SUKABUMIUPDATE.com - Arsitektur rumah tinggal tradisional Sunda di Kampung Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi adalah hasil karya leluhur dengan kearifan lokalnya.
Arsitektur rumah tradisional Sunda di Kampung Adat Ciptagelar mewariskan nilai-nilai struktur konstruksi bangunan yang baik, unik dan dapat diaplikasikan pada desain bangunan masa kini.
Rumah tinggal tradisional Sunda di Kampung Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi memiliki struktur konstruksi yang kokoh. Hal ini dibuktikan dari usia bangunan yang sudah berdiri ratusan tahun dan teruji saat menghadapi bencana gempa bumi, angin, maupun beban bangunan dan beban fungsi.
Baca Juga: Filosofis Rumah Panggung: Arsitektur Sunda Buhun di Kampung Adat Ciptagelar
Tata bangunan Kasepuhan Ciptagelar pun diletakkan dengan cara nyengked atau terasering (sengkedan). Bangunan dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu are (paling bawah), leuir (paling tinggi) dan siger tengah (di tengah-tengah).
Pembagian tersebut disusun berdasarkan aturan adat yang harus dipatuhi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, dikutip dari salah satu penelitian Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Beralih soal bentuk suhunan rumah adat sunda yang kemudian dikutip dari laman sundapedia.com. Rumah adat Sunda umumnya sering disebut imah panggung atau rumah panggung. Sebutan imah panggung didasarkan pada rumah yang terbuat dari bahan-bahan alam seperti batu, kayu, bambu, dan ijuk atau ilalang.
Baca Juga: Puasa Sunnah Rajab 2023 Dimulai 23 Januari Besok! Simak Jadwal Lengkapnya
Wargi Sukabumi Harus Tahu! Zaman dahulu, tempat tinggal di perkampungan tatar Sunda mayoritas berbentuk rumah panggung, tetapi sekarang sebaliknya, rumah panggung justru hampir tidak ada. Kecuali di kampung-kampung adat yang mempertahankan tradisi dan budaya Sunda buhun atau dalam bahasa sunda "pasisian pisan".
Kaki-kaki rumah adat Sunda disebut batu tatapakan, yaitu batu yang dipahat membentuk balok. Lantainya dari kayu papan atau palupuh dari bambu. Dari tanah ke lantai ada kolong, biasanya sering dimanfaatkan untuk kandang ayam, entog, meri (itik), atau soang (angsa).
Tihang atau tiangnya dari balok kayu (pasagian), dindingnya bilik yang terbuat dari anyaman bambu. Di antara tiang-tiang terdapat kayu palang yang disebut palang dada.
Baca Juga: 6 Bahasa Tubuh Wanita Jatuh Cinta, Salah Satunya Selalu Tersenyum Padamu
Jendela dapur jarang memakai kaca, melainkan dari sarigsig kayu atau bambu. Sarigsig yaitu bilah kayu, bambu atau besi yang dipasang vertikal dengan jarak agak carang (jarang). Di dapur umumnya terdapat tungku dari tanah yang disebut hawu. Di atas hawu terdapat para tempat menyimpan kayu bakar.
Pintu depan maupun dapur umumnya dari kayu papan tanpa variasi atau dari triplek. Di depan pintu terdapat golodog yaitu bangku yang menempel ke bangunan rumah.
Jendela depan menggunakan kaca. Langit-langitnya dari bilik bambu. Suhunan atau atapnya dari injuk (ijuk), eurih (ilalang), atau hateup (kiray).
Sumber : berbagai sumber.