SUKABUMIUPDATE.com - Pengamat Ekonomi Faisal Basri menyebut negara harus merawat para pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM. Hal ini diungkap Faisal Basri dalam Seminar Nasional Ekonomi dan Akuntansi (SENAKOTA) Universitas Nusa Putra Sukabumi beberapa waktu lalu.
Seminar daring ini menghadirkan Faisal Basri dan sejumlah tokoh ekonomi dan akuntansi nasional, seperti Prof. Dr. Ilya Avianti, S.E., M.Si., Ak Ketua Departemen Akuntansi Universitas Padjadjaran dan Rionald Silaban Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Ekonom INDEF ini memulai dengan data kondisi ekonomi Indonesia selama pandemi covid-19. "Pertumbuhan ekonomi kita, pada triwulan pertama tahun lalu turun dari 5 ke 3 persen, triwulan kedua minus terus sampai triwulan pertama tahun ini. Kita masih minus, masih di zona merah, zona resesi," jelas Faisal Basri.
Dibandingkan tahun sebelumnya, sektor ekonomi yang masih positif di 2021 berkurang. "Jika 2020 itu masih ada 7 sektor yang positif artinya tidak semua sektor ekonomi berdampak negatif, maka pada 2021 tersisah enam yang hijau atau positif," bebernya.
Sektor yang masih bertahan antara lain informasi dan komunikasi, pertanian, sosial, kesehatan, dan lainnya. Transportasi, pariwisata seperti hotel dan restoran mengalami pukulan berat selama pandemi ini berlangsung bahkan hingga saat ini.
Lebih dari 57 persen perekonomian selama dua tahun PDB, lanjut Faisal disokong oleh sektor belanja mayarakat seperti makan minum, namun pertumbuhannya hingga saat ini masih minus. Artinya konsumsi masyarakat masih turun.
"Belanja pemerintah walaupun positif karena bisa cetak uang, atau keluarkan surat utang. Tapi sumbangannya cuma 9 persen, tidak mampu mendongkrak ekonomi. Hanya mengurangi kemerosotan tapi tidak bisa jadi solusi," beber Faisal Basri.
Ia pun menjabarkan bahkan saat ini ada 2 tugas bersama untuk memulihkan ekonomi. Pertama bagaimana masyarakat bisa kembali meningkatkan belanjanya lalu yang kedua bagaimana mendorong dunia usaha kembali melakukan investasi.
"Hanya itu yang bisa menyelamatkan ekonomi. Namun sampai sekarang dua komponen ini, konsumsi masyarakat dan investasi yang sumbangannya hampir 90 persen itu masih minus. Jadi pemerintah saja tidak bisa, harus didorong oleh dunia usaha. Dan 99 persen dunia usaha itu adalah UMKM," sambungnya.
Menurut Faisal, UMKM menjadi ujung tombak penyehatan ekonomi. "Bagaimana menggerakan, mendinamiskan kembali, membantu UMKM menghadapi era baru pasca atau ditengah pandemi."
Ia kemudian mengusulkan perbaikan struktur UMKM di Indonesia yang sebagian besar mikro. Dari struktur piramida menjadi ketupat, kecil dan menengah diperbesar, yang mikro dikurangi serta yang besar tidak boleh mendominasi.
Lalu bagaimana menolong UMKM yang terdampak covid-19? Menurut Faisal Basri bantuannya berbeda tergantung kendala yang dialami kalangan usaha. Jika terdampak berat termasuk masalah keuangan bisa cash transfer dan ini sudah dilakukan pemerintah.
"Kemudian restrukturisasi kredit bagi yang mengalami dampak keuangan berat tapi dampak covid-19 ringan dimana sebetulnya mereka bisa berusaha tapi ada masalah keuangan. Tapi jangan semua restrukturisasi. Ada UMKM yang hanya mengalami masalah keuangan ringan. Mereka bisa survive jika dapat akses pasar," pungkasnya dalam Seminar SENAKOTA 2021 mengusung tema utama yaitu Tantangan Pengelolaan Keuangan dalam Pemulihan Perekonomian Nasional di Masa Pandemi.