BALEWARGA - Kesulitan menjadi salah satu penghambat yang dirasakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajarannya, termasuk dalam mempelajari Bahasa Arab. Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama, karena itu ada beberapa siswa yang butuh waktu untuk memahami suatu pembelajaran tersebut.
Banyak faktor yang menghalangi manusia untuk menyesuaikan masalah yang dihadapinya. Kesulitan belajar merupakan salah satu gangguan yang menjadi satu atau lebih proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa dan lisan. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Belajar artinya suatu prose perkembangan siswa dalam melakukan tahapan pembelajaran tersebut dan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Namun, dalam prakteknya proses belajar mengajar ini tidak selalu berjalan dengan lancar, ada pula kesulitan-kesulitan yang menjadi penghambat efektivitas kegiatan pembelajaran tersebut.
Bahasa arab tidak bisa dipisahkan dengan umat islam karena sebagai Bahasa kitab suci al- Qur’an. Oleh sebab itu, pembelajaran Bahasa arab di Indonesia hamper dipastikan tujuannya adalah untuk mengkaji dan memperdalam ajaran islam melalui kitab-kitab berbahasa arab.
Selain pondok pesantren yang mempelajari dan memperdalam Bahasa arab, Bahasa arab juga diajarkan di sekolah formal mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Tetapi perbedaan pembelajaran Bahasa arab di sekolah formal itu tidak memperdalam Bahasa arabnya hanya saja mempelajari sebagaimana guru menerangkan.
Bahasa Arab masih sering dipandang oleh banyak masyarakat sebagai materi sulit dan rumit, padahal Bahasa arab mempunyai berbagai tingkatan kesulitan dan kemudahan yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran Bahasa arab ada empat keterampilan yang harus dimiliki yaitu, keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Dalam menguasai empat keterampilan berbahasa, sebagian ahli berasumsi bahwa kemampuan bahasa seseorang hanya ditentukan oleh tingkat penguasaan terhadap tata bahasa itu sendiri, yang mempercayai pendapat ini biasanya lebih didasarkan keniscayaan dalam penguasaan nahwu dan shorofnya. Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa tingkat kemampuan seseorang dipengaruhi oleh seberapa banyaknya dia menguasai kosa kata Bahasa arab.
Kesulitan yang dirasakan oleh siswa khususnya bagi siswa yang baru belajar Bahasa arab adalah tidak adanya dasar yang kuat di dalam mempelajarinya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya buku buku pelajaran yang beredar dan yang digunakan oleh pesantren dan madrasah sangatlah berbeda jauh.
Sebagaimana buku-buku pelajaran yang digunakan di kalangan pesantren kebanyakan berasal dari negara arab, sedangkan buku-buku yang digunakan oleh madrasah adalah buku dari kemenag, berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan.
Dari penjelasan diatas, ditarik benang merah bahwa orang indonesia yang besar minatnya untuk mempelajari Bahasa arab pasti banyak menemui kesulitan atau problematika kebahasaan, baik bersifat linguistic maupun bersifat non linguistic. Banyak perbedaan kesulitan, baik dialami oleh pelajar pesantren dan madrasah.
Kesulitan yang dirasakan oleh siswa madrasah yaitu tata bunyi sebagai aspek dasar untuk mencapai kemahiran menyimak dan kecakapan dan belajar bahasa arab, karena metode pembelajaran di Indonesia ini hanya fokus agar siswanya bisa menulis dan membaca bahasa arab saja. Banyak siswa yang kurang paham keterampilan mendengar, karena kurang diajarkan untuk mendengar dengan baik.
Dan seiring berjalannya waktu kemahiran menyimak dan berbicara ini menjadi titik kelemahan yang tidak diajarkan oleh banyak madrasah di Indonesia. Dengan kurangnya aspek tata bunyi ini mengakibatkan banyak masalah lainnya. Contoh dalam mengucapkan mufrodat atau kosa kata yang masih salah dalam pelafalan yang disebutkan dan kurang cepat memahami apa yang dibicarakan oleh orang lain.
Kesulitan berikutnya adalah tata kalimat. Tata kalimat dalam bahasa Arab dengan bahasa Indonesia tentulah berbeda. Hal ini tidak terlepas dari pengetahuan ilmu nahwu dan shorof dalam bahasa Arab, yang mana untuk memberikan pemahaman bagaimana cara membaca dan menyusun kalimat yang benar sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
Sehingga kesulitan yang dialami oleh pelajar Madrasah Aliyah makin kompleks. Salah satu faktornya, latar belakang pendidikan sebelumnya para siswa yang berbeda-beda, bisa jadi di pendidikan sebelumnya tidak pernah belajar Bahasa Arab.
