental atau kejiwaan pada tahun 2022 lalu.
Dan di Indonesia sendiri terdapat 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku, seperti dilansir dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022.
Baca Juga: Puing Kapal Selam Wisata Titanic Ditemukan, Titan Renggut 5 Nyawa Penumpang
Jika tidak segera ditangani, gangguan mental pada remaja dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti perasaan tidak bahagia dalam hidup, konflik dengan keluarga, terasing dari lingkungan sosial, keinginan untuk bunuh diri atau mencelakai orang lain, hingga kecanduan alkohol dan obat terlarang, seperti dikutip pada laman Mayoclinic.org
Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum memahami tentang ciri gangguan mental yang dialami oleh remaja. Kebanyakan dari mereka justru mengganggap hal ini sebagai proses pendewasaan diri.
Untuk itu, artikel ini akan membahas tentang beberapa ciri gangguan mental pada remaja. Melansir dari laman National Institute of Mental Health, dan Mental Health Foundation, berikut lima diantaranya:
Ciri Gangguan Mental Remaja
1. Sulit Mengontrol Emosi
Mood swing akibat perubahan hormon saat masa pubertas memang menjadi hal yang normal dikalangan remaja.
Akan tetapi, jika mereka terkesan lebih sensitif, tidak mampu mengelola emosi, merasakan sedih mendalam, atau marah yang meledak-ledak tanpa alasan yang jelas, maka orang tua perlu waspada. Pasalnya, kondisi ini telah mengarah pada gangguan mental yang berbahaya.
2. Perubahan Perilaku Tidak Wajar
Ada beberapa perilaku tidak wajar pada remaja yang mengarah pada gangguan mental, yakni memberontak, mengamuk, arogan, mudah tersinggung, atau kembali seperti anak kecil.
Selain itu, adapula remaja yang kesulitan bersosialisasi, berupaya menarik diri dari lingkungan, hingga kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan, seperti pergi ke sekolah, melakukan hobi, berkumpul bersama teman, atau mengikuti ekstrakulikuler yang sangat mereka sukai.
3. Prestasi Sekolah Menurun
Berbagai perubahan negatif yang terjadi pada remaja akan ikut mempengaruhi prestasi di sekolah. Pasalnya, gangguan mental berpotensi menurunkan fungsi kognitif, kemampuan berfikir, hingga kemampuan dalam memecahkan suatu masalah.
4. Insomnia dan Anoreksia
Ketika kondisi psikis terganggu, maka keinginan untuk tidur menjadi berkurang atau tidak tidur sama sekali.
Baca Juga: Bacaan Niat Kurban Idul Adha untuk Diri Sendiri dan Keluarga Lengkap Tata Caranya
Kondisi ini disebabkan oleh tingginya kadar hormon stres didalam tubuh serta menurunkan produksi hormon bahagia seperti serotonin, dopamin, dan endorfin. Selain tidur, stres juga mempengaruhi keinginan untuk makan.
Bagi remaja yang memiliki citra tubuh negatif akibat berat badan berlebih, mereka dapat mengurangi porsi makan secara ekstrem atau tidak makan sama sekali. Hal ini akan memicu anoreksia, bulimia, hingga stress eating.
5. Kebiasaan Negatif
Ketidakmampuan mengekspresikan dan mengelola emosi dengan baik juga akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Remaja tak ragu untuk melakukan hal-hal negatif seperti merokok, mengonsumsi alkohol, penggunaan obat terlarang, hingga menyakiti diri sendiri untuk melepaskan emosi yang tak tersalurkan dengan baik.
Adapun, jika orang tua menemukan beberapa ciri diatas, sebaiknya membawa para remaja untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater agar mendapat penanganan yang tepat.
Sumber: Yoursay.Id (Portal Suara.com)