SUKABUMIUPDATE.com - Ramalan Jayabaya adalah salah satu ramalan jawa yang selalu dikaitkan dengan peristiwa faktual masa kini, mengingat beberapa diantaranya benar-benar nyata.
Kisah Nyata "Pitik Tarung Sak Kandang" dalam Ramalan Jayabaya kelima menceritakan tentang Komunis Pemilu hingga Perang Saudara akibat pertentangan Ideologis di Indonesia.
Simak Kisah Nyata Ramalan Jayabaya Kelima berbunyi "Pitik Tarung Sak Kandang", dikutip dari E-Book Publikasi bertajuk "Ramalan Joyoboyo" yang diakses dari situs adoc.pub, Senin (9/1/2023).
Kisah Nyata Ramalan Jayabaya "Pitik Tarung Sak Kandang" di Indonesia
Kenyataan Ramalan Jayabaya "Pitik Tarung Sak Kandang" menyebutkan soal 30 September 1965 di lapisan stratosfer langit malam, pada radius tiga kilometer dari kraton Prabu Jayabaya atau Sri Aji Joyoboyo, para penduduk menyaksikan "lintang kemukus" bergerak perlahan ke arah utara.
Benda langit cerah bersinar persis pesawat angkasa luar yang diidentifikasi selama berabad "lintang kemukus" yang bergerak lambat di langit, menjadi pertanda datangnya peristiwa besar di jagad manusia.
Malam-malam perburuan 20 juta anggota komunis di Nusantara mulai dicanangkan. Partai komunis ketiga terbesar di dunia berada dalam kepungan negeri berpenduduk muslim terbesar.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya Kemenangan Jepang, Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang
Ramalan Jayabaya "Pitik Tarung Sak Kandang" ini menerangkan bahwa sepuluh tahun silam kaum komunis berhasil menempati anak tangga keempat dalam pemilu paling demokratis di negeri Pancasila, suatu sintesis ideologi-ideologi yang ada di gelanggang politik dunia dicetuskan Bung Karno, penyambung hati rakyat Indonesia.
Jayabaya seorang putra dari cinta sejati Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati, kedua remaja pilihan ini adalah putra mahkota dari dua kerajaan di tepi sungai Brantas.
Perkawinan kerajaan yang mereka jalani sebelumnya penuh dengan drama percintaan paling dikenang selama berabad-abad oleh penduduk Jawa bagian Timur.
Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati yang belum bertemu satu sama lain sempat menolak perjodohan dua kerajaan atas diri mereka. Setelah Dewi Sekartaji mengembara bertahun-tahun, demikian pula Inu Kertapati, keduanya remaja paling cantik dan paling tampan di kerajaan Daha dan Jenggala.
Singkat cerita mereka akhirnya bertemu di pulau Dewata dan saling jatuh cinta satu sama lain. Perkawinan pun berlangsung meriah, dua kerajaan digabungkan, dan dari hasil cinta sejati mereka lahirlah seorang manusia unggul bernama Sri Aji Joyoboyo alias Prabu Jayabaya yang kelak marak menjadi raja kerajaan Kediri.
Dalam masa pemerintahannya sastra dan seni berkembang luar biasa pesatnya. Perkataan yang berwujud ramalan-ramalan dari segenap cerdik-pandai di seluruh negeri dikumpulkan dan dipilih yang terbaik untuk dipersembahkan kepada yang mulia Sri Aji Joyoboyo.
Dengan bahan melimpah itulah sang raja besar itu mempublikasikan ramalan kelima "pitik tarung sak kandang" untuk menggambarkan perang saudara masa depan di tanah Jawa.
Ramalan Jayabaya "Pitik Tarung Sak Kandang" mengisahkan gerakan September 1965 yang memicu pertarungan dua ideologi yang bertentangan.
Satu sisi kubu materialis, yang diwakili oleh 20 juta komunis, disisi lain terdapat kubu idealis, yang diwakili 60 juta muslim.
Baca Juga: 5 Ramalan Jayabaya 2023, Maraknya Fenomena Cocokologi Faktual Masa Depan
Menurut Kenyataan Ramalan Jayabaya kala itu, kaum komunis menggunakan sistem filsafat materialisme dialektis. Kaum muslim masuk kubu idealis.
Jika kedua sistem itu berhadapan dalam realitas kehidupan maka yang terjadi adalah pertentangan paham, tidak kurang-kurangnya Bung Karno berusaha mendamaikan pertentangan komunis dan Islam dalam wadah Nasakom, lebih lanjut lagi di forum legislatif dibentuk kabinet "gotong-royong".
Usaha kecil Bung Karno dengan visi luar biasa sejak 1926, berusaha menghindarkan terjadinya "pitik tarung sak kandang". Bung Karno sangat menguasai ramalan Sri Aji Joyoboyo tersebut.
Makna Ramalan Jayabaya Kelima "Pitik Tarung Sak Kandang"
"Pitik tarung sak kandang" artinya ayam peliharaan yang setiap pagi dan petang berada dalam ruangan yang sama. Ayam dalam satu ruangan itu setiap hari hidup rukun di luar ruangan.
Kandang disini bukan kandang yang rapat, ayam yang dipelihara penduduk di Jawa biasanya dibuatkan pijakan-pijakan bambu atau kayu untuk tidur si ayam.
Ayam tersebut bebas keluar masuk ruangan kapan saja atas kemauan sendiri. Mereka berada dalam rumah yang sama dan hidup rukun.
Sangat jarang terjadi ayam dalam satu "kandang" saling berkelahi di dalam kandangnya. Bahkan tidak pernah terjadi perkelahian ayam dalam kandang bebasnya itu.
Perkelahian kecil biasanya rebutan tempat "mangkring" yang kuat, ayam dewasa, memilih berada di depan. Ayam muda oleh pemiliknya dipisahkan, dikurung tersendiri.
Dalam kandangnya, puluhan ayam itu tidak pernah berkelahi karena mereka
hanya berkumpul pada petang hari untuk mulai tidur malamnya yang berlangsung
hingga subuh.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya "Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong", Kisah Nyata Majapahit Abad Ke-15
Tentang Ramalan Jayabaya Kelima dan Keenam
Saat mereka terbangun dan keluar kandang itulah sang pemilik menjamu santapan pertama, selanjutnya terserah anda mau cari makan di mana.
Dalam enam bulan saja komunis dibantai lawan-lawannya, segenap peranan mereka telah disingkirkan dari pemerintahan, pers, dunia pendidikan dengan memenjarakan tanpa proses pengadilan.
Jutaan pegawai aparat pemerintah Bung Karno tidak perlu dibayarkan pensiun mereka, walau sudah bekerja sejak perang kemerdekaan. Sangat ekonomis!
Pembantaian kaum komunis yang tengah terjadi itu adalah hasil provokasi oleh oknum yang dimaksud dalam ramalan keenam sri Aji Joyoboyo: "kodok ijo ongkang-ongkang", yang berkuasa tepat selama empat windu.
Ramalan Jayabaya "Kodok ijo ongkang-ongkang" dibantu oleh pihak asing yang tengah menjalankan doktrin McCarthy, membasmi komunis dari muka bumi.
Komunis Indonesia musnah tak tersisa yang tersisa onggokan arang yang mengepulkan asap tipis.
Di musim penghujan bakal tumbuh tunas baru di tumpukan berwarna hitam itu.
Hal ini karena negeri Nusantara sangat subur untuk mengubah kegersangan menjadi hijau kembali, yaitu dengan tumbuhnya beraneka tanaman baru, termasuk yang sudah dianggap musnah.
Sumber : adoc.pub