SUKABUMIUPDATE.com - Wayang adalah salah satu ciri khas Bangsa Indonesia berupa pertunjukan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
Cerita wayang biasanya kolaborasi antara kisah hindu dan mitos yang dipercayai oleh masyarakat.
Wargi Sukabumi yang termasuk budaya tatar sunda sedikit banyak perlu mengenal wayang, kesenian tradisional yang mulai tergerus zaman ini.
Wayang Golek adalah satu diantara sekian banyak jenis ciri khas bangsa dalam budaya Sunda.
Salah satu cerita Wayang Golek adalah Semar Rarabi (Jaka Gintiri) dengan dalang Abah Asep Sunandar Sunarya dari Giri Harja 3.
Agar masyarakat tatar Sunda khususnya Sukabumi tidak lupa budaya khas bangsa ini, berikut sinopsis cerita Wayang Golek Semar Rarabi (Jaka Gintiri), dikutip dari sundapedia.com
Baca Juga: Kesenian Sunda Wayang Golek, Tokoh Pandawa Lima Lengkap dengan Karakternya
Wayang Golek Semar Rarabi (Jaka Gintiri) menceritakan Semar Badranaya yang menikah dengan seorang putri raja yang sangat cantik.
Dikisahkan, Prabu Jinawia seorang raja linuhung di Sekar Mumbe mempunyai seorang putri cantik bernama Siti Ragen dan putra bernama Jaka Gintiri.
Negara Sekar Mumbe digambarkan sebagai negara sampun kaceluk ka kanangewu, kaloka ka janapria, kawentar, kajamparing angin-angin, kakoncara mancanegara.
Subur makmur, gemah ripah, loh jinawi, aman santosa, kerta raharja. Sepi paling, towong rampog, nu digawe simpe hate, kaum buruh henteu ripuh, karyawan sami sareng, ingon-ingon kebo, sapi pada mulus.
Siti Ragen adalah putri kerajaan Sekar Mumbe yang sangat cantik sehingga banyak raja yang ingin mempersuntingnya. Sedangkan Jaka Gintiri seorang ksatria yang baik dan jago bertarung.
Demi menghindari peperangan antara para raja, akhirnya Prabu Jinawia mengadakan sayembara. Sang Prabu menunjuk adik Siti Ragen, Jaka Gintiri sebagai jago sayembara. Prabu Jinawia menginginkan menantu yang soleh dan bisa menjalankan rel kehidupan.
Jika Siti Ragen mendapat jodoh, Prabu Jinawia sekalian akan melantik Jaka Gintiri jadi Senopati di kerajaan Sekar Mumbe.
Wayang Golek Semar Rarabi (Jaka Gintiri) turut menceritakan dimana patih kerajaan Sekar Mumbe, Patih Jinareksa mendapat tugas menjadi panitia sayembara. Biaya sayembara berasal dari uang lamaran para raja. Sayembara dilaksanakan di alun-alun kerajaan dan ditonton banyak orang karena memang terbuka untuk seluruh rakyat.
Sudah 15 hari, belum ada seorang raja pun yang berhasil mengalahkan Jaka Gintiri. Pada hari ke-16 tersisa dua orang lagi raja yang siap bertarung dengan Jaka Gintiri demi memperebutkan Siti Ragen. Dua raja tersebut yaitu Prabu Putaksi dan Prabu Puspa Denta.
Prabu Jinawia berkata ke Jaka Gintiri dalam Wayang Golek,
“bral lumampah, jung gera lumaku, jig gera indit, mudah-mudahan sapanundut ginulur lan sapaneja tinekanan anjeun ditetepkeun aya dina rohmat sareng pitulung Gusti anu kagungan”.
Jaka Gintiri lalu pamit meninggalkan ayahnya menuju alun-alun. Peserta sayembara dan penonton sudah menunggu.
Baca Juga: Riksa Budaya: Daftar 6 Jenis Kesenian Wayang di Indonesia
Alun-alun digimbung ku jalma-jalma ti kulon ti wetan ti kidul ti kaler, sepuh anom jaler istri, dugika ngaleut ngeungkeuy ngabandaleut, jalma-jalma pagaliwota, pedagang berjajar di sebelah selatan.
Sedangkan Siti Ragen duduk di panggung di sudut selatan alun-alun, dipayungan ku payung agung gilap kuning payung agung kerajaan.
Patih Jinareksa yang sudah berada di tengah alun-alun membuka sayembara hari ke-16 dan membacakan peraturan sayembara, lalu memanggil Raja Putaksi.
Prabu Putaksi oko begalan pati dengan Jaka Gintiri, namun tidak butuh waktu lama Jaka Gintiri berhasil mengalahkan Prabu Putaksi. Akhirnya Prabu Putaksi pun mengaku kalah.
