SUKABUMIUPDATE.com - Ramalan Jayabaya kerap dikaitkan dengan peristiwa faktual masa kini, mengingat beberapa ramalannya benar-benar terjadi di masa lalu.
"Semat Ireng Anak-anak Sapi" adalah Ramalan Jayabaya kedua yang benar terjadi di Indonesia pada tahun 1596.
Kala itu, Cornelis de Houtman mendarat di Batavia atau Sunda Kelapa sesuai Ramalan Jayabaya.
Berikut Fakta Ramalan Jayabaya yang Nyata berbunyi "Semat Ireng Anak-anak Sapi", dikutip dari E-Book Publikasi bertajuk "Ramalan Joyoboyo" yang diakses dari situs adoc.pub, Rabu (4/1/2023).
Ramalan Jayabaya ini Nyata Terjadi di Indonesia "Semat Ireng Anak-anak Sapi"
Pada 1292, Marcopolo penjelajah Italia meninggalkan daratan Tiongkok setelah bermukim sekian tahun membawa berita dunia menakjubkan bagi benua Eropa.
Namun 200 tahun kemudian 1492 Christopher Columbus juga orang Italia mendarat di benua milik bangsa Indian Amerika Utara dan mengabarkan bahwa dunia berbentuk bulat, bundar bola.
Bangsa Eropa berkulit putih terkenal sangat rajin dan ulet bekerja bagai semut hitam, dan selalu minum susu sapi sejak bayi. Mereka mulai gelisah dan menyiapkan diri dengan kapal-kapal layar kecil gesit dan cepat begitu mengetahui kabar ada dunia besar lain penuh tantangan petualangan.
Bertahun-tahun mereka perlu mendesain kapal yang dipersenjatai untuk mengarungi samudera menemukan dunia baru dalam rangka mencari bahan mentah baru, dan rempah-rempah dari sumbernya langsung di dunia Timur atau di belahan dunia lain.
Baca Juga: 5 Ramalan Jayabaya 2023, Maraknya Fenomena Cocokologi Faktual Masa Depan
Ramalan Jayabaya kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan 200 tahun silam, dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan berdirinya Majapahit.
Majapahit berdiri 1293 bersamaan waktunya bangsa Eropa mulai memodernisasi kapal-kapal laut mereka dengan bantuan orang semacam Marcopolo yang kembali dari negeri Timur terutama Tiongkok dengan membawa cerita hebat kemajuan, teknologi baru dan menerapkannya di Eropa.
Majapahit dan benua Eropa berlomba membangun kebesaran masing-masing dengan kapal-kapal laut yang siap bertempur di tengah samudera, Majapahit berada di balik bumi daripada benua Eropa maupun Amerika.
Kelak bangsa Eropa berhasil memasuki wilayah Majapahit Nusantara tak perlu berperang menghadapi kekuatan hebat Majapahit karena sedang mengalami konflik internal yang menghancurkan diri-sendiri dalam perang paregreg.
Kekuatan adidaya di bumi belahan Selatan itu hancur sama sekali sehingga tidak pernah berkesempatan menghadapi bangsa kulit putih yang datang untuk menginvasi dunia.
Baca Juga: 6 Strategi Pencapaian Target Inklusi 90% Tahun 2024, Cocokologi Ramalan Jayabaya?
Hindu-Buddha Majapahit tergusur oleh kerajaan Islam yang tidak memiliki angkatan laut yang sekuat Majapahit, akan tetapi memiliki angkatan darat yang tak kalah hebat dengan milik Majapahit. Mereka berhimpun dengan kekuatan Islam di mana-mana yang siap siaga menghadapi bangsa Eropa Nasrani dengan kapal perang bersenjata yang sulit ditaklukkan di mana-mana.
Konflik perang salib di Eropa dan perbatasan dengan Asia berpindah ke dunia baru. Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara serta Asia Timur. Pasukan Tiongkok yang dikirimkan ke perairan Selatan (Nan Yang) tidak begitu kuat untuk membantu kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara menahan banjir bandang kapal-kapal orang Eropa.
Tiongkok bahkan berperan dalam merontokkan kekuatan Majapahit sehingga tak ada tameng di perairan Selatan yang cukup disegani di masa sebelumnya. Kekuatan Tiongkok lebih dipusatkan untuk menjaga keamanan di belahan bumi Utara. Sehingga tidak mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Majapahit.
Paus Leo X gerah dengan pertikaian sesama bangsa Eropa Nasrani memperebutkan daerah baru di belahan dunia lain, sudah menjadi kewajiban Sri Paus untuk mendamaikan hal tersebut dengan mengeluarkan Jus Patronatus atau Padroado pada 1514.
Spanyol mendapat bagian berlayar ke Barat dan Portugis mendapat bagian berlayar ke Timur.
Dua kekuatan Nasrani yang berlayar berlawanan arah ini akhirnya benar-benar mengelilingi dunia dan bentrok di kepulauan Philipina, Spanyol bertahan di kepulauan tersebut, Portugis mencelat ke Timor Timur.
Keduanya berusaha memantau dan tetap "ndedepi" kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah antara lain pala, minyak kayu putih, dan cengkeh.
Sementara itu ada sebuah bangsa Eropa lain, semut ireng paling rajin bekerja: membendung laut untuk dijadikan daratan dan memiliki sapi penghasil susu paling banyak di daerah Friesland, dan meminum susunya lebih banyak daripada bangsa lain yakni bangsa Belanda.
Baca Juga: Ramalan Jayabaya "Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong", Kisah Nyata Majapahit Abad Ke-15
Cornelis de Houtman mendarat di Batavia atau Sunda Kelapa pada 1596. Bangsa yang paling rajin dan tertib administrasinya ini berhasil menguasai wilayah Nusantara dengan menaklukkan kerajaan Islam dan sisa-sisa pecahan kerajaan Majapahit: Makassar, Kalimantan, Aceh, Bali, Papua, dan Nusa Tenggara.
Inilah kedatangan bangsa asing yang sudah diramalkan oleh Sri Aji Joyoboyo atau Jayabaya 500 tahun sebelumnya, "semut ireng anak-anak sapi".
Sementara Belanda bertahan menguasai Nusantara selama tigaratus limapuluh tahun, dan terusir bersamaan waktunya dengan kedatangan ramalan Joyoboyo keempat, "kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang" alias bangsa Jepang.
Sumber : adoc.pub