SUKABUMIUPDATE.com - Tantrum tak hanya dialami oleh anak kecil saja, melainkan juga orang lanjut usia. Seiring bertambahnya usia, perubahan emosi yang drastis pun akhirnya terjadi.
Ketika lansia mengalami Tantrum, sikap mereka menjadi sulit dipahami oleh anggota keluarga yang lebih muda.
Baca Juga: Dekat dengan Nyi Roro Kidul, Palabuhanratu Sukabumi Jadi Tempat Menyeramkan Di Dunia
Merespon hal itu, Psikolog Tara de Thouars menjelaskan bahwa ketika manusia memasuki usia lanjut, perubahan sikap secara ekstrim dari satu sisi ke sisi lainnya bisa secara alami terjadi.
"Bisa menolak tua jadi akan merasa, 'saya tetap kuat, gak mau minum obat karena kalau minum obat menandakan tua, lemah'. Atau titik ekstrim lainnya yang menjadi putus asa, depresi, merasa tidak berguna. Dua titik ekstrim itu gak ideal," kata Tara saat konferensi pers bersama Anlen di Jakarta, dikutip via Suara, Senin (20/3/2023).
Selain itu, lansia juga kerap bertingkah seperti anak-anak yang mudah tantrum. Bila sudah begitu, Tara menyarankan untuk mengenali terlebih dahulu emosi yang paling dominan dirasakan oleh lansia.
Baca Juga: Jatuhnya Sambo, Bus Palabuhanratu-Bogor yang Terperosok di Cicurug Sukabumi
Sebab, emosi yang dirasakan oleh mereka sebenarnya dampak dari stres akibat berbagai perubahan fisik dan lainnya yang terjadi secara normal akibat penuaan. Sehingga tidak semua lansia bisa menerima perubahan kondisi tersebut.
"Yang perlu kita perhatikan adalah emosi apa yg paling dominan, apakah cemas, marah, atau sedih. Karena mengatasi ketiga emosi itu caranya berbeda," ujarnya.
"Kalau lagi banyak cemas, misalnya 'aduh harus nabung banyak nih, nanti kalau aku sakit gimana'. Ketika menghadapi orang yang sedang cemas yang dibutuhkan adalah rasa aman," jelas Tara.
Rasa aman yang diberikan, lanjut Tara, bisa dengan menenangkan orang tua dan memberinya penjelasan kalau kecemasan yang mereka pikirkan belum tentu terjadi.
Baca Juga: 19 Paribasa Sunda dan Artinya, Contohnya "Uyah Mah Tara Téés Ka Luhur"
Sementara itu, apabila dominan rasa sedih, umumnya orang tua akan merasa putus asa, depresi, hingga tidak berguna.
"Kalau seperti itu kita perlu angkat orang tua kita. 'Mama itu masih hebat, lho. Mama masih jago masak, aku aja gak bisa masak'," contoh Tara.
Apabila orang tua lebih dominan marah, menurut Tara, biasanya disebabkan karena belum bisa menerima kondisinya yang sudah mencapai lansia.
"Kalau seperti itu yang bisa dilakukan adalah bantu orang tua untuk accept. 'Gak apa-apa tua juga, gak apa-apa kok, mah. Aku kan tetap sayang mama'. Jadi bagaimana kita perlakukan orang bisa dilihat dari emosinya," pungkasnya.
Sumber: Suara.com