Patih Jinareksa kemudian memanggil peserta berikutnya, Prabu Puspa Denta, seorang raja yang terkenal ahli sihir.
Prabu Puspa Denta tidak bisa menahan diri melihat kecantikan Siti Ragen. Dia berkata “Tobaaat… beuki deukeut itu Siti Ragen nepika enyoy-enyoyan cahaya na geulis! Nyai.. Siti Ragen anu geulis, nyai. Jigana wae akang lamun teu kauntun tipung katambang beas laksana kapiduriat kajeun paeh ngabale bangke ngajampana bugang. Deudeuh nyai, pantes lamun akang balik ka nagara sasar lamun teu laksana.”
Puspa Denta sangat yakin bisa mengalahkan Jaka Gintiri karena dirinya ahli sihir. Mereka berdua kemudian bertarung sengit.
Jaka Gintiri terus mendesak Puspa Denta dengan serangan-serangan telak. Akhirnya Puspa Denta mengeluarkan ilmu sihirnya, Jaka Gintiri dipukul dari kejauhan hingga jatuh terguling-guling.
Namun Jaka Gintiri bukan orang sembarangan. Ia bangun lalu menggunakan ilmu pamungkasnya. Jaka Gintiri memukul dada Puspa Denta dengan kedua tangan dan kakinya sampai Puspa Denta meninggal dunia.
Sebelum melepaskan nyawanya, Puspa Denta masih sempat mengeluarkan ilmu sihirnya. Dia memindahkan rasa cintanya kepada Siti Ragen ke hati Jaka Gintiri sehingga Jaka Gintiri jadi mencintai dan ingin menikahi kakaknya sendiri.
Sementara itu, Prabu Jinawea di keraton kedatangan Patih Jinareksa yang akan melaporkan kejadian di alun-alun. Patih menyampaikan ada peserta sayembara yang meninggal. Sang Prabu merasa khawatir akan ada akibat dari peristiwa itu.
Tiba-tiba datang Siti Ragen yang berlari minta tolong karena dikejar-kejar Jaka Gintiri. Siti Ragen melaporkan Jaka Gintiri ingin menikahinya. Jaka Gintiri pun membenarkan, ia minta segera dinikahkan dengan kakaknya.
Prabu Jinawea murka dan berucap “teu beda ti dedemit sia hirup teh”. Lalu Jaka Gintiri berubah wujud jadi makluk “dedemit” yang panjang lehernya. Siti Ragen pingsan kemudian diamankan oleh Patih Jinareksa.
Setelah berubah wujud, Jaka Gintiri tetap merintih minta dinikahkan dengan Siti Ragen. Sang Prabu memejamkan matanya, seketika Jaka Gintiri yang sudah berubah wujud melesat keluar.
Keun urang teundeun di handeuleum sieum geusan sampeureun, cag urang tunda di hanjuang siang geusan alaeun, paragi nyokot ninggalkeun, mangsa datang sampeur deui.
Diceritakan dalam Wayang Golek Semar Rarabi (Jaka Gintiri), Semar Badranaya ditemani kedua anaknya, Cepot dan Dawala sedang istirahat dalam perjalanan meninggalkan Tumaritis karena ada panggilan ghaib, Siti Ragen sudah minta dijemput. Dalam hatinya, Semar sebetulnya merasa khawatir disebut beger pakokolot.
Ketika akan melanjutkan perjalanan, terdengar suara yang minta tolong. Semar menghampiri sumber suara yang terdengar dari balik pandan hutan.
Cepot dan Dawala kaget melihat makluk aneh yang terikat akar di pohon pandan. Singkat cerita makhluk itu ditolong dan berkenalan dengan Semar, Cepot dan Dawala.
Baca Juga: Wargi Sunda Tahu Si Cepot? Yuk Simak, Pepeling Legend Pewayangan Sunda!
Dalam obrolannya, Cepot mengatakan Semar ingin menikah dengan Siti Ragen. Makhluk itu marah cemburu karena menurutnya Siti Ragen adalah kekasihnya. Lalu dedemit itu memukul Cepot dan Dawala sampai mati, namun dihidupkan kembali oleh Semar.
Dedemit itu dipukul oleh Semar, tiba-tiba wujudnya berubah lagi menjadi Jaka Gintiri dan rasa cintanya ke Siti Ragen pun hilang.
Jaka Gintiri sangat berterima kasih kepada Semar, dia menceritakan dirinya jago sayembara atau adik Siti Ragen. Jaka Gintiri menepati janji, karena sayembara belum ditutup maka siapa yang berhasil mengalahkannya akan dinikahkan dengan Siti Ragen. Semar, Cepot, dan Dawala pun diajak menghadap Prabu Jinawea.
