SUKABUMIUPDATE.com - Bulan suci Ramadan menjadi salah satu bulan paling istimewa bagi seluruh umat Islam di dunia. Pasalnya ada beberapa peristiwa penting yang terjadi pada bulan puasa ini.
Salah satu peristiwa yang tentunya perlu untuk diketahui umat muslim adalah, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya di bulan Ramadan.
Turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW itu terjadi di gua Hira, pada tanggal 17 Ramadan 13 tahun sebelum Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah.
Baca Juga: 3 Bacaan Doa untuk Membolak Balikkan Hati Seseorang
Peristiwa tersebut bermula saat Nabi Muhammad prihatin akan keruntuhan moral yang terjadi sangat memprihatinkan kan di Makkah.
Melansir dari laman NU Online via Suara.com, Senin (20/3/2023), Nabi Muhammad diketahui adalah seorang pria yang sering merenung, berpikir, kontemplasi (olah spiritual), untuk sekedar memikirkan fenomena alam dan lingkungan disekitarnya di tempat yang jauh dari keramaian.
Beliu berdoa kepada Allah SWT agar menemukan sesuatu yang mencerahkan dirinya dan kaumnya. Sikap itu terus dilakukannya dan dibarengi dengan memberikan sedekah dan makanan kepada fakir miskin.
Baca Juga: Sejarah Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah
Sampai pada suatu malam di bulan Ramadhan, tahun 610 M, di sudut gua Hira, beliau dikejutkan oleh turunnya wahyu yang pertama dari Allah SWT, sebagaimana hadits berikut ini.
Dari Aisyah Ummul Mukminin radliyallahu ‘anha, ia berkata: Permulaan wahyu yang diterima oleh Rasulullah adalah ar-ru’ya ash-shalihah (mimpi yang baik) dalam tidur. Biasanya mimpi yang dilihatnya itu jelas laksana cuaca pagi. Kemudian beliau jadi senang menyendiri; lalu menyendiri di gua Hira untuk ber-tahannuts.
Muhammad ber-tahannuts, yaitu beribadah di sana beberapa malam, dan tidak pulang ke rumah isterinya. Dan untuk itu beliau membawa bekal.
Baca Juga: Daftar Nama Anak Nabi Muhammad SAW Lengkap dengan Biografinya
Kemudian beliau pulang kepada Khadijah, dan di bawahnya pula perbekalan untuk keperluan itu, sehingga datang kepada beliau Al-Haqq (kebenaran, wahyu) pada waktu beliau berada di gua Hira.
Maka datanglah kepada beliau malaikat dan berkata, “Bacalah!” Jawab beliau, “Aku tidak bisa membaca.” Nabi bercerita, “Lalu malaikat itu menarikku dan memelukku erat-erat sehingga aku kepayahan.
Kemudian ia melepaskanku dan berkata lagi, “Bacalah!” dan aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Aku lalu ditarik dan dipeluknya kembali kuat-kuat hingga habislah tenagaku. Seraya melepaskanku, ia berkata lagi, “Bacalah!” Aku kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Kemudian untuk ketiga kalinya ia menarik dan memelukku sekuat-kuatnya, lalu seraya melepaskanku ia berkata:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena); (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-Alaq, 96:1-5)
Baca Juga: 11 Golongan yang Dijumpai Nabi Muhammad SAW saat Melaksanakan Isra Miraj
Nabi Muhammad pulang ke rumah istrinya, Khadijah binti Khuwailid dengan hati gemetar ketakutan. Ia memohon kepada Khadijah untuk menyelimuti dirinya. Khadijah menyelimuti Muhammad hingga hilanglah ketakutannya.
Muhammad bercerita kepada Khadijah. Setelah menceritakan apa yang baru dialaminya, Nabi berkata, "Sesungguhnya aku mencemaskan diriku."
Khadijah berkata, "Sama sekali tidak. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkaulah orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengusahakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran."
Baca Juga: Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW Hingga Bertemu Para Nabi Terdahulu
Setelah itu, Khadijah pergi membawa Muhammad menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah.
Waraqah adalah seorang Arab pemeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah. Ia pandai menulis kitab dalam bahasa Ibrani dan ia pun menulis Injil dengan bahasa Ibrani. Ia seorang tua yang buta.
Khadijah berkata kepada Waraqah, "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini."
Waraqah bertanya kepada Nabi, "Wahai anak saudaraku, apakah yang kau lihat?". Lalu Nabi menceritakan apa yang beliau lihat dan alami di Gua Hira’.
Kemudian Waraqah berkata lagi kepada Muhammad, "Itulah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah kepada Musa. Mudah-mudahan aku masih hidup di saat engkau diusir kaummu!"
Rasulullah lalu bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, sebab setiap orang yang membawa seperti apa yang engkau bawa pasti dimusuhi orang. Jadi kelak engkau mengalami masa-masa seperti itu, dan jika aku masih hidup, aku pasti akan menolongmu sekuat tenagaku."
Namun tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dan wahyu pun putus untuk sementara (fatrah al-wahy).
Menurut Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdirrahman, Jabir bin Abdillah al-Anshari menceritakan tentang terhentinya wahyu tersebut, bahwa Rasulullah bersabda:
بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ “
Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari atas, maka aku lihat ada malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hira, sedang duduk di atas kursi di antara langit dan bumi, maka takutlah aku padanya. Lalu aku pulang seraya berkata, “Selimutilah aku!” Lalu turunlah wahyu:
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ. وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah (manusia) peringatan, dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu sucikanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah!” (QS. al-Muddatsir, 74 :1-5).
Sumber: Suara.com | Islam NU Online