SUKABUMIUPDATE.com - Fakta di Sukabumi Jawa Barat. Sejak rokok pabrikan mahal gegara cukainya naik terus, penjual bako atau tembakau makin marak. Kaum udud (perokok) berat yang punya uang pas-pasang kini beralih melinting bako.
Permintaan linting bako makin tinggi, salah satunya terjadi di toko tembakau yang berada di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Toko ini selalu ramai pembeli, mirip warung rokok yang juga jarang sepi konsumen.
”Bagi saya, dengan tembakau linting, biaya satu bulan untuk rokok hanya Rp 260 ribu. Jauh lebih murah dari membeli rokok kemasan, yang bisa menghabiskan duit Rp 900 ribu per bulan,” jelas Rio, pemuda cibadak yang sejak beberapa bulan terakhir beralih menjadi penikmat tembakau linting.
Baca Juga: Dispar Soal Kios Cinderamata Geopark di Pantai Karanghawu Sukabumi yang Tak Terawat
Karena bako mania kelas berat, Rio pun direkrut menjadi pegawai toko tembakau tersebut. Sambil melinting bako, Rio menjelaskan hitung-hitungan kenapa kebiasaan baru ini lebih murah alias hemat dibandingkan rokok pabrikan.
“Tembakau linting membantu perokok berat seperti saya menghemat pengeluaran,” ucapnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu 1 Februari 2023.
Menurut Rio, ada perbedaan rasa rokok pabrikan dan tembakau linting, namun dia tidak terlalu peduli. “Nu penting mah ngebul we kang. Dah sama we nu diisap asap dari tembakau yang dibakar,” bebernya.
Baca Juga: Arab Saudi Terbitkan Visa Transit 4 Hari, Kemenag: Bisa untuk Umrah dan Ziarah
Tembakau linting di tokonya bekerja dijual dengan harga Rp 21.000 sampai Rp 25.000 per 100 gram, tergantung merk dan jenis. 100 gram tembakau ini untuk ukuran kaum udud kaliber berat seperti Rio, habis dalam waktu 3 - 4 hari.
“Kalau dari ukuran berat 100 gram tembakau sama dengan 5-6 bungkus rokok filter besar. Kalau rokok filter ukuran kecil bisa 7-8 bungkus,” ungkap Rio.
Jika 100 gram tembakau untuk 3 atau 4 hari, lanjut Rio dalam satu bulan biaya merokok hanya Rp 250 hingga Rp 260 ribu saja kurang lebih.
Baca Juga: Gratis untuk 500 Warga Kota Sukabumi! Jadi Pelanggan Baru Perumdam TBW
“Jelas lebih hemat dibandingkan rokok pabrikan dengan harga per bungkus paling murah sekarang itu Rp 10 ribu atau Rp 15 ribu jenis kretek, dan Rp 20 ribu atau Rp 30 ribu jenis filter. Sebulan habis berapa bungkus?, biasanya sebungkus per hari. Kalau saya dulu bisa habis Rp 900 ribu per bulan dari rokok pabrikan,” lanjut Rio.
Dengan hitung-hitungan cepat ala Rio, ditambah pembeli yang makin ramai di toko tembakaunya, membuktikan gaya merokok kaum udud kategori berat, sudah banyak yang beralih ke linting bako.
“Per hari omset disini Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu, kurang lebih,” sambungnya.
Baca Juga: Lestarikan Budaya, Disbudpora Sukabumi Dukung Event Hari Nelayan Palabuhanratu
Ini karena tembakau sekarang itu dijual dengan ragam dan varian rasa serta kualitas. Penikmatnya lanjut Rio, bisa memilih mau yang mirip rokok A,B, C atau ingin aroma buah-buahan juga ada.
“Kertas papirnya beragam, yang mirip kertas rokok banyak. Alat lintingnya makin kualitas dan murah. Ada yang bisa melinting padat seperti rokok pabrikan. Wajar jika perokok seperti saya ini, sekarang rela linting tembakau,” tegas Rio.
Reporter: Restu (Magang)