SUKABUMIUPDATE.com - Puasa Sunnah syawal tepat berlangsung setelah Hari Raya Idul Fitroi yang jatuh pada 1 Syawal. Artinya, puasa syawal dilakukan pada tanggal 2-7 Syawal atau bisa juga ditunakan secara berselang hari dengan catatan masih di rentang bulan Syawal.
Adapun dalil keutamaan puasa syawal ini merujuk pada sebuah riwayat yang berasal dari Abu Ayub Al Anshari, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:
"Barang siapa berpuasa Ramadan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun." (HR. Muslim. Imam Ahmad juga meriwayatkan dari hadits Jabir).
Baca Juga: 56,6% Warga Sukabumi Pilih Belanja Online, Keuntungan Beli Baju Lebaran di Olshop
Selain itu, Tsauban juga meriwayatkan dalam hadits yang berbunyi, "Puasa bulan Ramadan pahalanya setara dengan puasa sepuluh bulan dan puasa enam hari syawal pahalanya senilai dengan puasa dua bulan. Jumlah keseluruhannya satu tahun penuh." (Diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur dengan sanadnya Tsauban).
Penjelasan Ustadz Adi Hidayat tentang Keutamaan Puasa Syawal
Seperti diketahui, setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh, umat Islam selanjutnya akan merayakan hari kemenangan di awal bulan syawal. Tak sampai di situ, pada bulan syawal umat Islam juga dianjurkan untuk menjalankan ibadah puasa syawal selama enam hari.
Selain bernilai pahala, ada pula beberapa keutamaan puasa syawal yang sayang untuk dilewatkan. Puasa sunnah di bulan syawal ini merupakan rangkaian ibadah setelah melaksanakan puasa Ramadhan dan seusai melaksanakan ibadah Shalat Ied.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Adi Hidayat membahas mengenai keutamaan puasa sunnah syawal. Mengingat begitu istimewanya ibadah ini bagi umat Islam.
“Ada sesuatu yang begitu istimewa masih di rangkaian bulan Syawal, jika fi hari pertama kita bisa melaksanakan sholat Idul Fitri, bercengkrama dengan keluarga, membangun silaturahmi yang sangat erat,” kata Ustadz Adi Hidayat seperti dilansir via Suara.com melalui kanal YouTube Adi Hidayat Official, Rabu (19/4/2023).
Baca Juga: Kamis, 20 April 2023: Sidang Isbat 1 Syawal 1444H & Gerhana Matahari Hibrida
"Maka di hari kedua hingga akhir bulannya ada sebuah bentangan yang sangat istimewa yang hanya terdapat pada bulan Syawal, “ sambung Ustadz Adi Hidayat.
Dikatakan Ustadz Adi Hidayat, bahwa dahulu sahabat Ayub al Ansori menerima sebuah informasi penting dari Nabi Muhammad SAW yang kemudian informasi tersebut akan dirangkum oleh Imam Muslim dalam sebuah kitab shahih beliau dengan nomor hadits 1164 yang berbunyi:
"Barang siapa puasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti berpuasa sepanjang masa. Sebulan ditambah selama 6 hari ini nilainya setara dengan satu tahun,” ungkap Ustadz Adi Hidayat.
Setidaknya, terdapat tiga hal yang penting dari hadits diatas antara lain yaitu:
Yang pertama, Radulullah SAW memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada umat muslim supaya mereka dapat menyempurnakan amalannya dengan berpuasa selama 6 hari. Adapun Nilai pahala seseorang yang mengerjakan puasa Syawal 6 hari ini setara dengan satu tahun ia mengerjakan puasa.
Baca Juga: Tahun 1371 H, Presiden Soekarno Shalat Ied di Lapang Merdeka Sukabumi
Perhitungan ini didapati dalam QS 6: 160 yang berbunyi:
“Man jaa'a bilhasanati falahu 'ashruu amsaalihaa wa man jaaa'a bissaiyi'ati falaa yujzaaa illaa mislahaa wa hum laa yuzlamuun.”
Artinya: Barangsiapa berbuat kebaikan akan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan akan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizhalimi).
Jadi jika kita mampu mengerjakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan selama sebulan penuh, kemudian dikalikan 10, singkatnya sama dengan bernilai 10 bulan.
Apabila kemudian satu bulan sama dengan 30 hari, maka dapat dikalikan 10 maka sama dengan 300. Lantas kemudian 6 hari puasa Syawal dikalikan 10, hasilnya 60. Maka pahala 300 ini ditambah 60 dan menjadi 360 hari.
Maka akan didapat nilai fantastis yang diberikan oleh Allah SWT sebagai sebuah hadiah untuk seluruh umat Nabi Muhammad SAW yang menjalankan ibadah ini melalui kemuliaan Rasul-Nya.
Baca Juga: Shalat Ied di Lapang Dimulai Tahun 1926: Hasil Kongres Muhammadiyah ke-15
Kemudian, yang kedua bahwa terdapat sebuah teknis pelaksanaan puasa syawal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara yakni dikerjakan secara berurutan bisa juga berselang. Untuk pelaksanaannya, puasa Syawal dapat dikerjakan mulai hari kedua sampai akhir bulan syawal.
Dan yang ketiga yaitu bagaimana jika seseorang masih memiliki qadha atau hutang puasa Ramadan. Maka saat bertemu dengan qadha yang sifatnya wajib lalu bertemu dengan puasa syawal yang sunnah, maka seseorang harus mendahulukan yang qadha.
“Memang benar qadha puasa ini masih bisa dikerjakan hingga bulan Syaban tahun depan, namun kita tahu kapan ajal datang, daripada berpulang dengan status berhutang, maka lebih baik selesaikan qadha dulu baru kemudian mengerjakan puasa sunnah Syawal, dengan waktu yang tersisa dan dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah SWT,” ungkap Ustadz Adi Hidayat.
“Ingat sebuah kemuliaan dilihat oleh Allah SWT dari niat dan juga kepentingan hati Anda,” sambung Ustadz Adi Hidayat.
Bahkan kata Ustadz Adi Hidayat, dalam sebuah kasus yang akan dinilai sebagai hukuman, Allah SWT pun tidak asal dalam menghukum. Namun akan dilihat dari niat dan juga dari perbuatannya.
"Mari kita optimis memaksimalkan tujuan dan niat kita, optimis dalam berikhtiar, semoga Ramadhan yang telah ditunaikan bisa diikuti dengan kesempurnaan penunaian puasa selama 6 hari di bulan syawal,” pungkasnya.
Sumber: Suara.com/Putri Ayu Nanda Sari