SUKABUMIUPDATE.com - Penetapan Hari Raya Idul Fitri antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), tahun ini berbeda. Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal pada Jumat, (21/4/2023) sementara NU menetapkan 1 Syawal pada Sabtu, (22/4/2023).
Perbedaan penetapan hari Raya Idul Fitri tersebut Ustadz Abdul Somad (UAS) memiliki pendapat mengenai perbedaan penetapan 1 Syawal antara Muhammadiyah dan NU tersebut.
Melansir dari Sumatera.suara.com, dalam tayangannya, UAS mengingatkan melalui sebuah kisah.
Di YouTube Goto Islam pada Sabtu, (15/4/2023), ia mengungkapkan soal ketaatan kepada Ulil Amri.
Baca Juga: Pemerintah Tetapkan Lebaran Idulfitri 2023 Jatuh Pada Hari Sabtu 22 April
Siapa sosok Ulil Amri yang dimaksud, tentu akan sesuai dengan pemikiran yang dirasa benar.
Dia pun kemudian menekankan jika Ulil Amri yang dimaksud bukan pemimpin melainkan ulama.
"Datang dari kelompok ini 'ati'ullaha wa ati rasul wa ulil amri minkum' taatlah kepada Ulil Amri. Kemudian kata yang Muhammadiyah Ulil Amri itu Din Syamsuddin, bukan Jokowi. Karena ini kan tidak diangkat berdasarkan suroh, coba tengok tafsirnya, Ulil Amri itu ulama bukan pemimpin ini demokrasi kata dia, kata yang satu lagi kamu kalau engga mau ikut presiden bakar aja KTP-mu, pergi tinggal di hutan sana, akhirnya berkelahinya," ujar Ustaz Abdul Somad.
UAS pun menilai, pertentangan lebih terjadi Karena sidang isbatnya dibahas ke publik. Sidang isbat sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup, sehingga jika NU sama Muhammadiyah kelahi, maka terjadi di ruang tertutup itu.
Baca Juga: 6 Sunnah Sebelum Shalat Hari Raya Idul Fitri, Sayang Jika Dilewatkan
"Tapi satu suara yang keluar," sambung UAS-panggilan populer Ustaz Abdul Somad.
Di Mesir, dicontohkan UAS, juga terjadi perbedaan pandangan dalam menetapkan 1 Ramadhan atau 1 Syawal dilakukan dengan cara kombinasi dua sistem.
"Itu yang terjadi di Mesir, antara hisab ilmu astronomi dengan rukyat dikombinasikan, jadi keduanya bukan dikonfrontir ditabrakan, tapi dikombinasikan, jadi harusnya keluar satu suara," ungkapnya.
UAS pun menyarankan untuk meyakini apa yang dipikir benar.
"Saya pribadi menyarankan, ikutlah apa yang engkau yakini benar menurut engkau, walaupun seribu orang berfatwa memberikan fatwa kepadamu. Fatwa yang dikeluarin oleh Muhammadiyah benar. Fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) benar," papar UAS.
Baca Juga: Apakah Gerhana Matahari Berpengaruh pada Hilal Idul Fitri? Ini Penjelasannya
Perbedaan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama terletak pada angka minimal.
"MUI dan NU menetapkan angka dua derajat, jika dua derajat dia dapat dikatakan hilal, bila kurang bukan hilal. Tapi Muhammadiyah dia mengatakan 0,5 derajat pun kalau sudah itu hilal, maka dia adalah hilal, maka boleh, di situ letak persimpangannya," tegas UAS melansir metro-jaringan Suara.com.
Sumber: Sumatera.suara.com