SUKABUMIUPDATE.com - Tips teknologi hari ini akan mengulas menghalau serangan siber, khususnya yang ditujukan untuk laman marketplace. Tak diragukan lagi Indonesia sedang mengalami perkembangan ekonomi digital. Industri e-commerce telah berkembang pesat dalam lima tahun terakhir.
Menurut Kementerian Keuangan RI, pada 2020 pemerintah menargetkan ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 130 miliar. Data sensus 2016 dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengungkapkan bahwa industri e-commerce di Indonesia telah tumbuh sekitar 17 persen dalam sepuluh tahun terakhir.
Industri e-commerce bergantung pada platform digital, terutama situs web agar tetap terhubung dengan pelanggan mereka. Namun, situs web rentan terhadap berbagai serangan siber yang dapat menyebabkan downtime atau tak bisa diaksesnya website selama beberapa waktu. Tentunya ini dapat mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan kecil maupun besar.
Sayangnya, sekitar setengah dari keseluruhan perusahaan Fortune 500 mengalami setidaknya 1,6 jam downtime setiap minggunya. Ini setara dengan sekitar 80 jam downtime per tahun. Di Indonesia, tiga situs e-commerce raksasa tumbang secara bersamaan pada bulan Maret 2017.
Mencegah downtime memang sangat penting untuk e-commerce karena bahkan satu jam downtime saja bisa berdampak signifikan terhadap pendapatan bisnis. Menurut Forrester Research, biaya per jam atas downtime bagi perusahaan biasa bisa berada pada kisaran US$ 10 ribu sampai US$ 1 juta, dan dapat berdampak buruk untuk reputasi bisnis.
Melihat resiko yang begitu tinggi, penyedia internet perlu menerapkan pendekatan 360 derajat terhadap keamanan sepanjang tahun. Berikut adalah beberapa tips untuk memulainya:
1. Back-up Otomatis
Untuk memastikan ketersediaan dan keamanan situs web, bersiaplah untuk kemungkinan yang terburuk dengan merencanakan respon saat terjadi eskalasi dan insiden pelanggaran keamanan dengan menguraikan prosedur operasi standar untuk downtime, termasuk membentuk dan melatih tim tanggapan insiden. Selalu pantau situs Anda untuk menentukan kesehatan layanan dan identifikasi berbagai anomali dengan cepat dan akurat, serta berikan mekanisme perpindahan sub-sistem secara otomatis (failover) ke alamat IP back-up untuk memastikan ketersediaan situs.
2. Kembangkan Infrastruktur Digital
Optimalkan skalabilitas dan kinerja infrastruktur Internet dengan manajemen yang dapat menangani peningkatan beban lalu lintas selama liburan dan puncak musim belanja lainnya. Jika skalabilitas dan kinerja infrastruktur tidak optimal, hal itu dapat merusak pendapatan dan reputasi penjualan Anda pada saat yang paling buruk.
3. Strategi DDoS
Dengan meningkatnya ukuran dan kompleksitas serangan penolakan layanan terdistribusi (Distributed Denial of Service, DDoS), penting untuk mempertimbangkan penggunaan jasa penyedia layanan hulu (upstream service provider) untuk melindungi server Web dan DNS. Apabila salah satu di antara keduanya down, perusahaan bisa gulung tikar. Pendekatan berbasis cloud untuk pengelolaan DNS dan perlindungan DDoS memberikan alternatif yang hemat biaya untuk menjaga keberlangsungan operasional situs.
4. Gandeng Pihak Ketiga
Tidak semua situs e-commerce bisa mengembangkan kemampuan intelegensi siber (cyber intelligence) internal. Penyedia layanan intelijen keamanan dapat membantu untuk segera mengidentifikasi dan memahami berbagai insiden keamanan dan implikasinya, menentukan taktik mitigasi dan remediasi yang efektif, dan mengembangkan rencana yang jelas untuk meningkatkan keamanan.
Sumber: Tempo