Dalam kondisi ini, saat masuk ke Madrasah Aliyah yang ada pelajaran bahasa arab, mereka baru mengenalnya sedikit demi sedikit. Kemampuan siswa-siswi dalam pembelajaran bahasa arab akan sangat beragam, mulai dari kesulitan membaca, menulis, ataupun memahami materi yang diberikan oleh guru.
Menghafal mufrodat atau kosa kata bahasa arab akan jadi tantangan tersendiri untuk pelajar madrasah. Tulisan bahasa Arab yang rumit membuat siswa yang belum lancar membaca, butuh waktu lebih lama untuk paham dan menghafalkan kosa kata tersebut.
Sulit menghafal kosakata saat guru memberikan al-hiwar kepada siswa. Ucapan-ucapan yang mudah dikenal dan mudah diucapkan tetap membingungkan untuk para murid yang baru mengenal bahasa arab.
Kesulitan memahami materi yang disampaikan oleh guru, dalam konteks ini, akan berpengaruh pada tingkat paham dengan materi yang diberikan. Bahasa arab menjadi sangat sulit bagi yang baru mempelajarinya. Dilanjut dengan kesulitan siswa dalam grammar atau qawaid nahwu, karena belum bisa menentukan bagian kata mana yang termasuk ke dalam isim, fi’il madhi, fi’il mudhori, fi’il amr, huruf, mubtada, khabar, idhofah, na’at man’ut, dan masih banyak lagi.
Siswa merasa kesulitan saat berbicara Bahasa Arab, padahal tujuan belajar Bahasa Arab agar para siswa mampu berbahasa Arab. Kenyataannya banyak siswa yang masih belum lancar dalam berbicara Bahasa Arab dikarenakan kekurangan kosakata atau mufrodat yang dimiliki.
Kesulitan dalam mengartikan Bahasa Arab pun menjadi salah satu problematika yang dihadapi, kurangnya pemahaman dan kurangnya hafalan mufrodat atau kosakata yang dimiliki oleh para siswa.
Terjadinya kesulitan yang dialami oleh para siswa-siswi di Madrasah Aliyah ini karena terbatasnya waktu yang diberikan dalam mengajar Bahasa arab, biasanya hanya berlangsung 2 atau 3 jam saja dalam seminggu. Kadangkala guru yang mengajarnya pun suka tidak terlalu menjelaskan tentang materi yang disampaikan, akibatnya banyak para siswa siswi yang masih belum mengerti materi tentang bahasa Arab.
Padahal untuk membuat para murid pandai dan mahir dalam belajar bahasa arab, baik membaca, menulis, berbicara, menerjemahkan, dan mendengarkan harus dibiasakan berkomunikasi dengan bahasa arab. Butuh waktu yang lama untuk memahaminya terkhususkan bagi siswa yang baru belajar Bahasa Arab.
Metode yang bisa digunakan para guru dalam mengatasi kesulitan ini dengan membiasakan siswa membaca teks Bahasa Arab. Setelah itu mengartikan arti setiap kata-kata dalam Bahasa Arab dan dihafal dengan tujuan untuk menambah kosa kata. Guru bisa mencoba memancing siswa untuk berbicara dengan menggunakan kosakata tersebut.
Metode selanjutnya dengan pemahaman struktur Bahasa Arab yang dilakukan lebih lama lagi dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran kontekstual seperti ini harus langsung dipraktekan agar para siswa dapat mengingat kosa kata dan tata kalimat yang telah dipelajari.
Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, dimana guru punya cara belajar baru atau inovasi agar siswa tidak bosan. Seperti menonton kartun berbahasa arab, dapat membantu para siswa cepat menghafal kosa kata.
Konsistensi serta kesabaran dalam kedua metode ini sangat penting karena belajar Bahasa tentunya kita harus konsisten dan mempunyai kesabaran yang cukup dalam menghadapi kesulitan. Kesulitan yang dirasakan oleh para siswa ini harus segera diatasi dengan berbagai metode pendekatan yang sistematis dan komprehensif.
Seperti memahami struktur bahasa, menerapkan pembelajaran, memanfaatkan teknologi, serta konsistensi dan sabar dalam belajar. Selain itu juga yang paling penting dalam belajar Bahasa Arab yaitu harus dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, agar kita tidak lupa dengan kosa kata yang sudah dimiliki dan mengerti qawaid nahwu yang sudah dipelajari.
* Penulis adalah Nabiilah an-Nasywaa, mahasiswa Bahasa Arab, UIN Jakarta asal Sukabumi. NIM : 11230120000019, kelas 1A