SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku sudah memperhitungkan tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Kemenhub melakukan dua perhitungan, angka rekomendasi refleksi dari investasi dan beban bunga (angka keekonomian); kedua harga pasar. Berdasarkan perhitungan Kemenhub tersebut, dengan capital injection (suntikan modal), harga tiket sepur kilat itu kemungkinan antara Rp 250-300 ribu.
Mengutip tempo.co, guru besar transportasi dari Universitas Indonesia Sutanto Soehodho menanggapi pernyataan Budi Karya. Sutanto menjelaskan tarif keekonomian sesungguhnya dapat didasari pada daya beli konsumen atau penumpang berbasis pada analisis kemampuan membayar dan kemauan membayar. Kemudian dibandingkan dengan real cost (biaya kenyataan) dari penyedia jasa berbasis pada biaya-biaya investasi, operasi, dan perawatan.
“Perbandingan yang memberikan gambaran selisih nilai real cost dan daya beli yang perlu dengan disubsidi,” ujar Sutanto pada Senin, 14 Agustus 2023.
Namun, dia melanjutkan, mengisi selisih biaya itu membutuhkan kajian luas. Khususnya terkait sejauh mana KCJB dapat memberi manfaat secara langsung atau tidak kepada sektor lain di luar KCJB sendiri. Misalnya, Sutanto mencontohkan, apakah dengan semakin banyak masyarakat menggunakan KCJB dapat memberi manfaat kepada pemerintah dalam bentuk pengurangan subsidi bahan bakar atau energi. Termasuk pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Batal 18 Agustus, Uji Coba Gratis Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jadi 1 September
“Jadi tarif keekonomian memang harus diturunkan melalui berbagai aspek yang memberi manfaat terhadap berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,” tutur Sutanto. “Sehingga tarif keekonomian tidak merugikan operator. Sehingga sustainable dan tarif terjangkau oleh masyarakat luas.”
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan mendekati harga yang bisa dibayar oleh masyarakat. “Sehingga (soal tarif) tidak ada masalah,” ucap Budi Karya.
Dia menjelaskan, jika ternyata angka ekonominya tinggi sekali, pemerintah harus bisa membuat angka itu mendekati angka pasar. “Sudah diperhitungkan, dengan capital injection (suntikan modal), harganya antara Rp 250-300 ribu,” ujar Budi Karya.
Soal besaran subsidi yang disiapkan pemerintah, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wasal mengatakan pihaknya telah membahas mengenai itu. Namun, dia tidak bersedia mengungkapkan hasil pembahasannya. “Sudah (dibahas). Nanti saya jawab,” kata dia.
Dari estimasi harga keekonomian berdasarkan dokumen yang dilihat Tempo jika harga tiket diturunkan dari Rp 350 ribu menjadi Rp 250 ribu atau Rp 300 ribu, maka subsidi yang mesti diberikan bisa mencapai Rp 100 ribu per penumpang. Jika target penumpang adalah 31 ribu per hari maka nilai subsidi yang mesti disiapkan bisa mencapai Rp 1,1 triliun per tahun.
Sumber: Tempo.co