SUKABUMIUPDATE.com - Bahasa Sunda, atau sering disebut sebagai basa Sunda menjadi salah satu bahasa daerah yang banyak digunakan khususnya di Jawa Barat dan Banten.
Bahasa Indonesia juga menjadi kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Bahasa memiliki nilai budaya yang penting bagi masyarakat khususnya di Jawa Barat dan Banten.
Meskipun penggunaan bahasa ini sedang mengalami penurunan, upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan Bahasa Sunda terus dilakukan melalui pendidikan, sastra, dan kegiatan kebudayaan.
Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang Bahasa Sunda.
Baca Juga: Nilai Budaya Sunda dari Kesenian Wayang Golek: Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh
1. Penggunaan
Bahasa Sunda banyak digunakan oleh masyarakat di Jawa Barat, terutama di kota-kota seperti Bandung, Bogor, Sukabumi, Cianjur Garut Ciamis dan sekitarnya. Selain itu, bahasa ini juga digunakan di daerah-daerah di sekitar Jawa Barat seperti Banten, Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah.
2. Aksara
Tradisionalnya, Bahasa Sunda menggunakan aksara Sunda, yang memiliki kesamaan dengan aksara Jawa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan aksara Sunda sudah tidak seumum dulu. Saat ini, Bahasa Sunda umumnya ditulis menggunakan alfabet Latin seperti yang digunakan dalam bahasa Indonesia.
Baca Juga: Lagu Karang Hawu dari Fanny Sabila dan Maliq Ibrahim, Ceritakan Indahnya Palabuhanratu
3. Fonologi
Bahasa Sunda memiliki sistem bunyi yang kaya, termasuk vokal panjang dan pendek, konsonan, dan glotisasi. Terdapat delapan vokal dalam Bahasa Sunda, yaitu /a/, /i/, /u/, /é/, /è/, /o/, /é/, dan /eu/. Konsonan-konsonan dalam Bahasa Sunda juga mirip dengan konsonan-konsonan dalam bahasa Indonesia, namun ada beberapa perbedaan seperti /b/, /d/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /ng/, /ny/, /p/, /r/, /s/, /t/, /w/, dan /y/.
Terdapat beberapa bunyi yang unik dalam Bahasa Sunda, seperti bunyi glotisasi (misalnya, "teu" untuk menunjukkan negasi) dan bunyi ejaan khusus yang mungkin berbeda dari ejaan bahasa Indonesia (misalnya, "ng" untuk bunyi /ŋ/).
Baca Juga: 62 Contoh Paribasa Sunda dan Artinya: Adean Ku Kuda Beureum
4. Tata Bahasa
Bahasa Sunda memiliki sistem tata bahasa yang mirip dengan bahasa-bahasa Austronesia lainnya. Beberapa ciri khas tata bahasa Bahasa Sunda antara lain penggunaan awalan dan akhiran untuk menunjukkan perubahan makna kata, penggunaan partikel untuk menunjukkan hubungan antara kata, dan penggunaan bentuk krama untuk menghormati lawan bicara yang lebih tua atau memiliki kedudukan lebih tinggi.
Krama dan madya yang digunakan untuk menghormati lawan bicara yang lebih tua, memiliki kedudukan lebih tinggi, atau dalam situasi formal. Bentuk krama digunakan dalam konteks yang sangat resmi dan formal, sedangkan bentuk madya digunakan dalam situasi yang kurang formal tetapi masih menghormati lawan bicara. Misalnya, untuk kata "makan" dalam bahasa Indonesia, dalam Bahasa Sunda, kita memiliki "ngaranna" (krama), "maén" (madya), dan "cenah" (biasa).
Baca Juga: Gunung Salak dan Sejarah Kerajaan Perak Pemerintahan Awal Masyarakat Sunda
5. Kosakata
Kosakata Bahasa Sunda banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Jawa dan Sanskerta. Namun, dalam perkembangannya, kosakata Bahasa Sunda juga telah memasukkan banyak kata serapan dari bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa asing lainnya.
Beberapa kosakata Bahasa Sunda dapat berbeda dengan kosakata bahasa Indonesia. Misalnya, kata "saya" dalam Bahasa Sunda adalah "abdi" atau "urang", dan kata "kamu" adalah "anjeun" atau "maneh".
Baca Juga: 19 Contoh Kalimat Babasan Sunda: Jadi Lalaki Sing Gedé Kawani, Ulah Bodas Ceuli!
6. Awalan dan Akhiran
Bahasa Sunda sering menggunakan awalan dan akhiran untuk menunjukkan perubahan makna kata. Misalnya, awalan "ka-" digunakan untuk menunjukkan arah atau tujuan, seperti "ka Bandung" yang berarti "menuju Bandung".
Akhiran "-keun" digunakan untuk mengubah kata kerja menjadi kata benda, seperti "ngamumulekeun" yang berarti "memasak" (kata kerja) dan "pamumulekeun" yang berarti "masakan" (kata benda).