Inilah dialog terakhirku dengan Dr. Fahrudin Salim, SE, MBA -- koordinator tenaga ahli Fraksi PPP di DPR RI. Wakil Ketua Majlis Pakar PPP ini adalah salah seorang teman dekatku di Senayan. Pernak-pernik politik rahasia di Senayan, selalu ia sampaikan padaku untuk ngobrol lucu-lucuan.
"Bro, setelah tak ada PPP di Senayan kita mau nyantol di mana?" Curhatku pada dosen Pascasarjana ekonomi Universitas Pancasila itu.
"Wah belum tahu nih. Nanti aku cari anggota DPR dari fraksi lain yang oposan dgn rejim Prabowo".
"Lo, kenapa kudu oposan?"
"Sebagai penulis, kita harus jadi watchdog rejim. Itu tugas penulis. Kita harus mengkritik, mencari celah hitam di antara kebijakan-kebijakan ekonomi rejim agar segera diperbaiki. Kalau kita satu kubu, kan rikuh mengkritiknya. Analisis kita tumpul karena rejim seiman."
"Betul juga Bro. Aku juga akan cari partner di oposan. Mungkin di PDIP atau PKS yang oposan dgn rejim." Responku.
Fahrudin Salim, kader PPP, yang puluhan tahun menjadi koordinator tenaga ahli fraksi, Kamis siang (8/8/2024) wafat, usai main badminton. Setelah main bulu tangkis, Fahrudin pulang ke rumahnya untuk istirahat. Ia pun tertidur. Dan itulah awal tidur abadinya. Innalillaahi wainnailaihi rojiun.
Setengah bulan lalu, Wapres RI (2001-2004) Hamzah Haz, mantan Ketum PPP, wafat. Setengah bulan kemudian, Fahrudin Salim, staf khususnya di Istana wapres meninggal.
Lo ada kaitan apa antara Fahrudin Salim dan Hamzah Haz?
Ketika Wapres wafat, banyak ulasan memuji Hamzah Haz, sebagai politisi yg piawai memprediksi seluk beluk APBN. Hamzah Haz pun rajin menulis di berbagai surat kabar tentang APBN dan ekonomi Indonesia.
Dan jangan kaget, ternyata orang di belakang Hamzah Haz adalah Fahrudin Salim. Ya. Fahrudin Salim adalah ghost writernya Hamzah Haz. Tentu saja, Hamzah adalah anggota DPR yg kritis. Tapi sebagai anggota Dewan, apalagi komisi ekonomi dan perbankan, ia sibuk luar biasa. Dalam kondisi itulah, Hamzah menyerahkan urusan tulis menulis problem APBN, ekonomi, dan perbankan kepada Fahrudin Salim. Itulah sebabnya ketika Hamzah Haz jadi wapres, santri asal Jepara, doktor ekonomi UNPAD Bandung itu, didapuk jadi staf khusus Wapres Hamzah Haz.
"Simon, Itulah karir tertinggiku sebagai ghost writer. Aku pernah jadi staf khusus wapres Hamzah Haz,". Ujarnya bangga. Dan aku pernah duduk di kursinya Pak Wapres saat beliau tak ada di kantor, selorohnya dgn terkekeh.
Yang unik, kalau Fahrudin ikut rapat pimpinan partai di hotel bintang lima di Jakarta, langsung dia telpon aku.
"Simon aku rapat tiga hari di hotel X bintang lima di Ancol. Ajak anak istrimu ke sini. Aku pulang, tidak tinggal di hotel. Kolam renangnya besar, biar anak-anakmu main di kolam renang. Jadilah aku nginep di hotel bintang lima, di kamar Fahrudin selama tiga hari. Aku tidur, mandi di kolam renang, sarapan, makan siang, dan makan malam gratis.
Itulah kebaikan Fahrudin Salim yang tak terlupakan. Bela waktu masih SD kelas dua suka minta, ayo Pa ke hotel dan renang seperti dulu. Aku hanya tersenyum. Bela gak tahu waktu nginep di hotel mewah tersebut, itu di kamarnya Fahrudin yg kosong.
Fahrudin adalah sosok yang sederhana. Tapi analisis ekonominya tajam. Aku sering nimba ilmu untuk bahan tulisan kepadanya. Fahrudin juga punya pengalaman sepertiku. Sangat menyesal mendukung Jokowi habis-habisin di Pilpres 2014. Sekarang, terbukti semua janji Jokowi bohong semua.
