SUKABUMIUPDATE.com - Beberapa media sosial atau medsos seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook, dibatasi penggunaannya oleh pemerintah Indonesia saat aksi demonstrasi 21-22 Mei 2019 lalu di depan Gedung Bawaslu.
Kabar yang beredar saat ini adalah akan dibatasinya kembali medsos saat sidang gugatan pilpres di Mahkamah Konstitusi, jika ada kecenderungan meningkatnya konten hoax dan menghasut. Sidang perdana akan dimulai hari ini Jumat, 14 Juni 2019.
Meskipun bertujuan untuk menghindari penyebaran berita hoax, hal itu tentu membuat pengguna memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi bersama teman dan keluarga.
Namun, belajar dari peristiwa 21-22 Mei, untuk mengatisipasi pembatasan ketiga medsos yang paling banyak digunakan itu, ada beberapa alternatif aplikasi untuk tetap berkomunikasi dengan orang terdekat. Berikut alternatif aplikasi itu:
1. Twitter
Saat medsos dibatasi beberapa waktu lalu, Twitter sepertinya masih lancar digunakan. Ketika itu Tempo membuka Twitter mulai dari saat pertama dibatasinya media sosial selama dua hingga 3 hari, Twitter masih bisa digunakan tanpa gangguan sedikitpun.
Timeline Twitter cukup mudah diperbarui, mulai unggahan teks bahkan gambar. Selain itu, Twitter juga masih lancar untuk mengirim pesan langsung, selama aplikasi-aplikasi tersebut dibatasi penggunaannya, mungkin pengguna bisa menjadikan Twitter sebagai alternatifnya.
2. Telegram
Telegram mungkin merupakan pesaing terdekat WhatsApp dalam hal fungsionalitas, dan bahkan terlihat hampir identik dengan aplikasi pesan yang dimiliki Facebook itu. Yang membedakannya adalah bahwa Telegram menggandakan janji-janji atas keamanan.
Telegram juga menjadi alternatif ketika WhatsApp, Facebook dan Instagtam dibatasi. Tidak hanya pesan end-to-end dienkripsi, tapi juga mungkin untuk mengatur pesan untuk dihancurkan sendiri setelah periode waktu tertentu.
Diklaim tidak meninggalkan jejak apa pun yang penting percakapan yang sedang pengguna alami. Satu fitur bagus lainnya adalah, tidak seperti WhatsApp, ini benar-benar multi-platform, dengan aplikasi yang tersedia untuk desktop, serta ponsel dan web.
3. Signal
Signal menawarkan serangkaian fitur yang mirip dengan pesaingnya, serta enkripsi end-to-end. Bedanya, Signal adalah aplikadi open-source.
Semua kode untuk aplikasi tersedia untuk dilihat oleh publik, sehingga tidak memungkinkan bagi pembuatnya untuk menyelinap masuk ke ruang belakang mana pun yang dapat memberi pemerintah atau peretas akses ke pesan.
Aplikasi ini juga telah mencetak dukungan besar untuk meningkatkan kredensial privasinya lebih jauh seperti kasus whistleblower NSA Edward Snowden.
Sumber: Tempo.co