SUKABUMIUPDATE.com - Informasi palsu mengenai pembaruan aplikasi pesan WhatsApp kembali muncul. Informasi tersebut beredar melalui media sosial dan pesan yang meminta untuk memperbarui WhatsApp Plus atau WhatsApp Gold, padahal itu bukanlah permintaan resmi dari pihak WhatsApp.
"Jika Anda menerima pesan mengenai WhatsApp Gold, salah satu cara terbaik adalah menghindari pesan virus itu. Dan jika pesan tersebut menawarkan Anda untuk meningkatkan WhatsApp dengan fitur yang lebih baik, jangan mengkliknya." ujar Direktur Cryptus Cyber Security Pvt Ltd Manish Kumawat, seperti dilansir laman businesstoday.in, Senin, 7 Januari 2019.
Informasi mengenai WhatsApp Gold sudah muncul pada 2016, tapi kembali muncul dan meresahkan belakangan ini. Dengan mengunduhnya, pengguna hanya akan menginstal malware ke ponsel, bahkan membahayakan data pribadi pengguna.
Jika pesan pembaruan mengatakan bahwa pengguna akan dapat mengakses beberapa fitur premium seperti mengirim foto ke 100 orang sekaligus atau dapat menghapus pesan terkirim pada suatu waktu, maka itu adalah tipuan. Artinya, kata Kumawat, jika menerima pesan apa pun untuk pembaruan ke WhatsApp Gold, maka berhati-hatilah, karena itu adalah palsu.
"Juga, jangan teruskan pesan untuk menyebarkannya. Dengan menyebarkan pesan seperti itu akan banyak orang yang tertipu. Ini bukan pertama kalinya peretas mencoba mencuri informasi pribadi pengguna melalui aplikasi WhatsApp palsu," tutur Kumawat. "Sebelumnya, pesan semacam itu menjadi viral. Jika sudah terlanjur menginstall, maka segera atur ulang ponsel atau reset ke data pabrik."
Selain itu, peringatan viral pada video Martinelli, yang menjelaskan bahwa informasi pembaruan WhatsApp itu juga sepertinya bohong. Sebuah laporan di news.com.au, menyatakan bahwa video Martinelli juga bisa menjadi kedok untuk WhatsApp Gold.
Kumawat mengingatkan bahwa setiap pembaruan WhatsApp hanya akan tersedia melalui Google Play Store atau Apple App Store. Pengguna harus waspada terhadap pesan yang diteruskan tersebut dan menghindarinya agar tidak terus-menerus beredar.
Sumber: Tempo