SUKABUMIUPDATE.com - Salah satu spot wisata seks di Sukabumi yang kini tinggal sejarah adalah leuwigoong Cibadak. Dulu ujung jalan suryakencana ini, adalah tempat mangkalnya Rosalinda dan kawan-kawan, waria pekerja seks komersial.
Berada di jalan nasional Sukabumi - Bogor, Leuwigoong adalah nama jembatan yang melintasi anak sungai cicatih. Bentuknya tak seperti jembatan umumnya, lebih mirip gorong-gorong besar.
Leuwigoong sebagai prostitusi terselubung cukup terkenal, khususnya di kalangan pria hidung belang. Leuwigoong bahkan selalu masuk daftar target operasi penyakit masyarakat atau pekat oleh pihak berwenang.
Baca Juga: Untung 10 Miliar, Wanita Indonesia yang Jadi Dalang Jaringan Prostitusi Ditangkap
Saat malam makin meninggi dan pertokoan cibadak tutup, kehidupan disana
berganti canda tawa para waria yang berkumpul di sekitar leuwigoong. Mereka manggal di warung-warung pinggir jalan, menggoda siapapun yang melintas.
Aris (50 tahun) pedagang warung kopi di bawah pohon mahoni besar jembatan leuwigoong adalah saksi sejarah keberadaan wisata seks tersebut. Warungnya bahkan jadi salah satu tempat berdandan para PSK Leuwigoong.
"Dulu mereka kalo mau mangkal di depan (pinggiran jalan), mandi dulu di pancuran gonggo (gorong-gorong) leuwi goong. Sudah mandi dandannya pada disini," kata Aris kepada sukabumi update.com Senin 6 Maret 2023.
Baca Juga: 4 Pasangan Tak Resmi dan 1 Waria Kegep Bisnis Prostitusi via MiChat di Sukabumi
Pria kelahiran Cibadak 1973 ini mulai mendirikan warung kopi di leuwigoong sejak tahun 2013. Tahun-tahun ‘kejayaan’ leuwigoong sebagai prostitusi kaki lima di Sukabumi.
“Ramainya waria mangkal disini itu sejak tahun 1995 kalau nggak salah. Dulu itu kebanyakan waria dari luar Sukabumi, tapi lama-lama yang dari Sukabumi juga banyak,” jelasnya.
Saat itu Aris tak hanya menjadi tukang bikin kopi bagi mereka (waria dan pelanggannya), tapi juga teman curhat. Sehingga ia banyak tahu latar belakang kehidupan para psk khususnya waria Leuwigoong.
Baca Juga: Tangisan Perempuan di Bisnis Prostitusi, Korban dan Pelaku Ada dari Sukabumi
“Rata rata sudah berkeluarga lho. Kebanyakan karena alasan ekonomi, mereka seperti itu. Waria banyak karena yang pakenya (laki-laki) juga banyak, ” tegas Aris.
“Seingat saya, sekali kencan paling Rp 100,” sambungnya.
Seiring waktu, hukum pasar juga yang membuat leuwigoong akhirnya ditinggalkan para waria. Karena menurut Aris, mulai tahun 2019 transaksi seks waria di leuwigoong terus berkurang dan akhirnya menghilang.
Baca Juga: Terlibat Prostitusi, Seorang Aktor Sekaligus Penyanyi Diamankan Polisi
"Ada yang tobat, ada yang pindah ke tempat lain. Banyak juga yang memilih tidak mangkal di jalan. Waria benar-benar menghilang dari leuwigoong itu pas covid-19 kemarin. Pelanggannya hilang, mereka bubar,” beber Aris.
Menurut pria tua ini, salah satu ikon waria leuwigoong yang terkenal adalah Rosalinda (nama waria). “Rosalinda itu ikon waria leuwigoong yang kemudian tobat. Setelah itu teman-temannya pun satu persatu meninggalkan leuwigoong, hingga benar-benar habis seperti sekarang,” papar Aris.
Reporter: Restu (Kontributor)