SUKABUMIUPDATE.com - Memilih pasangan hidup bukan seperti menebak hadiah dalam kaleng undian. Ini karena pasangan hidup lah yang akan menjadi tumpuan di kehidupan nyata agar bisa saling melengkapi satu sama lain.
Memilih pasangan hidup harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT ketika sudah berumah tangga kelak.
Baca Juga: Sukabumi Anti Jomblo, Daftar Top 5 Daerah Paling Bucin di Jawa Barat
KDRT adalah hal krusial yang kerap menjadi alasan retaknya hubungan pernikahan selain perselingkuhan. Maka, kriteria pasangan hidup tak hanya dilihat dari fisiknya saja, melainkan karakter dan kepribadiannya perlu juga dipertimbangkan.
Bahkan lebih spesifik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak meminta para wanita mengenali kepribadian calon pasangan sebelum memutuskan langkah lebih jauh ke jenjang pernikahan. Hal ini guna mencegah terjadinya hubungan yang tidak sehat hingga KDRT, seperti dilansir via Tempo.co.
Baca Juga: Daftar 718 Bahasa di Indonesia Selain Sunda: International Mother Language Day
Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Eni Widiyanti merespon hal tersebut. Ia menyampaikan pendapatnya dalam diskusi bertema "Cegah Perempuan Terjebak Toxic Relationship dengan Pria Posesif", di Jakarta pada Jumat, 17 Februari 2023 lalu.
"Dengan mengenal, kita pancing dia menceritakan keluarganya seperti apa. Kita akan tahu, ternyata keluarganya bahagia, dari kecil ternyata dia bahagia, tidak pernah punya trauma. Ini akan menjadi satu penilaian yang baik, ini kandidat kayaknya untuk teman hidup yang aman, tidak menjadi Toxic Relationship," kata Eni Widiyanti, dikutip Selasa (21/2/2023).
"Kebanyakan dari kita ini, apalagi yang remaja, pokoknya begitu lihat mukanya yang ganteng, sudah langsung tanpa berusaha untuk mengenal dulu," tambah Eni.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Jadul Indonesia Netflix, Ide Romansa Nostalgia Bareng Pasangan!
Kiat Memilih Pasangan untuk Cegah KDRT: Hindari Praktik Kekerasan
Ia juga menyebut ada fenomena banyak pasangan yang mentolerir praktik kekerasan dalam hubungan karena terlanjur mencintai. Padahal, menurutnya praktik kekerasan itu dapat terjadi berulang dalam suatu hubungan dan bahkan kadarnya bisa semakin tinggi.
"Kebanyakan perempuan sudah merasa terlanjur sayang, terus diajak nikah juga," ujarnya. "KDRT bisa awalnya skalanya cuma memukul sebentar atau sedikit, terus lama-lama bisa yang membahayakan jiwa," tegasnya.
Baca Juga: 2 Love Language Baru: Tipe Bahasa Cinta Shared Experience dan Emotional Security
Oleh karena itu, pihaknya meminta agar perempuan memiliki kesadaran untuk memilih pasangan yang baik, tidak hanya berdasarkan rasa cinta saja.
"Jangan langsung love is blind, enggak ada yang namanya sesuatu itu blind, tapi harus bisa dimulai dengan kesadaran," pesan Eni.
Sumber: Tempo.co