SUKABUMIUPDATE.com - Manajemen PT Fortunindo Artha Perkasa selaku pengembang dan pengelola Pasar Pelita Kota Sukabumi, Sonya Yuliana ungkap kondisi penjualan di Pasar Pelita yang kian hari semakin sepi. Sonya menyebut penurunan tingkat penjualan sudah terjadi sejak dua bulan yang lalau.
Kata Sonya, sepinya tingkat penjualan tersebut berdampak pada turunnya pendapatan dari Iuran Pengelolaan Pasar (IPP) yang mencapai 20 persen dari IPP biasanya. Sonya menduga, kondisi ini dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang menurun.
“Kita terdampak terutama kita lihat dari IPP (iuran pengelolaan pasar) kita yang menurun sekarang,” ujar Sonya saat ditemui sukabumiupdate.com di Pasar Pelita, Selasa (15/10/2024).
Menurut Sonya, pedagang yang paling terdampak dengan adanya penurunan daya beli masyarakat itu yakni pedagang kering atau fashion ketimbang pedagang basah atau makanan. “Paling terdampak? Fashion, kalau lantai dasar kita komoditi kering yah (Fashion) itu kelihatan banget mereka hari-harinya ngeluhnya ya sepi pembeli, IPP kita juga dampak menurunnya ya di Fashion sangat terlihat,“ kata dia.
“Kalau komoditi basah atau makanan sih tidak terlalu signifikan yah tapi menurun juga pendapatan IPP kita di sana karena memang daya belinya menurun, terus dilihat dari bongkar muat juga yang biasanya seminggu dua kali, ini bisa seminggu sekali,” tambah dia.
Baca Juga: Sebulan Sepi Pembeli, Pedagang Sayur di Pasar Pelita Kota Sukabumi Mengeluh
Hal lainnya, kata Sonya, penurunan penghasilan para pedagang semakin terasa mengingat hingga saat ini Pasar Pelita belum beroperasi maksimal sejak dilaunching.
“Untuk keluhan masih hal yang sama ya keluhannya itu masih banyak pedagang di luar, pasar kita sepi itu karena kan dari awal kita belum pernah rame dari semenjak lonching juga belum pernah rame karena pedagang di dalam hanya 30 persen yang terisi, ditambah lagi ada hal seperti ini (daya beli turun),” jelas dia.
Terkait IPP itu, Sonya menyebut pihaknya masih fleksibel terhadap para pedagang dengan tidak mematok harga IPP mengingat kondisi yang dialami para pedagang saat ini. “Dengan adanya daya beli masyarakat turun ini kita juga pleksibel kalau misalnya IPP ini Rp 10 ribu sekarang cuman Rp 5 ribu atau Rp 7 ribu kita juga terima saja tidak ada sanksi apapun,” sebut dia.
Sementara itu hal senada diungkap Diki (39 tahun) seorang pedagang baju di Pasar Pelita Kota Sukabumi, Diki mengaku pernah mengalami tidak ada yang beli sama sekali dalam satu hari. “Ya terdampak, maksudnya pembeli itu sekarang nggak ada jadi emang berdampak sama jualan, sepi lah. Apalagi pernah sehari itu nggak ada yang beli sama sekali,” ungkap Diki.
Ditanya terkait biaya retribusi pasar atau IPP kepada pengelola pasar, Diki menyebut sejak terjadinya penurunan tersebut pihaknya tidak pernah membayar iuran tersebut. “Untuk masalah iuran angsuran itu saya angkat tangan, ya nggak disetoran aja soalnya sepi pembeli mau bayar iuran dari mana, buat sehari-hari ke rumah aja nggak ada,” tutur dia.
Diki berharap agar pemerintah turut hadir dalam upaya meningkatkan kembali daya beli masyarakat. “Harapan saya mah minta semua pedagang masukan aja ke dalam semuanya biar rame lah di sini (pasar pelita),” pungkasnya.