SUKABUMIUPDATE.com - Viralnya cerita poliandri Bu Siti, mengingatkan pada sebuah suku yang tinggal jauh di lereng pegunungan Himalaya, hidup sebuah suku yang membiarkan wanita punya suami banyak dan tak mengenal konsep monogami.
Suku tersebut adalah Suku Mosuo yang di tepian Danau Lugu, mereka menganut sistem matrilineal sehingga para wanita memiliki kuasa lebih di atas pria.
Melansir dari Akurat.com, jika para wanita di Suku Mosuo sudah menjalani ritual penanda kedewasaan, konon mereka bisa memilih kekasih sebanyak apapun yang mereka mau.
Baca Juga: Begini Cara Bu Siti Berbagi Jatah dengan 2 Suami Mudanya, Tetap Harmonis
Dirangkum dari laman video BBC, pada zaman dulu wilayah tersebut sangatlah miskin. Saking miskinnya, mereka tidak sanggup membentuk keluarga terpisah dari keluarga orang tuanya.
Solusinya, suku yang tinggal di dekat perbatasan China dan Tibet ini menjalani tradisi unik bernama 'nikah jalan'.
Dinamakan demikian karena pada zaman dahulu kala sang wanita bertanggung jawab penuh atas rumah sehingga harus terus berada di rumah.
Baca Juga: Bu Siti Bersuami 2 Viral! Ini 5 Negara yang Perbolehkan Praktik Poliandri
Sebaliknya, tradisi mengharuskan para pria berjalan mengunjungi wanita dari rumah ke rumah pada malam hari.
Jika sang wanita mengizinkan, sang pria boleh 'bermalam' di sana. Karena sistem semacam itu, secara teknis pasangan tidak tinggal satu atap. Namun, pria bebas berkunjung ke rumah pasangan selama diizinkan.
Meski berpijak pada pelestarian tradisi, pernikahan ini tetaplah masuk akal. Tak ada keributan soal uang di antara pasangan.
Selain itu, di tengah anggota keluarga yang jumlahnya tak sedikit, setiap orang juga akrab satu sama lain.
"Ibuku dan saudara-saudaranya terikat oleh hubungan darah. Jadi mereka saling loyal dan mampu menjaga ikatan kuat sepanjang waktu," ungkap Yang Zhaxi, warga Mosuo yang berprofesi sebagai musisi beberepa tahun silam.
Baca Juga: Viral Bu Siti Bersuami 2, Ini Hukum Poliandri di Indonesia dan Dalam Agama Islam
Dalam pengasuhan keluarga wanita, 'perceraian' tidak memengaruhi kehidupan anak-anaknya dan bebas dari stigma tertentu di masyarakat luas.
Kini, pasangan bisa saling berkenalan saat prosesi dansa. Pada prosesi ini, orang-orang berdansa bersama sambil bergandengan tangan.
Jika sang pria menyukai seorang wanita, ia akan menggelitiki tangannya saat berdansa. Ketika gayung bersambut, sang wanita akan balas menggelitiki pergelangan tangan sang pria.
Perlahan-lahan pun mereka saling berkencan. Lalu, beberapa saat setelahnya, mereka bisa memutuskan melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius. Barulah hubungan mereka secara resmi diumumkan ke seluruh desa.
Sayang, justru orang asinglah yang suka membesar-besarkan stigma suku Mosuo ini. Tradisi mereka dianggap kacau-balau.
Wanita boleh gonta-ganti pasangan sesuka hati dan ada wanita yang punya lebih dari satu pasangan sekaligus.
Pada praktiknya, kebanyakan pernikahan ini tetaplah berpijak pada prinsip monogami dan jarang berganti pasangan. Tak sedikit pula yang mampu bertahan seumur hidup meski tidak tinggal satu atap.
"Menurutku, 'nikah jalan' ini bukanlah hal yang salah karena sebenarnya mereka tak dirugikan dan tetap bermoral," tandas Yang Zhaxi.
Sementara itu, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apakah wawancara Bu Siti dengan dua suaminya di kanal YouTube Ki Bungsu Kawangi itu kisah nyata atau hanya konten semata.
Sumber. Akurat.co