SUKABUMIUPDATE.com - Keberhasilan cerita Wayang Golek tak dapat dipisahkan dari unsur Dalang.
Nilai budaya Sunda silih asih, silih asuh, dan silih asah dekat dengan 4 golongan Tokoh Wayang Golek. Yakni Golongan Satria, Golongan Ponggawa, Golongan Buta (raksasa) dan Golongan Panakawan/Punakawan.
Silih asih yaitu saling menyayangi dan mencintai yang dapat dilakukan dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Pemberian ungkapan tadi dapat dilakukan dengan cara saling menjaga, mengasuh, dan merangkul antara individu satu dengan yang lain, hal ini yang dimaksud dengan silih asuh serta bukti nyata nilai tersebut tercermin di dalam silih asah.
Peran Dalang dalam Cerita Wayang Golek
Pemberian penafsiran oleh aktor (dalang) dalam seni pertunjukan wayang golek tentang pemaknaan nilai budaya berguna agar masyarakat mudah memahami dan menerapkan isi kandungannya. Ini adalah upaya kontirbusi dalang dalam cerita wayang golek selain daripada mengandalkan penokohan satria, ponggawa dan punakawan.
Contohnya, berkaitan dengan hubungan antara nilai budaya Sunda silih asih, silih asuh, dan silih asah yang menyerap dari nilai-nilai keagamaan. Diketahui bahwa golongan punakawan tokoh atau lakonnya yaitu Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng.
Baca Juga: Cara Cek Pengumuman Hasil Seleksi PPDB Jawa Barat 2023 jenjang SMA/Sederajat
Ki Dalang Wisnu Sunarya menambahkan bahwa dominannya Semar sebagai tokoh atau lakon penasehat sebagaimana dalam kehidupan nyata disebut dengan tokoh keagamaan dan tokoh masyarakat.
Mengutip penelitian Sauky, M. Asfahani; Bukhori, Bukhori. (2021) bertajuk "Makna Sosial dalam Nilai-nilai Budaya Sunda pada Lakon Wayang Golek Ki Dalang Wisnu Sunarya" soal Dalang dalam Cerita Wayang Golek.
Secara kajian sosiologis, terdapat komponen interaksi sosial, simbol, dan makna yang harus menjadi satu keutuhan agar dapat membawa masyarakat yang hadir ikut larut dengan alur ceritanya. Dan disini, kekhasan kemampuan berpikir seorang aktor (dalang) akan diuji.
Masyarakat dapat memahami dan menerapkan nilai budaya Sunda dalam setiap alur cerita yang dibawakan melalui penggambaran beberapa tokoh atau lakon wayang. Seorang dalang harus begitu menjiwai ketika memainkan boneka wayangnya, agar apa yang menjadi keinginan masyarakat (penonton) dapat terpenuhi.
Baca Juga: Viral Mimpi SBY Bareng Jokowi-Megawati, Siapa Presiden Indonesia ke-8?
Pemahaman masyarakat terhadap nilai budaya Sunda itu yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah salah satu contoh dari “jago dan majunya” seorang dalang. Artinya bahwa masyarakat yang datang menyaksikan pertunjukan wayang telah terpenuhi apa yang menjadi keinginannya.
Selain daripada itu, menjadi seorang dalang bukanlah profesi yang sembarangan dapat dilakukan. Karena keinginan masyarakat (penonton) yang datang menyaksikan pertunjukan harus terpenuhi.
Melalui alur cerita yang dibawakan, masyarakat (penonton) yang hadir dibawa larut terlebih dahulu ke dalam setiap cerita wayangnya. Keahlian dalang dalam cerita wayang golek betul-betul bepengaruh besar terhadap kepuasan penonton.
Seperti diketahui, Wayang Golek sendiri termasuk salah satu ragam kesenian wayang yang dibuat dari kayu dan merupakan hasil perkembangan dari wayang kulit. Meskipun Wayang Golek memiliki banyak perbedaan dengan wayang kulit, tetapi pakem dan jalan cerita wayang golek ini sama dengan wayang kulit.
Sumber: Jurnal UIN SGD