SUKABUMIUPDATE.com - Warung nasi tradisional yang menawarkan berbagai menu masakan nusantara khususnya sunda kini makin terancam. Di Sukabumi mereka harus bersaing dengan serbuan industri kuliner cepat saji yang menawarkan paket nasi ayam dengan harga murah, Rp 10 ribu.
Persaingan ketat di usaha kuliner masakan ini membuat sejumlah pengusaha warung nasi di Sukabumi mulai ketar-ketir. Dua tahun diterjang pandemi covid-19, ditambah dengan keberadaan usaha rumah makan yang menawarkan paket murah, dan industri cepat saji jalanan, membuat usaha mereka terancam.
Ini diungkap oleh pasangan Dani dan Rohimah, pemilik warung nasi sunda, di Pasar Cisaat Kabupaten Sukabumi. Usaha yang sudah dilakoni sejak 2019 ini terus mengalami penurunan omset.
Baca Juga: Harga Telur Naik, Pedagang Warung Nasi di Sukabumi Khawatir Gulung Tikar
“Dulu awal buka omset bisa Rp 1 juta per hari. Sekarang dapat Rp 200 ribu aja susah,” jelas Rohimah kepada sukabumiupdate.com, Kamis (19/1/2023)
Ia kemudian bercerita bahwa penurunan omset ini mulai dirasakan sejak pandemi covid-19 yang melakukan pembatasan kegiatan masyarakat. Selama dua tahun lebih pandemi, usaha Rohimah dan suami ini bisa bertahan, walaupun harus mengalami kerugian.
Pasca pandemi, mereka berharap perekonomian membaik. Namun tetiba bahan pokok mengalami kenaikan harga, yang memaksa mereka harus menaikan modal usaha.
Baca Juga: Resep Ayam Goreng Tepung, Tak Kalah Renyah dari Restoran Cepat Saji
Namun disisi lainnya mereka harus berhadapan dengan persaingan ketat sesama usaha makanan dan masakan. Namun yang dihadapi perusahaan dengan modal besar yang membuka banyak cabang gerai cepat saji jalanan, dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 12 Ribu untuk paket nasi ayam.
“Sekarang bahan baku naik. beras Rp 300 ribu sekarung, ikan mas yang tadinya Rp 25 ribu per sekarang jadi Rp 31 ribu. Kami hanya bisa menjual paket Rp 12 ribu hingga Rp 17 ribu,” lanjut Rohimah.
Baca Juga: Kenapa Logo Makanan Cepat Saji Berwarna Merah dan Kuning? Ini Maksudnya
Belum lagi harus menabung untuk membayar sewa Rp 1,2 juta perbulan. Menunaikan kewajiban retribusi dagang yang mencapai Rp 360 ribu per bulan, mencakup parkir, keamanan, iuran pedagang dan lainnya.
“Masih ada yang suka dengan warung nasi tradisional, mungkin karena bisa memilih menu sesuai selera dan kantongnya. Jadi sekarang dapet untuk makan sehari-hari juga sudah alhamdulilah,”
Rohimah dan suami harus mempertahankan usaha yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan keluarga ini. Membiayai kebutuhan keluarga, termasuk untuk pendidikan kedua anaknya yang masih duduk di bangku kelas 4 dan kelas 6 sekolah dasar.
Reporter: Restu (Magang)