SUKABUMIUPDATE.com - Tahun 2024 menjadi masa yang penuh tantangan bagi beberapa perusahaan besar di Indonesia. Beberapa nama besar yang sudah lama beroperasi harus menutup pintu bisnis mereka, baik akibat tekanan ekonomi global, perubahan perilaku konsumen, maupun pengelolaan internal yang kurang optimal.
Fenomena "perusahaan bangkrut" ini tidak hanya berdampak pada manajerial, tetapi juga pada ribuan karyawan yang kehilangan mata pencaharian karena PHK.
Sederet perusahaan ternama menambah daftar panjang bisnis yang bangkrut, seperti PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA), Nyonya Meneer, JD.ID, Pegipegi, Toko Buku Gunung Agung, hingga Zenius Education, yang sudah tutup di tahun-tahun sebelumnya. Berikut sejumlah perusahaan yang bangkrut sepanjang tahun 2024, yang telah dirangkum dari berbagai sumber:
Daftar Perusahaan Bangkrut 2024
1. PT Sepatu Bata Tbk
PT Sepatu Bata Tbk, perusahaan sepatu ternama ini menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, pada 30 April 2024 lalu.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan selama empat tahun terakhir untuk mempertahankan operasional, penurunan permintaan terhadap produk yang diproduksi di pabrik tersebut menyebabkan keputusan penutupan.
Penutupan pabrik sepatu terkenal ini berdampak pada 233 karyawan yang di-PHK secara massal.
Baca Juga: [PREBUNKING] Fenomena Klaim Paslon Menang Pilkada 2024 Pasca Pemungutan Suara
2. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex)
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang dulu dikenal sebagai perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Kelas 1A Semarang.
Sritex pailit akibat masalah finansial yang semakin memburuk. Sidang pembacaan putusan perkara itu digelar pada Senin, 21 Oktober 2024.
Sebagai informasi, kasus Sritex pailit bermula ketika perusahaan digugat oleh salah satu debiturnya, CV Prima Karya, pada Januari 2022 lalu, seperti merujuk Tempo. Meskipun perusahaan tekstil ini sempat mencapai kesepakatan damai dengan mayoritas krediturnya, namun PT Indo Bharat Rayon mengajukan gugatan baru yang akhirnya membuat Sritex dinyatakan bangkrut.
3. Tupperware
Perusahaan Tupperware sempat menghebohkan jagat maya usai mengajukan kebangkrutan pada bulan September 2024.
Tupperware menghadapi tantangan keuangan yang signifikan, yang diperburuk oleh lingkungan ekonomi makro yang sulit. Akibatnya, Tupperware mengajukan perlindungan Bab 11 untuk merestrukturisasi utangnya dan memodernisasi model bisnisnya⁽¹⁾.
Namun, sekelompok pemberi pinjaman mengakuisisi nama merek Tupperware dan berbagai aset operasional, dan perusahaan tersebut kini telah beroperasi dengan nama baru, The New Tupperware Co. Entitas baru Tupperware ini bertujuan untuk berfokus pada pendekatan yang mengutamakan teknologi digital.
Baca Juga: Kaleidoskop Bencana Banjir di Sukabumi Sepanjang Tahun 2024
4. Nissan
Beberapa waktu lalu, Nissan tengah menghadapi krisis keuangan yang signifikan hingga membuat perusahaan otomotif itu terancam bangkut. Perusahaan tersebut tengah berjuang menghadapi penurunan penjualan, terutama di pasar-pasar utama seperti AS dan Tiongkok, serta penurunan laba operasi yang signifikan
Namun pada 23 Desember 2024, Honda Motor Co. dan Nissan Motor Co. mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman (MoU), untuk memulai pembicaraan mengenai integrasi bisnis melalui pembentukan perusahaan induk bersama. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing di tengah perubahan signifikan dalam industri otomotif global, khususnya dalam hal elektrifikasi dan teknologi kendaraan otonom.
Rencana merger Nissan dan Honda berpotensi menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan dengan menciptakan entitas yang lebih kuat dan terpadu. Meski langkah ini jelas menjadi awal masa yang penuh tantangan bagi Nissan, tetapi upaya penggabungan dan restrukturisasi yang diusulkan kemungkinan akan memberi harapan bagi perusahaan.
5. PT Net Visi Media Tbk, IDX (NETV)
Pada tahun 2024, NETV menghadapi tantangan finansial serius yang hampir menyebabkan kebangkrutan.
NETV sebelumnya mengalami penurunan pendapatan sejak 2018, sementara beban utang meningkat, menyebabkan kesulitan dalam memenuhi kewajiban finansial. Pada Oktober 2024, tujuh direksi dan komisaris NETV juga diketahui mengundurkan diri, mencerminkan adanya restrukturisasi manajemen di tengah krisis.
Untuk mengatasi krisis ini, MD Entertainment mengakuisisi 80% saham NETV, menginvestasikan sekitar Rp559,1 miliar untuk penyehatan keuangan dan pengembangan konten. Akuisisi ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing NETV di industri media Indonesia. Kini, perusahaan bernama PT MDTV Media Technologies Tbk.
Baca Juga: Kaleidoskop Bencana Longsor di Sukabumi Sepanjang Tahun 2024
6. PT Cakrawala Andalas Televisi (ANTV)
Pada Desember 2024, ANTV menghadapi tantangan finansial serius yang memicu spekulasi mengenai kebangkrutan.
ANTV melakukan PHK massal terhadap seluruh divisi produksi, yang pertama kali terungkap melalui unggahan salah satu karyawan di media sosial. Induk perusahaan ANTV, VIVA Group, juga diketahui memiliki utang sebesar Rp8,79 triliun kepada 12 kreditur. Kinerja keuangan VIVA yang memburuk menyebabkan statusnya ditetapkan dalam penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Kabar PHK massal ANTV sempat ramai dibicarakan, bahkan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer ikut menanggapi isu PHK di PT Cakrawala Andalas Televisi ini, utamanya terkait kesejahteraan para pekerja media yang jarang sekali dibicarakan.
Sumber: berbagai sumber