SUKABUMIUPDATE.com - Ekonom dan Associate Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Ryan Kiryanto menyebutkan ada beberapa faktor penyebab melemahnya Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir dari tempo.com, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu, 25 Oktober 2023 pagi melemah sebesar 0,13 persen atau 21 poin. Kurs rupiah kini menjadi Rp15.877 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.849 per dolar AS.
“Melemahnya rupiah sebenarnya telah terjadi sejak Mei lalu dengan kisaran Rp 14.700 per dolar AS. Namun sejak saat itu, pelemahan terus terjadi dan semakin memburuk. Bahkan, analis memperkirakan kurs rupiah berpotensi tembus Rp 16 ribu per dolar Amerika Serikat (dolar AS),” tulis tempo.com seperti dikutip sukabumiupdate.com.
Baca Juga: Gelar FGD Roasting, Wabup Targetkan Tahun 2024 Sukabumi Zero Stunting
1. Kebijakan Suku Bunga Tinggi Bank Sentral Amerika Serikat
Menurut Ryan Kiryanto, salah satu penyebab melemahnya rupiah adalah karena pernyataan bank sentral AS (The Fed) yang mengisyaratkan sinyal hawkish. Keputusan hawkish berarti The Fed bakal melakukan pendekatan tingkat suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi.
Pada September lalu, inflasi AS tercatat sebesar 3,7 persen alias masih di atas target pemerintah AS sebesar 2 persen. “Tekanan yang bersumber dari kebijakan The Fed ini yang paling kuat dan intens,” tutur Ryan, Selasa, 24 Oktober 2023 dikutip dari Koran Tempo.
2. Peningkatan Risiko Geopolitik Global
Selain suku bunga yang tinggi, faktor lain yang menyebabkan rupiah semakin melemah adalah peningkatan risiko geopolitik global. Hal itu dipicu oleh konflik Ukraina dan Rusia yang belum reda, namun dunia kembali diguncang dengan perang Israel vs Palestina.
Baca Juga: Bapenda Sukabumi Dampingi Sekda Ade Hadiri Rapat Rekonsiliasi Panas Bumi 2024
Ketegangan di Timur Tengah yang masih berlangsung menjadi kekhawatiran pasar yang mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman di emas dan dolar AS. Konflik tersebut pada akhirnya menyebabkan ketidakpastian global yang tinggi sehingga investor cenderung berpegang pada aset yang aman, termasuk memindahkannya ke dolar AS yang dianggap mata uang kuat dunia.
3. Situasi Politik Dalam Negeri
Penyebab melemahnya rupiah juga bersumber dari dalam negeri, tepatnya dari kancah politik. Situasi politik menjelang pemilihan umum atau Pemilu 2024 juga menjadi penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jelang pemilu 2024, bursa calon presiden dan wakil presiden makin memanas lantaran isu dinasti politik semakin menguat setelah putra sulung Presiden Joko Widodo, yakni Gibran Rakabuming Raka diusung menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Kancah politik juga makin panas setelah Mahkamah Konstitusi memuat aturan baru mengenai batas usia minimum capres dan cawapres demi melenggangkan Gibran ikut serta dalam pemilu. “Semua hiruk pikuk ini memberi persepsi negatif bagi investor,” ujar Ryan.
Baca Juga: 19 Khasiat Ubi Jalar Madu, Dari Sukabumi Ekspor hingga Ratusan Ton ke Singapura
Langkah Pemerintah Antisipasi Pelemahan Rupiah
Masih menurut tempo.co, demi mendorong kurs rupiah kembali menguat, pemerintah melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tengah menyiapkan sejumlah langkah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga Ketua KSSK mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan paket kebijakan agar rupiah tidak melemah.
Paket kebijakan itu, kata Sri Mulyani, utamanya untuk merespons agar kondisi sektor riil, inflasi, nilai tukar hingga stabilitas sistem keuangan dalam negeri tetap terjaga. Selain itu, paket kebijakan dibuat untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5 persen di tengah tingginya dinamika global saat ini.
"Kami sedang menyiapkan berbagai langkah paket kebijakan nanti agar sektor riil tetap terjaga, masyarakat kelas menengah terutama kelompok bawah daya belinya terutama dalam menghadapi El Nino bisa didukung melalui instrumen yang segera kita rumuskan," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 23 Oktober 2023.
Sumber : Tempo.co