SUKABUMIUPDATE.com - Tukang gorengan di Sukabumi bingung ditengah isu rencana kenaikan harga minyak goreng alias migor. Pasca ‘ledakan’ harga migor sebelumnya, saat ini sulit mencapai gorengan yang harganya dibawah seribu rupiah.
Ini diungkap oleh Sepyono (57 tahun) penjual gorengan pinggir jalan yang biasa mangkal di depan SDN Rambay, Desa Sukamanah Cisaat Kabupaten Sukabumi. “Naik yang dulu saja dampaknya pada pembeli kami berkurang. Kalau minyak goreng naik lagi, ini gorengan kami mau jual berapa?” ucapnya kepada sukabumiupdate.com, Kamis (27/1/2023).
Masalahnya beber Sepyono, tak hanya minyak goreng yang naik. Harga bahan lainnya biasanya ikut naik, sedangkan para pembelinya dari kalangan terbatas.
“Pembeli saya itu ya siswa sd ini, warga yang lewat atau warga sekitar sini. Berapa sih uang jajan anak SD, piraku kudu ngajual 2 rebu per biji gorengan, siapa yang mau beli?” lanjutnya.
Ia kemudian bercerita bahwa kenaikan harga pangan sebelumnya, sudah membuat ia terpaksa menjual gorengan lebih mahal dari biasanya.
"Dulu saya terpaksa kudu menaikan harga gorengan. Dari Rp 500 ke Rp 1.000 per biji. Mulai awal Januari 2023 jadi Rp 1.250 per biji,” ungkap Sepyono.
Baca Juga: Putus Sekolah dan Jual Gorengan, Kini Remaja Sukabumi Ini Bercita-cita Jadi Polwan
Ini karena harga sayuran seperti kol naik dari Rp 7 ribu jadi Rp 10 ribu per kg, wortel naik dari RP 8 ribu jadi Rp 15 ribu per kg, bihun dari Rp 6 ribu jadi Rp 7.500, Aci atau tepung dari Rp 7 ribu jadi 10 ribu per kg.
“Minyak goreng juga naik, susah turun. Setiap hari saya pakai 2 liter untuk gorengan. sayuran 5 kg wortel dan kol, bihun 4 pack, Aci 3 kg,” bebernya.
Menaikan dari harga Rp 1.000 jadi Rp 1.250 sudah dipertimbangkan Sepyono dengan matang. Dia khawatir jika lebih dari itu pembeli menghilang.
“Di naikan harga segitu saja kadang suka ada aja yang nawar minta harga Rp 1.000,” ucap pria bernama lengkap Ujang Sepyono sambil tersenyum.
Dengan harga baru, pendapatan Sepyono jika ramai pembeli bisa mencapai Rp 400 ribu per hari, jika sepi pendapatan Rp 200 ribu. “Awal awal naik harga nggak banyak yang beli, nama jualan kadang naik turun,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, adanya rencana kenaikan kembali harga minyak goreng diungkap Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika. Ia menyebut harga minyak goreng berpotensi melambung, dan meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk segera melakukan langkah-langkah terbaik.
Baca Juga: Sambal hingga Gorengan, KWRI: Orang Indonesia Tidak Bisa Hidup Tanpa 5 Makanan Ini!
Pria yang akrab disapa Yeka ini menyebut sempat bertemu salah satu pejabat Kemendag yang mengatakan harga minyak goreng mau naik lagi. "Saya bilang 'Pak, tolong kalau bisa bereaksi cepat, belajar dari pengalaman masa lalu," tuturnya dikutip dari tempo.co.
Sementara itu, Inspektur Jenderal Kemendag Didid Noordiatmoko menanggapi hal tersebut. Menurutnya, harga minyak goreng yang melambung pada 2022 sudah kembali ke normal sekarang, meski di beberapa tempat sudah naik kembali.
"Karena tadi mekanisme DMO (domestic market obligation), DPO (domestic price obligation) ini ternyata tidak sempurna betul, bisa menyelesaikan persoalan masa itu, tapi secara jangka panjang ini bukan penyelesaian yang sifatnya mendasar. Tentu akan kami perbaiki terus-menerus," kata Didid dalam acara yang sama.
Didid melanjutkan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam rapat kerja Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) secara khusus meminta CPO dimasukkan pada bursa sehingga Indonesia nanti akan memiliki price reference CPO atau minyak sawit mentah.
Sampai saat ini, kata dia, Indonesia masih belum memiliki price reference CPO. Harga patokan ekspor CPO Indonesia berdasarkan harga Rotterdam dan Malaysia.
"Nah, dengan memasukkan CPO ke dalam bursa yang diharapkan adalah tata kelola CPO menjadi semakin membaik, harga lebih transparan sehingga semua pihak dapat diuntungkan, termasuk negara dalam hal ini pajak," tutur Didid.
Reporter: Restu (Magang)