Senin, tiga hari sebelum wafat, Fahrudin berbincang bincang denganku di telpon tentang perekonomian Indonesia.
"Ekonomi Indonesia akan menghadapi krisis berat di tahun 2025 sampai 2027, kata Fahrudin. Hutang negara sudah terlalu besar. Bayangkan tahun 2025 saja, Indonesia harus bayar utang 800 Triliun. Ini sangat besar, dan negara tiap tahun harus bayar utang sebesar itu, bahkan lebih besar lagi. Dalam kondisi utang saat ini, Indonesia harus gali lubang tutup lubang. Utang untuk nutup utang. Celakanya, utang galian tak cukup untuk menutup lubang galian tadi.
Kita terlena dgn UU No 17 tahun 2003 yang menetapkan rasio utang dari PDB maksimum 60 persen. Saat ini rasio tersebut 38, 71 persen. Jadi persepsi pemerintah, masih aman. Padahal jelang Indonesia krisis ekonomi 1997, rasio utang dari PDB 23,9 persen. Jauh di bawah saat ini, di akhir rejim Jokowi. Itulah dasar prediksiku, dua tahun pertama pemerintahan Prabowo akan dilanda krisis ekonomi dahsyat. Ujar Fahrudin.
Fahrudin mempertanyakan, betulkah rasio utang dari PDB saat ini 38,71 persen? Menurut Fahrudin, tidak benar. Karena itungan utang pemerintah itu tidak mencakup utang BUMN dan dana pensiun serta Jamsostek.
Maka, jika rasio utang itu meliputi utang BUMN, dana pensiun, dan jamsostek yang harus dibayar negara ke pihak yang berhak, rasionya menjadi 93 persen lebih. Jauh di atas ketetapan UU No 17 tahun 2003 yang 60 persen.
Apa artinya, utang Indonesia sudah sangat besar. Dan makin lama bayar utangnya makin besar. Gali lubang makin dalam. Hasil galian tidak cukup untuk menutup lubang. Itulah sebabnya, mengapa Indonesia akan menghadapi krisis besar.
Ruang fiskal Indonesia sudah sangat sempit. Dalam kondisi itu masih terbebani "utang" untuk makan siang gratis dan dana IKN. Jelas, ruang fiskal makin sempit lagi.
Aku sangat kecewa terhadap Jokowi, kata Fahrudin. Tapi Jokowi sangat hebat menutupi kebobrokannya.
Bayangkan semua pertai besar lumpuh di hadapan Jokowi. Senayan keok. Tentara dan polisi tunduk. Kejaksaan, KPK, dan MK bertekuk lutut di hadapan Jokowi. Jokowi lebih cerdik dan kejam dari Soeharto. Jelas Fahrudin.
Ini fenomena aneh, tak bisa dimengerti kecuali bagi orang yang bisa melihat dimensi ketiga. Gerutu Fahrudin.
Maksudmu, Jokowi mendapat bantuan Lucifer atau dajal? Sergahku.
Fahrudin tertawa. Itu bisa saja terjadi. Ini Indonesia bro. Ujarnya terkekeh.
Tetiba bayanganku terbang ke Doplang, Purworejo, ke sahabatku Ikhsan Haryono. Ia ahli matematika alumnus UGM dan punya kelebihan tembus pandang ke masa depan.
"Ya. Jokowi memang mendapat bantuan dari Nyai Roro Kidul. Rakyat Indonesia dibutakan mata hatinya oleh Nyai Laut Selatan untuk menutupi kebobrokan Jokowi," ujar Ikhsan, guru dari sejumlah guru besar matematika UGM.
Lalu gimana solusinya? Kata Ikhsan, berdoalah agar Prabowo mampu mengatasi krisis ekonomi dan politik nanti.
Fahrudin, prediksimu mungkin benar, Indonesia akan mengalami krisis ekonomi parah.Tapi insya Allah, ada jalan untuk mengatasinya. Apalagi jika Jokowi diadili untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakannya yang merusak seluruh tatanan demokrasi di Indonesia. Pengadilan kepada Jokowi ini penting untuk menyadarkan pemimpin negeri di masa
depan, agar selalu taat pada UUD dan Pancasila. Jangan pernah meniru Jokowi.
Selamat jalan Bro. Sebagai sahabat, aku berjanji, kritikmu pada Jokowi akan terus aku share ke publik. Semoga Indonesia bisa bangkit kembali setelah dirusak Jokowi.
Penulis: Syaefudin Salim | Kolumnis