SUKABUMIUPDATE.com - Sidang Isbat menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk menentukan tanggal acara penting dalam Islam khususnya di Indonesia, seperti awal dan akhir Ramadhan dan Idul Fitri.
Panitia terdiri dari para ulama dan ahli Islam yang mengandalkan berbagai metode penampakan bulan dan perhitungan astronomi untuk menentukan tanggal yang tepat.
Di Indonesia sendiri sidang Isbat diadakan setiap tahun sebelum Ramadhan dan Idul Fitri untuk menentukan tanggal mulai dan berakhirnya acara penting tersebut.
Sidang Isbat biasanya disiarkan langsung di televisi dan dihadiri oleh pejabat pemerintah, tokoh agama, dan anggota masyarakat. Keputusan yang diambil panitia dianggap berwibawa dan diikuti secara luas oleh umat Islam di seluruh Indonesia.
Baca Juga: 7 Doa Sehari-hari Selama Ramadan, Lengkap dengan Artinya
Melansir dari Tempo.co, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama (Kemenag) akan mengadakan sidang isbat atau penetapan awal puasa Ramadan 1444 Hijriah pada Rabu, 22 Maret 2023.
"Seperti biasa, sidang isbat awal Ramadan akan kita laksanakan setiap 29 Syakban. Tahun ini, bertepatan dengan hari Rabu, 22 Maret 2023," kata Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib, Rabu, 8 Maret 2023, dikutip dari laman Kanwil Kemenag DKI.
Lalu bagaimana sebenarnya sejarah dari sidang Isbat tersebut? Berikut ulasannya.
Baca Juga: Salat Witir Bulan Ramadan, Simak Tata Cara Lengkap dengan Bacaan Niatnya
Sejarah sidang isbat
Sejarah sidang isbat dimulai pada 1930-an. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, sidang isbat diadakan setiap tahun oleh pemerintah Indonesia. Mengutip publikasi Kilas Balik Penetapan Awal Puasa dan Hari Raya di Indonesia, mulanya sebelum merdeka, penetapan awal bulan Qomariyah antar organisasi Islam di Indonesia tidak dilakukan dengan sidang isbat.Tapi ditentukan oleh ketua adat masing-masing.
Pada 4 Januari 1946 pemerintah menunjuk departemen agama untuk menetapkan hari libur nasional, termasuk libur Idul Fitri dan Idul Adha. Namun, ketetapan itu tak bisa diikuti sepenuhnya oleh organisasi masyarakat Islam kala itu.
Upaya untuk pemahaman dan penentuan tanggal 1 pada bulan Hijriah dibentuk Badan Hisab Rukyat (BHR) pada 16 Agustus 1972. BHR bertugas melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan hal-hal yang berkaitan dengan hisab-rukyat dan pelaksanaan ibadah. Itu antara lain arah kiblat, waktu salat, awal bulan, waktu gerhana bulan dan matahari.
Baca Juga: 7 Kecamatan Ditambah 1 Menit, Ini Jadwal Imsakiyah Kabupaten Sukabumi Ramadan 2023
Pada 1980-an, muncul perbedaan pendapat di kalangan umat Islam Indonesia tentang metode penentuan awal bulan Hijriah. Beberapa kelompok memilih untuk mengikuti pengamatan langsung hilal. Sedangkan yang lain mengikuti perhitungan astronomi.
Pada 2005, Pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan untuk mengikuti pengamatan langsung hilal dalam menentukan awal bulan Hijriah. Keputusan itu diambil setelah adanya konsultasi dengan para ulama dan organisasi Islam di Indonesia.
Sejak saat itu, sidang isbat diadakan setiap tahun oleh pemerintah Indonesia untuk menentukan awal bulan Hijriah mengikuti pengamatan langsung hilal. Sidang isbat itu dihadiri para ulama, ahli astronomi, dan perwakilan dari organisasi Islam di Indonesia. Setelah melakukan pengamatan hilal, sidang isbat menetapkan awal bulan Hijriah untuk seluruh wilayah Indonesia.
Sumber: Tempo.co