SUKABUMIUPDATE.com - Ramalan Jayabaya adalah salah satu ramalan jawa yang kerap dikaitkan dengan peristiwa faktual masa kini, mengingat beberapa kejadian benar-benar nyata.
Ramalan Jayabaya "Kodok Ijo Ongkang-Ongkang" dibantu oleh pihak asing yang tengah menjalankan doktrin McCarthy, membasmi komunis dari muka bumi.
Pembantaian kaum komunis adalah hasil provokasi oleh oknum dalam ramalan keenam jayabaya "Kodok Ijo Ongkang-Ongkang", yang berkuasa tepat selama empat windu.
Komunis Indonesia musnah tak tersisa yang tersisa hanya onggokan arang yang mengepulkan asap tipis.
Baca Juga: Kisah Nyata Ramalan Jayabaya "Pitik Tarung Sak Kandang", Komunis Pemilu Perang Saudara
Kejadian Nyata Ramalan Jayabaya Ke enam berbunyi "Kodok Ijo Ongkang-Ongkang", dikutip dari E-Book Publikasi bertajuk "Ramalan Joyoboyo" yang diakses dari situs adoc.pub, Rabu (11/1/2023).
Kejadian Nyata Ramalan Jayabaya Ke enam "Kodok Ijo Ongkang-Ongkang" di Indonesia
Ramalan Jayabaya keenam menceritakan tentang Partai Komunis Indonesia hancur berantakan dalam semalam, bahkan tanpa seorang pun pasukan Amerika Serikat muncul untuk turun tangan langsung.
Di Vietnam saat waktu yang bersamaan, pasukan Amerika Serikat sudah lebih dari setengah juta pasukan bekerja keras turun tangan langsung dalam membasmi orang-orang komunis Vietcong.
Usaha Amerika itu tidak juga berhasil mengatasi terowongan tikus orang Vietnam yang amat tersohor. Tidak cukup dengan pasukan militer, juga ikut diterjunkan ke medan pertempuran Vietnam segala jenis senjata modern, senjata kimia, senjata biologi semua saja ditujukan untuk membasmi manusia komunis Vietnam.
Amerika gagal menghadapi pasukan komunis Vietnam, karena orang-orang komunis Vietnam lebih unggul daripada orang-orang komunis Indonesia yang masih dibangunkan oleh Bung Karno nasionalis dan karakter rakyatnya.
Ramalan Jayabaya menyebut Paman Ho atau Ho Chi Minh lebih berhasil membangun karakter dan nasionalis rakyat Vietnam.
Paman Ho mendapat bantuan dari tetangga akrabnya Republik Rakyat Tiongkok yang dikomandani Kawan Mao Dze Dong yang masyhur dalam memimpin Tentara Merah Tiongkok berhasil mengalahkan pasukan Chiang Kai Shek, Kuomintang
dukungan Amerika Serikat.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Kemenangan Jepang, Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang
Jangan dilupakan peran sentral Zhou Enlai, Perdana Menteri Tiongkok yang disebut-sebut lebih dulu menjadi anggota PKT daripada sang ketua Mao sekitar 1921.
Kawan Zhou dan Paman Ho dekat sekali hubungannya terutama tatkala Vietnam membutuhkan sokongan moril maupun materil dalam menahan serangan pasukan militer Amerika Serikat pemenang perang dunia kedua, kekuatannya tak diragukan lagi.
Ramalan keenam Jayabaya "Kodok ijo ongkang-ongkang" berarti berkuasanya kaum hijau, hijau daun atau hijau berlian.
Hijau berlian bermakna simbol pakaian militer angkatan darat. Hijau daun berarti bendera salah satu negeri di jazirah Arab, Saudi Arabia simbol dunia Islam.
Kodok ijo mengeluarkan suara dari kantung udaranya dan terdengar, "oooong....kaaaang, oong... kang.....ong....kang.".
Menurut Cerita Ramalan Jayabaya suara sang kodok itu di musim banjir penghujan sangat riuh-rendah, bahkan ribuan kodok ijo berkumpul menjelang hari mulai gelap untuk melantunkan orchestra simfoni, "ongkang-ongkang"mengisi keheningan malam basah oleh banjir atau hujan terus-menerus.
Sang kodok begitu riuhnya memperdengarkan kemerduan suaranya dengan satu tujuan menarik lawan jenisnya untuk dikawininya.
Tanpa ada air melimpah ruang di kebun atau di halaman rumah atau di tegalan, maka tak akan datang kodok ijo dan riuh-rendah sepanjang malam bersimfoni ria.
Banjir darah akibat gerakan September 1965 mengundang militer angkatan darat turun ke arena untuk mengambil alih kekuasaan di Nusantara dari tangan Bung Karno yang berusaha membuat keseimbangan antara PKI dan AD.
Ramalan Jayabaya menyebut dengan sendirinya AD yang hijau menjadi kekuatan dominan di Nusantara dan mendukung penguasa baru Jenderal Soeharto yang fasis dan otoriter. Sehingga berhasil berkuasa selama empat windu.
Masa rezim "kodok ijo ongkang-ongkang" dalam Ramalan Jayabaya tidak berarti militer terutama AD hanya ongkang-ongkang kaki saja, tidak. Justru AD bekerja keras untuk tetap menjaga bahaya laten komunis yang baru saja dikalahkan oleh AD sendiri.
Komunis yang di tumpas sampai ke akarnya berkat mantra sakti Jenderal Soeharto, "tumpas habis sampai tujuh turunan".
Kala itu siapa saja yang terlibat komunis, selalu bekerja keras mencegah bangkitnya komunis di negeri Nusantara yang berubah menjadi negeri.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya "Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong", Kisah Nyata Majapahit Abad Ke-15
Hal ini tergantung sejak masuknya modal asing akibat dibukanya keran modal oleh Jenderal Besar Soeharto yang membuat sebagian rakyat memujanya karena rakyat menjadi sejahtera.
Akan tetapi sayang sekali slogan "awas bahaya laten komunis" itu terlalu berlebihan dikoar-koarkan selama Jenderal Soeharto berkuasa.
Padahal sudah jelas dengan gamblangnya komunis sudah hancur tak punya kekuatan apapun, tetapi malah menakuti rakyat.
Ujung-ujungnya intimidasi dan teror kepada rakyat, dan ujung-ujungnya lagi Bapak Pembangunan itu terus terpilih dan terpilih lagi jadi Presiden RI.
Prabu Joyoboyo hampir seribu tahun yang silam sudah meramalkan datangnya penguasa militer baru berbusana hijau, yakni AD. Ceritanya sang penguasa itu muncul setelah terjadinya perang saudara di Nusantara dalam, Ramalan Jayabya "Pitik tarung sak kandang".
Setelah sang kodok tidak berkuasa lagi tampil rezim baru yang disebut rezim reformasi. Apa yang terjadi, "kodok ijo, kodok bangkak, kodok percil, dan kodok pohon" dan lainnya ramai-ramai memperdengarkan suaranya tanpa hambatan lagi datang dari manapun.
Ramalan Jayabaya akhirnya mengisahkan bahwa ujung dari kebebasan itu ialah eyel-eyelan untuk menonjolkan pendapat sendiri yang belum tentu benar.
Sumber : adoc.pub