SUKABUMIUPDATE.com - Kue nastar adalah salah satu hidangan yang kerap kali dicari saat Hari Raya Idul Fitri atau lebaran.
Kue kering yang didalamnya terdapat selai nanas ini sepertinya tak pernah absen berada di meja ruang tamu dan disajikan untuk saudara atau kerabat yang berkunjung ke rumah saat lebaran.
Namun, apa sebenarnya yang membuat kue nastar begitu istimewa di Hari Raya? Menurut Chef Devina Hermawan sebagai keturunan Tionghoa, nastar dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa melambangkan kemakmuran.
Baca Juga: 5 Resep Nastar Anti Gagal untuk Lebaran, Dari yang Biasa Hingga Unik
“Arti secara literal dari si kue nastar dalam Bahasa Hokkien atau China itu pear emas itu melambangkan kemakmuran. Sama halnya juga dengan buah nanas ini kalau dilihat secara bentuk itu bertumpuk-tumpuk, itu juga melambangkan kemakmuran,” ujar Chef Devina melalui kanal YouTube pribadinya saat membagikan resep kue nastar yang dikutip Suara.com.
Selain artinya sebagai kemakmuran, ketika membuat kue nastar dibutuhkan waktu yang cukup lama.
Menurut Chef Devina, momen tersebut dijadikan sebagai hal untuk mempererat kebersamaan dengan keluarga saat membuat kue nastar yang kemudian dijadikan sebagai tradisi.
Sebagaimana filosofi dan makna dari masyarakat Tionghoa, kue nastar pada hari raya idul fitri disandingkan sebagai hari kemenangan setelah sebulan berpuasa yang berarti juga kemudahan, kemakmuran dan limpahan rezeki.
Sementara itu, melansir dari Indonesian Chef Association, kue nastar dipercaya sebagai kue kering yang berasal dari negeri kincir angin, Belanda.
Nastar berasal dari Bahasa Belanda yakni ‘Ananas’ atau buah nanas dan ‘taart/tart/pie’ yang artinya kue. Sehingga masyarakat Indonesia kemudian mengadaptasinya menjadi nastar.
Awalnya, mengingat kue pie membutuhkan bahan isian dari buah bluberi atau apel yang cukup sulit untuk ditemui di Indonesia, maka dipilihlah buah nanas sebagai penggantinya.
Selain itu, agar lebih praktis untuk memakannya, masyarakat Indonesia kemudian memodifikasi ukuran kue pie khas orang Eropa yang selalu disajikan dalam loyang besar menjadi berukuran bulatan kecil.
Kue nastar rupanya tidak hanya identik dengan lebaran idul fitri saja, lho. Kue ini rupanya menjadi sajian khas juga pada hari raya besar lain seperti Imlek dan natal.
Mengutip dari laman Edukasia, mulanya kue nastar sebelum menjadi ciri khas masyarakat Indonesia dalam menyambut Hari Raya, dimulai dari zaman penjajahan Belanda. Saat itu, kue nastar menjadi sebuah bingkisan bagi kaum elit orang Belanda saat akan mengunjungi keluarga di malam Natal.
Lambat laun, masyarakat Indonesia mulai mengikuti tradisi tersebut dengan memberikan bingkisan kue kering di hari-hari besar, termasuk Lebaran. (Shilvia Restu Dwicahyani)
Sumber: Suara.com