SUKABUMIUPDATE.com - Sindrom Munchausen perlu diketahui oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Tak terbatas usia, mulai dari orang tua hingga anak-anak, penting untuk mengenali Sindrom Munchausen ini.
Sindrom Munchausen adalah kondisi ketika seseorang gemar berpura-pura sakit. Baik untuk alasan tidak ingin masuk kerja atau masuk sekolah.
Ada penyebab sederhana mengapa seseorang mengalami Sindrom Munchausen, seperti menghindari pelajaran killer di sekolah (baca: Matematika).
Baca Juga: Cerita Mbah Jambrong Situ Ciburuy, Dedemit di Cikakak Sukabumi?
Namun tidak semua orang berpura-pura sakit adalah pengidap Sindrom Munchausen. Mereka yang terlalu sering beralasan sakit lah yang disinyalir mengidap Sindrom Munchausen.
Melansir Medicalnewstoday.com via Yoursay.Id -jaringan suara.com, Sindrom Munchausen didefinisikan sebagai gangguan psikologis yang membuat seseorang berpura-pura sakit dan dengan sengaja menciptakan suatu gejala yang terkait dengan penyakit tersebut.
Para pengidapnya tak akan ragu untuk pergi ke rumah sakit atau menjalani berbagai tes kesehatan hanya untuk meyakinkan orang lain bahwa mereka sedang sakit. Bahkan dalam kondisi yang lebih parah, pengidap sindrom munchausen juga dapat melukai diri sendiri untuk menunjukkan gejala palsu.
Baca Juga: Mengenal Situ Ciburuy: Objek Wisata Air di Padalarang, Bandung Barat
Ada beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan seseorang mengalami Sindrom Munchausen, yakni menyampaikan gejala penyakit dengan tidak konsisten atau berubah-ubah, tetap memaksakan adanya gejala penyakit baru meski hasil tes menunjukkan hasil negatif, merasakan gejala penyakit yang tidak berkaitan satu sama lain.
Pengidap Sindrom Munchausen juga kerap menolak untuk diajak ke psikolog karena merasa dirinya benar-benar sakit, memiliki kebiasaan berbohong atau mengarang cerita, dan memiliki masalah dengan identitas atau kepercayaan diri, seperti dilansir pada laman clevelandclinic.org
Maka dari itu, penting untuk mengetahui penyebab seseorang memiliki Sindrom Munchausen. Berikut ulasannya seperti melansir dari Healthline.com:
1. Trauma Masa Kecil
Penyebab utama Sindrom Munchausen yaitu trauma yang pernah dirasakan pada masa kecil. Misalnya saat seorang anak jarang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Sehingga mereka dengan sengaja berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian tersebut.
Pengalaman masa lalu ini akan ikut terbawa hingga dewasa, dimana mereka akan berupaya memberi kabar bohong tentang penyakit yang diderita hanya untuk mendapatkan perhatian lebih dari orang lain.
2. Riwayat Penyakit
Anak-anak yang sakit tentu akan mendapatkan perhatian khusus dari orang tuanya. Kondisi ini membuat mereka terbiasa mendapatkan perhatian, terlebih jika anak tersebut menderita penyakit kronis.
Sayangnya, kesembuhan penyakit justru menjadi hal yang tidak terlalu mereka harapkan, karena takut akan kehilangan perhatian tersebut. Akibatnya, mereka berpura-pura sakit untuk mendapatkan kembali perhatian tersebut.
3. Gangguan Kepribadian
Ada tiga jenis gangguan kepribadian yang memicu sindrom munchausen, yakni anti sosial, ambang, dan narsistik. Ketiga jenis gangguan kepribadian ini pada dasarnya memiliki latar belakang yang sama, yaitu ketidakmampuan untuk mengontrol perasaan, keinginan untuk diperhatikan dan diistimewakan oleh orang lain.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Asperger: Pengidap Disabilitas yang Cerdas, Termasuk Autis?
Untuk mengatasi masalah ini, para pengidap Sindrom Munchausen harus mendapatkan penanganan langsung dari psikolog atau psikiater.
Sumber: Yoursay.Id (Portal Suara.com)