SUKABUMIUPDATE.com - Kementerian Investasi mengungkapkan pencapaian investasi Jawa Barat pada triwulan kedua 2022 lebih unggul dari DKI Jakarta. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebutkan penanaman modal asing atau PMA Jawa Barat senilai US$ 2,9 miliar. Sedangkan PMA di DKI Jakarta sebesar US$ 2,1 miliar.
“Peningkatan angka realisasi investasi pada triwulan II tahun 2022 sebesar 7,0 persen. Ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diprediksi sejumlah pengamat ekonomi akan lebih dari 5 persen," ujar Bahlil di kantor Kementerian Investasi, Jakarta pada Rabu, 20 Juli 2022.
Adapun PMA pada triwulan kedua sebesar Rp 163,2 triliun atau sebanyak 54 persen dari seluruh realisasi investasi. Angka tersebut meningkat sebesar 32,0 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun 2021. Sedangkan pada semester satu atau periode Januari-Juni, PMA mencapai Rp 310,4 triliun atau 53,1 persen. Secara year or year angka itu naik 35,8 persen.
Sedangkan realisasi investasi secara keseluruhan, termasuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada triwulan kedua mencapai mencapai Rp302,2 triliun atau meningkat sebesar 7,0 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya. Secara kumulatif data realisasi investasi semester satu mencapai Rp584,6 triliun.
Lokasi investasi PMA paling banyak adalah Sulawesi Tengah. Nilainya mencapai US$ 3,4 miliar. Posisi selanjutnya diikuti oleh Jawa Barat dan Jakarta. Kemudian disusul oleh Maluku Utara dengan pencapaian investasi senilai US$ 2 milar dan Banten sebesar US$ 1,6 miliar.
Singapura adalah negara asing dengan penanaman modal paling tinggi di Indonesia pada triwulan kedua ini. Nilainya mencapai US$3,1 miliar atau sebesar 27,7 persen. Kemudian Republik Rakyat Tiongkok berkontribusi sebesar US$2,3 miliar atau sebanyak 20 persen. Lalu nilai kontribusi invastasi dari Hongkong RRT sebesar US$1,4 miliar atau 11,9 persen. Nilai investasi dari Jepang sebesar US$0,9 miliar atau sebanyak 8,1 persen, dan Amerika Serikat US$0,8 miliar atau 6,8 persen.
Sementara itu, realisasi investasi di luar Pulau Jawa lebih besar dibandingkan di Pulau Jawa. Di luar Jawa, penanaman modal mencapai Rp 157,1 triliun atau sebesar 52 persen. Jumlah tersebut secara year on year naik 38 persen. Sedangkan total penerimaan modal di Pulau Jawa sebesar Rp 145,1 triliun. Angka tersebut secara year on year juga naik 32,9 persen.
Menurut Bahlil, dengan jumlah penanaman modal triwulan kedua tersebut, ada 320.534 tenaga kerja yang terserap. Pada triwulan sebelumnya, jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 319.013 orang.
Sektor investasi yang paling menarik investor pada triwulan kedua menurutnya adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. Pada sektor tersebut, nilai investasinya mencapai Rp 48,2 triliun atau sebesar 15,9 persen dari seluruh penanaman modal. Kemudian disusul sektor industri pertambangan senilai Rp 33 triliun atau 10,9 persen.
Sedangkan investasi di sektor perumahan, kawasan perindustrian, dan perkantoran nilainya mencapai Rp 26,7 triliun atau 8,8 persen. Pada sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi, investasinya mencapai Rp 25,6 triliun atau sebesar 8,5 persen. Kemudian sektor makanan menyumbang 7,4 persen investasi atau senilai Rp 22,4 triliun.
SUMBER: TEMPO.CO/RIANI SANUSI PUTRI