SUKABUMIUPDATE.com - Penentuan 1 Ramadan dan 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri) bisa ditentukan dengan menggunakan dua cara yakni dengan metode hisab (perhitungan) dan metode rukyat (pengamatan).
Keduanya menjadi metode yang telah digunakan Indonesia sejak lama. Disamping itu, Indonesia sendiri saat ini telah menerapkan kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Mungkin masih banyak yang belum tahu dengan maksud dari istilah tersebut. Lantas apa yang dimaksud dengan MABIMS? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Tempo.co.
Menurut laman brin,go.id, MABIMS merupakan kriteria baru penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal yang ditetapkan oleh Menteri Agama dari empat negara, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Baca Juga: Daftar 17 Nomor Penting Mudik Lebaran 2023, Hubungi saat Darurat!
Kriteria MABIMS baru diterapkan di Indonesia pada 2022, khususnya pada penentuan awal Ramadan dan hari raya 1444 H.
Kriteria MABIMS seturut dengan upaya unifikasi atau proses penyeragaman kalender Hijriah. Upaya unifikasi ini dalam kajian fiqih memperhatikan pendapat fuqaha (ahli fiqih) yang terbagi menjadi dua pandangan besar, yakni rukyat global dan rukyat lokal.
Ada yang cenderung ke rukyat global (Hanafi, Maliki, dan Hambali) dan ada yang condong kepada rukyat lokal sekitar radius 120 km (Syafi'iyah).
Kriteria MABIMS dibangun atas dasar data rukyat atau pengamatan global jangka panjang, parameter yang digunakan dalam kriteria MABIMS adalah parameter yang biasa digunakan oleh para ahli hisab Indonesia, yaitu ketinggian hilal dan elongasi (jarak sudut bulan-matahari), parameter yang digunakan menjelaskan aspek fisis rukyatul hilal.
Baca Juga: Siap 2 Kali Lebaran dalam Setahun? Ini Prediksi Hari Raya Idul Fitri 2030
Dalam kriteria MABIMS, ketinggian minimal tiga derajat didasarkan pada data global, elongasi minimal 6,4 derajat didasarkan pada rekor elongasi bulan terdekat sebagaimana yang dilaporkan dalam makalah Mohammad Shawkat Odeh, dan kriteria baru MABIMS yang dibangun dengan data rukyat dan dianalisis secara hisab merupakan titik temu bagi pengguna metode rukyatul hilal seperti NU dan pengguna metode hisab seperti Muhammadiyah.
Sumber: Tempo.co