SUKABUMIUPDATE.com - Usai pandemi mereda dengan dibuktikan nya pencabutan kebijakan PPKM, Indonesia disuguhkan dengan berbagai fenomena menarik.
Salah satunya, anak muda sekarang yang cenderung lebih betah dirumah daripada harus pergi ke kantor.
Sontak, Sri Mulyani heran dan memberi komentar soal hal tersebut yang sedikit banyak menyinggung soal faktor pemicu inflasi.
Mengutip Tempo.co, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengaku tak habis pikir mengapa anak muda sekarang tidak suka pergi ke kantor meski pandemi Covid-19 sudah mereda.
Baca Juga: Inflasi Kota Sukabumi Meningkat, Transportasi Masuk Top 3 Pengeluaran Tertinggi
Menkeu RI ini juga mendapat cerita saat berkunjung ke kantor pusat perusahaan finansial dan media Bloomberg di Amerika Serikat bahwa ada kesenjangan generasi, di mana ada generasi yang lebih merasa nyaman di rumah ibunya.
“Waktu saya di Amerika ketemu sama Bloomberg dan mengatakan saya enggak ngerti kenapa anak-anak muda sekarang itu enggak suka pergi ke kantor, mereka lebih suka di rumah ibunya. Ternyata enggak semuanya kembali secara smooth dan lancar,” ujar Sri Mulyani di acara CEO Banking Forum yang digelar virtual pada Senin, 9 Januari 2023.
Pasalnya, menurut Sri Mulyani, ternyata manusia itu tidak bisa seperti listrik, ada on and off. Sehingga saat pandemi usai dan aktivitas mulai berjalan, tapi supply side-nya belum ada. Dia mencontohkan, restoran dibuka, tapi tidak mudah mencari pelayan restoran tersebut.
Baca Juga: Soal Alasan Mendesak Perpu No 2/2022 Terbit: Ancaman Stagflasi, Inflasi dan Resesi
Ia lalu memberi contoh lain, pembukaan toko tidak dibarengi dengan kecukupan jumlah penjaga toko. Bahkan, kata dia, barangnya masih ada di Amerika, Eropa, Asia, termasuk di Tanjung Priok karena 3 tahun tidak terjadi traffic demand. Kemudian ada pula yang sudah sampai di pelabuhan tapi tidak ada sopir truk mau mengangkutnya.
“Karena mereka hanya mau menyopiri kalau dibayar lebih mahal. 'Jadi kalau kamu pengen, saya keluar dari hibernated, bayar saya lebih tinggi, itu memicu inflasi.' Upah harus dinaikkan untuk menarik orang keluar dari kandangnya dan itu memicu tadi jumlah barang jumlah permintaan jumlah servicess yang meningkat,” ucap Sri Mulyani.
Hal ini berarti, para anak muda berani pergi ke kantor dan keluar dari zona nyaman jika ada harga sebanding yang bisa dibayar.
Padahal, kata dia, dunia berharap di tahun ketiga pandemi, pemulihan berjalan dengan lancar dan kuat meski tidak seluruhnya. Namun, yang terjadi adalah sesudah tiga tahun diterjang virus, manusia hibernasi di ruangannya masing-masing, lalu kantor menjadi tempat yang tidak familiar bagi mereka.
“You need to adjust again,” ucap dia.
Baca Juga: 6 Strategi Pencapaian Target Inklusi 90% Tahun 2024, Cocokologi Ramalan Jayabaya?
Fenomena itu, menurut Menkeu, terjadi di negara maju. Dan para pengambil keputusan terkejut dengan situasi tersebut. Bahkan pada tahun 2022 lebih dari 425 basis poin kenaikan suku bunga di Amerika Serikat terjadi hanya dalam waktu satu tahun.
“The fastest and highest in the history of America. Tingginya inflasi tertinggi adalah tahun 1970 waktu itu inflasi di Amerika pernah mencapai 20 persen inflasi di Amerika mungkin enggak pernah dibayangkan oleh Anda,” kata Sri Mulyani.
Saat itu, Sri Mulyani menambahkan, Gubernur The Fed Paul Volcker pernah sangat dingin dan tegas menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. Saat itu Amerika Serikat mengalami resesi. Selain itu, juga terjadi beberapa kali perang di Timur Tengah pada kurun waktu tahun 1970-1980.
Lebih jauh Sri Mulyani berpesan kepada para bankir akan sering kalinya sejarah kembali terjadi meskipun inflasi sudah menjadi makanan sehari-hari.
“Belajar dari sejarah, penting untuk kita mengetahui. Terkadang mobil serinya sudah berbeda seri 1-11, tapi seri 11 itu berasal dari seri 1. Jadi harus memahami seri 1 supaya tahu playbook dan textbook supaya kita juga kemudian familiar,” tutur Menteri Keuangan, dikutip Rabu (11/1/2023).
Sumber : Tempo.co