SUKABUMUUPDATE.com - Sisindiran dalam bahasa Sunda memang diartikan sebagai Pantun. Namun yang ditulis berikut ini bukan sisindiran pantun, melainkan kalimat menyindir frontal menggunakan bahasa Sunda, disebut sindiran.
Sindiran frontal dan pedas kerap dicari oleh sebagian orang. Sindiran disini dimaksudkan untuk menyindir sikap, perilaku atau perbuatannya yang buruk. Jadi, bukan dalam artian menyindir fisik atau sesuatu yang dimiliki seseorang.
Sunda people biasanya sudah memahami bahwa kata-kata sindiran ini biasanya bertujuan untuk mengingatkan seseorang secara tersirat. Artinya, ingin mengingatkan dengan tidak mengatakan langsung inti kesalahannya. Khawatir menyakiti hati serta agar tidak melukai perasaan seseorang.
Beberapa orang dengan sifat peka ketika disindir sedikit akan sadar dengan sendirinya. Namun, sebagian orang ada yang kebal sehingga terkadang perlu diberi sindiran pedas atau frontal.
Baca Juga: Kenapa Saat Lampu Merah Kendaraan Harus Berhenti? Ternyata Ini Alasannya!
Meskipun demikian, pemilihan kata yang digunakan tetap perlu dipertimbangkan secara bijaksana. Mengingat pepatah, “mulutmu harimaumu”, maka di zaman medsos modifikasinya adalah “jarimu harimaumu”.
Berikut 10 Kata-Kata Sindiran Bahasa Sunda, Ungkapan Tersirat Supaya Gak Sakit Hati
1. Komo lamun imah kawas karaton, cacakan sagedé pelok ogé mani gedé hulu alabatan ti naon.
Artinya “apalagi kalau rumahnya seperti keraton, walaupun sebesar biji mangga pun sombongnya minta ampun”.
Kata-kata ini untuk menyindir orang yang suka menyombongkan rumahnya. Di sini ada gaya bahasa rarahulan, yaitu ‘sagedé pelok’ maksudnya mengumpamakan bahwa rumahnya itu kecil. Ada juga babasan gedé hulu, artinya sombong.
Kata-kata sindiran ini tentunya bukan untuk menghina ukuran rumah seseorang, tetapi menyindir kelakuannya yang sombong.
2. Ngomong songong, kalakuan polontong, ari ditanya bengong
Artinya “bicara kasar dan asal bunyi, kelakuan belagu, tapi ketika ditanya tidak tahu”. Kata-kata ini sindiran untuk orang yang bicara kasar, sok tahu, dan banyak tingkah merasa diri paling berani tapi kurang berwawasan.
Adapun yang disindir bukan tentang wawasannya, tetapi cara bicara dan tingkah laku seseorang yang tidak baik.
3. Keur butuh ngurunyung teu butuh nurus tunjung
Artinya “sedang butuh datang tidak butuh lagi menyebalkan”. Kata-kata sindiran basa Sunda ini untuk menyindir teman yang suka datang atau dekat kalau lagi butuh saja. Kalau dia tidak butuh, kelakuannya menyebalkan.
Baca Juga: Raden Kian Santang, Penunggu Curug Meong di Wisata Alam Cikaso Sukabumi
4. Bobogohan wéh diheulakeun ari jajan ménta ti kedot
Artinya “pacaran didahulukan tapi jajan masih minta ke orang tua”. Sindiran untuk anak sekolah, remaja atau anak baru gede yang sudah pacaran tapi belum punya penghasilan. Uang jajannya pun masih minta ke orang tua.
Kata kedot merupakan bahasa Sunda kasar dari kata kolot (loma) dan sepuh (lemes).
5. Buuk nurutan urang Walanda ari dahar jeung hulu peda
Artinya “rambut meniru orang Belanda tapi makan dengan kepala asin peda”. Maksudnya gaya rambut berwarna pirang meniru orang luar negeri, tapi tidak sesuai dengan keadaan ekonominya.
Disini yang disindir adalah perilakunya yang tidak tahu diri, dimana tidak ada kesesuaian; antara tingkah laku dengan keadaan.
6. Pangala sapedaeun pengeluaran sakudaeun
Artinya “penghasilan hanya cukup untuk membeli ikan asin tapi pengeluaran seharga kuda”. Kata-kata Sunda ini untuk menyindir orang yang penghasilannya kecil tetapi gaya hidupnya tinggi.
7. Napsu kawas kuda tanaga jiga peda
Artinya “keinginan besar seperti kekuatan kuda, tetapi kemampuan kecil seperti ikan peda”. Maksudnya sindiran untuk yang tidak tahu diri, punya keinginan besar melampaui kemampuannya yang kecil.
8. Di luar jiga nu beunghar di imah dahar jeung beunghar
Artinya “Di luar rumah seperti orang kaya, di rumah makan sama sambal banghar”. Kata-kata Sunda ini sindiran untuk orang biasa yang di rumahnya serba keterbatasan tetapi pergaulan di luar rumah berlaga bak orang kaya.
Baca Juga: Sudah Dipulangkan, Ini Motif 2 Anak Gadis di Cireunghas Sukabumi Ikut Komunitas Anjal
9. Loba gaya kurang daya
Artinya “banyak gaya kurang daya”. Maksudnya banyak tingkah atau banyak gaya tetapi kemampuannya kecil.
10. Teu ngukur ka kujur teu nimbang kana awak
Artinya, kata-kata sindiran Sunda ini maksudnya tidak tahu diri, tidak tahu malu, tidak sadar akan kemampuan diri sendiri.
Sebagai catatan bahwa manusia tidak dapat memiliki bentuk fisik seperti apa, maka dari itu bullying atau perundungan tidak diperkenankan untuk alasan apa pun.
Manusia sebagai insan sejatinya selalu diberikan pilihan, bahkan diperintahkan untuk bersifat dan berperilaku baik.
Sumber: Sundapedia.com