SUKABUMIUPDATE.com - Kampung Adat Ciptagelar saat ini menjadi salah satu aset Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGG) di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Ciptagelar adalah ikon budaya sunda buhun (tradisional) khususnya di kawasan kasepuhan adat banten kidul, termasuk Sukabumi.
Selain ritual budaya, yang menarik dari Ciptagelar adalah seni arsitekturnya. Tak sedikit peneliti datang untuk melakukan riset di Kampung Adat Ciptagelar, salah satunya dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Berikut informasi menarik seputar Arsitektur Tradisional Etnis Sunda di Kampung Adat Ciptagelar Sukabumi!
1. Lokasi Kampung Adat Ciptagelar
Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar secara geografis terletak pada ketinggian lebih dari 1.050 meter di atas permukaan laut. Udara Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar cukup sejuk hingga cenderung dingin, suhu antara 20-26°C, dengan suhu rata-rata per tahun sekitar 25° C.
Kampung Ciptagelar terletak dikaki Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng. Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Wilayah Kasepuhan Ciptagelar terletak di lereng gunung halimun dengan geografis kemiringan tanahnya ±30° - 45°, sehingga berpengaruh terhadap perletakkan masa bangunannya, baik adat maupun bukan.
Selain itu, karena Kampung Kasepuhan Ciptagelar berada diantara dua buah bukit kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, maka termasuk jenis kampung "galudra ngupuk".
2. Leluhur dan Kebiasaan di Kampung Adat Ciptagelar
Arsitektur rumah tinggal tradisional Sunda pada Kampung Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi adalah hasil karya leluhur dengan kearifan lokalnya. Arsitektur rumah tradisional Sunda di Kampung Adat Ciptagelar mewariskan nilai-nilai struktur konstruksi bangunan yang baik, unik dan dapat diaplikasikan pada desain bangunan masa kini.
3. Pola Permukiman Etnis Sunda di Kampung Adat Ciptagelar
Kawasan Kampung adat Ciptagelar terdiri dari 140 permukiman dan warganya yang masih kental akan budaya sunda. Pola permukiman di Kasepuhan Ciptagelar terpusat di bumi ageung, rumah berukuran besar yang menjadi pusat adat.
Bumi ageung terletak pada sumbu utara-selatan dan berfungsi sebagai pusat massa bangunan di sekitarnya. Pembangunan rumah-rumah penduduk mengikuti jalan kampung yang berorientasi pada bumi ageung.
Ada dua jenis tata ruang kampung di Kampung adat Ciptagelar, yaitu:
(1) Tata ruang bumi ageung yang menempati hirarki lebih tinggi dan disebut daerah girang (tempat tinggal sesepuh dan keluarganya), terdiri dari:
• rumah sesepuh
• bumi ageung
• lapangan upacara adat
• leuit si Jimat (lumbung padi adat)
• tajug
• bale adat
• ajeng wayang golek (tempat pementasan kesenian wayang golek)
• bumi tihang awi (rumah sesepuh)
• bumi tihang kalapa (podium adat)
(2) Tata ruang bumi warga yang letaknya lebih rendah atau disebut daerah hilir yaitu rumah-rumah penduduk
Bangunan yang diletakkan jauh dari permukiman terdiri dari:
• leuit
• lisung
• MCK
• kandang ternak
• kolam ikan
• sawah
• kebun
• makam
4. Arsitektur Tradisional Rumah Tinggal di Kampung Adat Ciptagelar
Rumah tinggal tradisional Sunda di Kampung Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi memiliki struktur konstruksi yang kokoh. Hal ini dibuktikan dari usia bangunan yang sudah berdiri ratusan tahun dan teruji saat menghadapi bencana gempa bumi, angin, maupun beban bangunan dan beban fungsi.
Selain itu, tata bangunan Kasepuhan Ciptagelar diletakkan dengan cara nyengked atau terasering (sengkedan). Bangunan dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu are (paling bawah), leuir (paling tinggi) dan siger tengah (di tengah-tengah).
Pembagian tersebut diatur berdasarkan aturan adat yang harus dipatuhi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Secara umum, rumah tradisional masyarakat Sunda berbentuk panggung.
Panggung merupakan rumah berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Panggung merupakan bentuk yang paling penting, dengan suhunan panjang dan jure.
Berdasarkan fungsi teknis, ada tiga fungsi rumah panggung di Kampung Adat Ciptagelar, yaitu:
• tidak mengganggu bidang resapan air,
• mengalirnya udara secara silang di kolong panggung (media pengkondisian ruang)
• kolong dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar dan perkakas lain.
Diketahui setiap arsitektur tradisional adalah buah karya manusia yang sarat akan konsepsi filosofi dan budayanya. Maka dari itu, bentuk rumah tinggal panggung Kampung Adat Ciptagelar memiliki fungsi simbolik tersendiri yang didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia terbagi tiga, diantaranya:
• buana larang (dunia bawah/bumi)
• buana panca tengah
• buana nyuncung (dunia atas/langit)
Pada konsep buana panca tengah manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta, sehingga tempat tinggalnya harus terletak di tengah-tengah, tidak ke buana larang (dunia bawah/bumi) atau pun tidak ke buana nyuncung (dunia atas/langit).
Dengan demikian, rumah tinggal di Kampung Adat Ciptagelar memiliki konsep harus memakai tiang. Tiang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan dengan dunia bawah dan atas, juga harus diberi alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu yang disebut umpak.
Sumber : UPI
#SHOWRELATEBERITA
Writer: Nidal Salma M