SUKABUMIUPDATE.com - Anak muda jaman now memiliki banyak istilah unik dan kekinian. Meskipun beberapa diantaranya terdengar cukup asing bagi angkatan 70-80an.
Mental Breakdown adalah salah satu diantara sekian banyak istilah jaman now yang marak disebut oleh anak muda.
Seseorang yang mengalami Mental Breakdown adalah mereka yang tertekan secara psikologis. Dampaknya rutinitas normal setiap hari akan terganggu produktivitasnya.
Baca Juga: Gak PD Punya Perut Buncit? Lakukan 5 Cara Ini Untuk Mencegahnya!
Mengutip Tempo.co, Mental breakdown dapat membuat seseorang tidak nyaman sehingga penting untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mendapatkan bantuan profesional dari kondisi mental breakdown.
Mental breakdown digambarkan sebagai kondisi stres berat hingga depresi sehingga tidak mampu melaksanakan aktivitas seperti biasa. Istilah mental breakdown digunakan untuk menggambarkan serangkaian penyakit mental, mulai dari depresi, gangguan kecemasan, atau stres akut.
Melansir healthline.com, beberapa peristiwa besar dalam hidup turut berkontribusi terjadinya mental breakdown, mulai dari peristiwa traumatis, kehilangan keluarga, gangguan finansial, stres di tempat kerja, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Kenapa Namanya Sukabumi? Sebelum Like Earth Kekinian, Ini Cerita Historis Kota Mochi!
Berikut adalah tanda-tanda seseorang mengalami mental breakdown:
1. Gangguan kecemasan atau depresi
2. Tidur secara terus menerus
3. Kelelahan
4. Nafsu makan menurun
5. Sulit fokus
6. Sesak napas
7. Mengalami gangguan fisik, seperti sakit perut, kepala, dan gangguan pencernaan.
Baca Juga: Mengenal Tari Mapag Panganten dalam Prosesi Pernikahan Adat Sunda
Dikutip healthdirect.gov.au. untuk ada sejumlah cara untuk mengatasi mental breakdown, diantaranya:
Atur ulang gaya hidup
Gaya hidup berkontribusi atas mental breakdown yang dialami oleh seseorang. Perubahan gaya hidup pun perlu dilakukan, mulai dari cara yang sederhana. Hal-hal yang bisa dilakukan yaitu menata ulang jadwal harian, mengkonsumsi makanan sehat, jalan-jalan atau olahraga, meditasi, kurangi kafein dan alkohol serta istirahat cukup.
Lakukan rileksasi
Beberapa bentuk rileksasi seperti meditasi atau latihan pernapasan, juga dapat membantu dan dapat dipraktikkan saat tubuh merasa tingkat stres meningkat.
Terapi Perilaku Kognitif
Terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) biasanya akan direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan kondisi kesehatan mental lainnya.
Terapi ini berupa terapi bicara yang bertujuan untuk menghentikan kebiasaan berpikir negatif. Terapi perilaku kognitif melibatkan identifikasi pola pikir yang bermasalah dan mempelajari keterampilan mengatasi untuk mencegahnya datang kembali
Konsultasi dengan dokter
Dokter akan meresepkan obat anti depresi atau anti-depresean jika diperlukan untuk mengatasi gejala yang menyertai mental breakdown.
Sumber: Tempo.co