SUKABUMIUPDATE.com - India pada Rabu, 2 September 2020, telah melarang 118 aplikasi seluler termasuk video game populer yang dikembangkan Tencent, PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG).
Dilansir dari Tempo.co, menurut Kementerian Teknologi India, larangan tersebut dilakukan karena aplikasi-aplikasi yang sebagian besar dari Cina itu dianggap ancaman bagi kedaulatan dan keamanan negara.
"Aplikasi ini mengumpulkan dan membagikan data secara diam-diam dan membahayakan data pribadi dan informasi pengguna yang dapat menimbulkan ancaman serius bagi keamanan negara," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Rabu, 2 September 2020.
Daftar 118 aplikasi yang kebanyakan berasal dari Cina itu juga mencakup aplikasi dari Baidu dan ShareSave Xiaomi. Larangan itu diumumkan sehari setelah seorang pejabat senior India mengatakan pasukan dikerahkan di empat puncak bukit strategis setelah upaya serangan Cina di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan.
Larangan tersebut merupakan pukulan bagi Tencent di India, karena PUBG merupakan game battle royale yang sangat populer di negara tersebut. Menurut data analitik aplikasi SensorTower, India menempati peringkat nomor satu di dunia dalam hal unduhan PUBG, terhitung sekitar 175 juta pemasangan, atau 24 persen dari total.
Saat dihubungi Reuters, Tencent menolak mengomentari pengumuman tersebut dan kedutaan besar Cina di New Delhi juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.
India pertama kali melarang 59 aplikasi Tiongkok, termasuk aplikasi berbagi video populer ByteDance TikTok, WeChat Tencent dan UC Browser Alibaba, pada bulan Juni lalu. Langkah itu, yang oleh menteri teknologi India disebut sebagai serangan digital, menyusul bentrokan dengan pasukan Cina di situs perbatasan Himalaya yang disengketakan pada bulan Juni ketika 20 tentara India tewas.
Ketegangan telah memanas antara New Delhi dan Beijing sejak itu. Larangan India juga telah menghentikan operasi bisnis beberapa perusahaan Cina di India. Mereka juga telah memaksa Alibaba, pendukung utama perusahaan rintisan teknologi India, untuk menunda semua rencana investasi di negara tersebut setidaknya selama enam bulan.
Analis teknologi mengatakan ada risiko perubahan mendadak dalam lingkungan bisnis yang akan menghalangi investasi Cina secara lebih umum.
Atul Pandey, mitra di firma hukum Khaitan & Co yang telah menjadi penasihat beberapa klien Cina menerangkan larangan aplikasi tidak hanya memberikan sinyal negatif kepada perusahaan dan investor Cina yang sudah ada di India. "Bahkan mereka yang menunggu iklim yang menguntungkan untuk berinvestasi di India sekarang dapat mundur sekarang," kata Pandey.
sumber: tempo.co