SUKABUMIUPDATE.com - BPS (Badan Pusat Statistik) menyebut perekonomian Indonesia masih dalam fase resesi. Kurs rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp 14.435 per dolar AS pada perdagangan sore hari ini, Rabu, 5 Mei 2021, adapun indeks dolar AS terpantau menguat 0,081 poin atau 0,09 persen menuju 91,369.
Menyalin tempo.co, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah terutama karena rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun ini yang masih terkontraksi. Dengan begitu, perekonomian di Tanah Air hingga kini masih di dalam fase resesi.
Kepala BPS Suhariyanto sebelumnya menyebut Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 tumbuh minus 0,96 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia tumbuh 0,74 persen.
Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, dan bahkan sedikit lebih baik. Konsensus yang dihimpun pasar memperkirakan PDB terkontraksi 1,09 persen qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87 persen yoy.
“Dengan demikian, kontraksi PDB Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia terjebak di 'jurang' resesi ekonomi selama 1 tahun,” kata Suhariyanto
Pada kuartal kedua tahun ini pemerintah tetap optimistis perekonomian akan meningkat secara pesat. Pasalnya, konsumsi dan investasi akan meningkat seiring dengan proses vaksinasi dan transmisi kebijakan moneter yang meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah dolar AS yang mencoba untuk memperpanjang reli pada hari ini. Hal tersebut seiring dengan prospek kemungkinan suku bunga AS yang lebih tinggi dan aksi jual saham teknologi memperburuk sentimen risiko untuk keuntungan mata uang safe-haven.
Lonjakan ini sebagian dipicu oleh komentar dari Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang mengatakan bahwa kenaikan suku bunga mungkin diperlukan untuk menghentikan ekonomi yang terlalu panas karena rencana pengeluaran Presiden AS Joe Biden.
Namun begitu, Yellen juga mengklarifikasi bahwa bagaimanapun, pihaknya tidak melihat tanda-tanda inflasi dan tidak memprediksi pergerakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.
Lebih jauh, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah pada esok hari akan melanjutkan pelemahannya. Rupiah akan dibuka berfluktuasi dan ditutup melemah tipis pada rentang Rp 14.420 - 14.450 per dolar AS.
SUMBER: TEMPO.CO