Di Keraton Sekar Mumbe, Sang Prabu Jinawi kaget kedatangan Jaka Gintiri, Semar, Cepot, dan Dawala. Jaka Gintiri meminta maaf kepada ayahnya dan mengaku rasa cintanya ke Siti Ragen telah hilang. Jaka Gintiri pun menceritakan peristiwa yang dialaminya.
Sang Prabu berterima kasih ke Semar karena dianggap telah menyelamatkan nama baik keluarga kerajaan. Prabu menawarkan harta kekayaan kepada Semar. Namun Jaka Gintiri mengatakan dirinya kalah bertarung oleh Semar, sementara sayembara belum dibubarkan sehingga dirinya menjanjikan Semar akan dijodohkan dengan Siti Ragen.
Prabu menyetujui, lalu menyuruh Jaka Gintiri memanggil Siti Ragen untuk menghadap ke keraton. Siti Ragen pun mengucapkan terima kasih kepada Semar dan menyuruh adiknya memberikan harta kekayaan kepada Semar.
Prabu Jinawea menjelaskan, Semar bermaksud ikut sayembara dan Jaka Gintiri kalah bertarung. Siti Ragen merasa dihina, dia menolak Semar.
Cepot dan Dawala mengajak Semar pergi karena sakit hati oleh Siti Ragen. Prabu menyuruh Jaka Gintiri mengejar Semar untuk diberi harta kekayaan, namun Semar sudah tidak ada. Jaka Gintiri khawatir akan ada akibatnya.
Tunda lampah anu aya di karaton, diceritakan Semar di perjalanan merasa sangat sakit hati. Ia menangis dan merintih. Semar kecewa, kenapa di mimpi Siti Ragen sudah minta dijemput tapi kenyataannya malah menghina.
Semar menangis sambil berkata,
“Teu sangka kieu jadina Astrajingga, Aawala! Da ieu kajadian teh aya patalina jeung riwayat dewek baheula, ujang! Indung silaing ti sawarga teh ditinggalkeun, Dewi Kanastren.
Dewek gumelarna ka alam dunya teh sasat meunang tugas, meureun ayeuna nuturkeun indung silaing teh nitis ka putra raja Sekar Mumbe. Tapi naha bet silo kedatangan aing, amboing….amboing..”
Baca Juga: Wargi Sukabumi Melek Budaya, Inilah Kumpulan Quotes Sunda Wayang Golek
Semar berpikir, ia ingat wujudnya di sawarga bukan seperti wujudnya sekarang. Lalu Semar berganti wujud menjadi Sanghyang Ismaya. Cepot dan Dawala yang tertinggal di belakang, heran melihat ada pria tampan. Mereka tidak mengenal kalau itu wujud Semar yang asli.
Ismaya pun akhirnya memberitahukan dirinya Semar Badranaya. Cepot dan Dawala belum percaya, Cepot membuktikannya dengan mencium sarung Semar.
Ismaya atau Semar mengjak Cepot dan Dawala untuk ikut sayembara. Cepot mengajukan syarat agar ayahna menolak dulu Siti Ragen agar tahu bagaimana rasanya sakit hati. Cepot dan Dawala ditiup oleh Semar agar tidak dikenali oleh orang kerajaan Sekar Mumbe.
Tiba di keraton, Semar, Cepot, dan Dawala dipersilakan duduk. Siti Ragen sangat tertarik oleh Ismaya.
Jaka Gintiri pun menerima Ismaya sebagai peserta sayembara, ia mengajak Ismaya bertarung ke luar. Namun Semar menolak, ia ingin bertarung di depan raja. Ismaya atau Semar mengatakan “Leuleus anjeun”, maka lemahlah tubuh Jaka Gintiri. Jaka Gintiri mengaku kalah, Semar mengatakan “Damang anjeun”, lalu Jaka Gintiri sembuh lagi.
Siti Ragen menyerahkan diri, namun Ismaya menolak. Pada akhirnya Ismaya menerima Siti ragen, dengan sejumlah syarat. Siti Ragen menerima semua syarat dari Ismaya.
Ismaya berubah wujud lagi jadi Semar. Siti Ragen menerima Semar karena telah mengetahui wujud aslinya. Prabu akhirnya menikahkan Semar dengan Siti Ragen.
Untuk diketahui, Wayang Golek berbentuk seperti boneka yang terbuat dari kayu.
Pementasan Wayang Golek ini tidak memakai layar di belakangnya atau teknik bayangan seperti Wayang Klithik dan Wayangkulit namun menggunakan panggung dan dimainkan oleh dalangnya secara langsung dari bawah panggung.
Sumber : sundapedia.com