SUKABUMIUPDATE.com - Wayang adalah seni pertunjukkan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali.
Sementara menurut Kemdikbud RI, Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Wayang ini termasuk seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang.
Wayang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Bahkan tidak kurang dari 100 jenis wayang tumbuh dan berkembang di seluruh wilayah Indonesia.
Contoh persebaran Wayang di Indonesia antara lain Wayang kulit Purwa berkembang pesat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Wayang golek Sunda berkembang di Jawa Barat dan wayang kulit Parwa di Bali. Kemudian Wayang juga berkembang di daerah Nusa Tenggara Barat dengan sebutan wayang Sasak, serta ada Wayang Banjar di Kalimantan Selatan dan Wayang Palembang di Sumatera Selatan.
Baca Juga: SIPEKEK Wayang MOCI ECPRES, Inovasi Guru Inspiratif Sukabumi
Kemdikbud RI mencatat setidaknya ada 60 jenis wayang dalam data WBTb Indonesia antara lain, Wayang Garing, Wayang Beber Kyai Remeng, Wayang Beber Pacitan, Wayang Kulit Betawi, Wayang Suket, Wayang Thengul, Wayang Wong Mataraman, Wayang Wong Sriwedari, Dramatari Wayang Wong, Wayang Sampir, Wayang Catur, Wayang Pantun, Wayang golek Cepak Indramayu dan Wayang Golek Lenong betawi.
Kemudian Wayang Topeng Tengger, Wayang Gung, Wayang Menak Sasak, Wayang Ajen, Wayang Ceplak, Wayang Kulit Majalengka, Wayang Landung, Wayang Parwa, Wayang Sapuh Leger, Wayang Wong Parwa, Wayang Kulit Sekar Kedaton, Wayang Mbah Gandrung, Wayang Rai Wong, Wayang Wong Topeng, Wayang Kancil, Wayang Orang Ngesti Pandowo, Wayang Potehi, Wayang Obrol, Wayang Krucil, Wayang Timplong, Wayang Topeng Malang, Wayang Golek Lebak, Wayang Golek Blora, Wayang Apem, Wayang Gandrung, Wayang Kulit Banjar dan Wayang Sukadana.
Kekinian, prestasi membanggakan ditorehkan dari seni wayang berupa Pagelaran Drama Wayang berjudul Hanoman: Ada Apa dengan Shinta? dan pameran komik strip wayang yang telah digelar oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Lebih dari itu, BCA juga memecahkan rekor MURI sebagai Perusahaan dengan Kegiatan Pelestaian Wayang Terbanyak, dikutip via Tempo.co.
Perhelatan tersebut melibatkan lebih dari 100 pemuda dan pelajar bertalenta, serta mencatat lebih dari 1.000 pengunjung yang berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga pihak kementerian atau lembaga. Pagelaran Drama Wayang ini diselenggarakan di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan dan dibuka secara virtual oleh Nadiem Anwar Makariem selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, dan Jahja Setiaatmadja selaku Presiden Direktur BCA.
Diketahui, kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk acara puncak dari rangkaian program edukasi Wayang for Student dari BCA di tahun ini.
“Kami bangga karena selama 11 tahun Bakti BCA bisa mempertahankan komitmennya dalam mendukung pelestarian budaya wayang melalui program 'Wayang for Student'. Pada kesempatan ini, BCA juga berhasil memecahkan rekor MURI sebagai 'Perusahaan dengan Kegiatan Pelestarian Wayang Terbanyak' di mana penghargaannya diserahkan secara langsung oleh Bapak Jaya Suprana, Pendiri dan Ketua Umum MURI. Kami berterima kasih atas dukungan berbagai pihak dan respon positif dari masyarakat akan program tersebut," kata Direktur BCA Antonius Widodo Mulyono, dalam siaran persnya, dikutip Kamis (9/3/2023).
Baca Juga: Sisindiran Bahasa Sunda: Contoh Pantun Lucu Sesebred, Selera Humor Dijamin Melokal
Pagelaran Drama Wayang "Hanoman: Ada Apa dengan Shinta?"
Pagelaran Drama Wayang bertajuk "Hanoman: Ada Apa dengan Shinta?" menampilkan karakter populer dari wiracarita Ramayana Hanoman yang dipresentasikan secara modern. Diiringi oleh lantunan orkestra gamelan yang memukau, penonton diajak mengikuti perjalanan Hanoman Sang Anjani Putra, kera sakti berbulu putih berkilau yang lahir dari rahim manusia yang penuh dengan ketidaksempurnaan.
Dalam durasi selama satu jam, pertunjukan tersebut memberikan pembelajaran moral melalui kisah Hanoman yang mencari kesempurnaan untuk kedamaian dunia, pengabdiannya terhadap Sri Ramawijaya, dan petualangannya dalam mencari keberadaan Dewi Shinta.
Pementasan ini dibintangi oleh lebih dari empat kelompok pemuda pelajar bertalenta peserta Wayang Youth Festival Award BCA kategori Sendratari, yaitu Sanggar Pendopo, Swagantara, Sanggar Paripurna dan Wayang Studio. Apabila dihitung secara total, terdapat 118 pemuda yang terlibat, yang merupakan perwakilan dari kota Jakarta, Solo, Blitar, Yogyakarta dan Denpasar.
Selama masa persiapan, mereka mendapatkan pelatihan dan bimbingan dari sanggar Swargaloka dan Ksatria. Setelah berlatih sekian lama di kota masing-masing, para pemain itu berkumpul di Jakarta dan menampilkan yang terbaik sebagai satu unit kesenian. Secara khusus, BCA juga melibatkan Sandrina Mazaya, seorang public figure dan penari jebolan sebuah ajang pencarian bakat.
Baca Juga: 79 Contoh Paribasa Sunda dan Artinya, Ngarawu Ku Siku: Serakah!
Pameran Komik Strip Karya dari 10 Komikus Terpilih
Selain pagelaran drama wayang, juga diselenggarakan pameran komik strip karya dari 10 komikus terpilih yang merupakan peserta Wayang Youth Festival, keluarga karyawan BCA dan mahasiswa program DKV IKJ. Ke-10 komikus sebelumnya telah mendapatkan pelatihan intensif dari Ario Anindito, yang juga merupakan komikus Marvel & DC Comic, dan Irwan Riyadi, seorang penggiat seni wayang dari yayasan Swargaloka.
Karya-karya terpilih ini tidak hanya dihadirkan untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda pada wayang, namun juga mendukung pemajuan budaya dengan memanfaatkan ranah digital/teknologi, dan menjadi salah satu upaya BCA untuk menjaga keberlanjutan usaha pewayangan.
“Sejak dulu, Wayang dikenal bukan hanya sebagai pertunjukan yang menghibur, tetapi juga sebagai media informasi yang menghubungkan tradisi dengan kehidupan sosial masyarakat. Kami sangat mendukung inisiatif BCA untuk melestarikan wayang. Kami berharap melalui acara seperti ini semakin banyak generasi muda, terutama pada Gen -Z yang tertarik dan berminat menjadi pelaku yang melestarikan wayang," kata Dr. Restu Gunawan, M. Hum, Direktur pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Dirjen Kemendikbudritek RI.
Sumber: Tempo.co