SUKABUMIUPDATE.com - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI mencatat rata-rata okupansi hotel mengalami peningkatan pada libur lebaran Idul Fitri 1443 H tahun 2022 ini. Okupansi mencapai 80 persen pada H+3 libur lebaran.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan, angka tersebut diperhitungkan secara regional. “Kalau saya ambil kira-kira rata-rata 80 persen, secara regional. Tapi kalau masing-masing hotel yang 100 persen juga banyak,” katanya saat dihubungi tempo.co, Kamis, 5 Mei 2022.
Haryadi menjelaskan, saat ini kunjungan ke hotel dan restoran meningkat yang kondisinya hampir sama dengan tahun 2019. Namun pada lebaran tahun ini, dikatakan lebih baik peningkatannya, karena masyarakat sempat dibatasi pergerakannya selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.
“Jadi kondisinya relatif sedikit lebih baik di 2019. Ini waktu libur panjang 10 hari, itu membuat lama tinggal lebih panjang,” tuturnya.
Haryadi mengatakan, keterisian kamar hotel lebih banyak di daerah asal pemudik. Omzet hotel dan restoran, kata Haryadi, dikatakan rata-rata meningkat kurang lebih 35 persen sampai dengan sebelum bulan Ramadan.
Mengingat masih ada pengaruh penyebaran dari varian Omicron Covid-19 yang membayangi, sehingga masih sulit membandingkan rata-rata pendapatan dari sebelum sampai dengan pasca lebaran. “Secara keseluruhan sebelum bulan puasa, mungkin secara regional sekitar 35 persen,” katanya.
Dia juga menanggapi terkait harga hotel yang naik saat momentum lebaran, menurutnya hal itu terjadi wajar saat liburan. Sampai saat ini, hotel juga tidak diberlakukan tarif batas atas dan bawah oleh pemerintah.
Namun tarif akan menurun lagi seiring banyak tamu yang check out mendekati hari masuk kerja pada tanggal 9 Mei 2022. “Hotel gak ada tarif batas atas dan bawah, gak ada. Kita bebas aja, saya yang tau airline ya,” ujarnya.
Geliat pariwisata terlihat kembali meningkat pada saat libur lebaran. Haryadi mengatakan, selama pergerakan masyarakat tidak dibatasi lagi, pasti sektor pariwisata akan meningkat dan berdampak juga pada usaha hotel dan restoran.
Menurutnya, ekonomi akan mengikuti dari mobilitas masyarakat dan mempengaruhi daya beli. “Di samping orang yang memang mau leisure atau berwisata sama orang yang bergerak karena bisnis itu pasti akan naik. Karena trennya sebelum 2019 kan naik terus, turun cuma gara-gara tiket mahal saja,” tuturnya.
SUMBER: TEMPO.CO (FAIZ ZAKI)