SUKABUMIUPDATE.com - Generasi Z (kelahiran 1990-2010) adalah generasi yang tumbuh di tengah perubahan politik dan ekonomi yang signifikan. Mereka adalah generasi yang mewakili masa depan Indonesia dan berhadapan dengan berbagai tantangan, termasuk yang terkait dengan kesehatan jiwa.
Di zaman digitalisasi ini lebih mudah untuk melihat tren, hal tersebut merupakan anugerah karena dapat dimanfaatkan dengan tujuan tertentu seperti guru untuk menyesuaikan cara mengajar, pedagang untuk menyesuaikan cara berdagang, terlebih politisi-politisi yang nyentrik bergaya kekinian seolah mewakili generasi milenial dan generasi z untuk meraih simpati.
Namun seringkali tingkah laku atau tampilan politisi hanya menipu dan kurang mengerti kebutuhan generasi kekinian. Salah satu yang sering terabaikan adalah masalah kesehatan jiwa. Sering kita temui di instagram, whatsapp, tiktok Gen Z membagikan keluhan-keluhan mengenai rapuhnya jiwa mereka.
Baca Juga: Milenial dan Gen Z Paling Banyak Ngutang, Tagihan Macet Pinjol Tembus Rp 5 Triliun
Politisi membuat Gen Z yang tak sadar politik ternyata mempengaruhi kesehatan jiwanya itu muak akan politik. Walaupun masalah jiwa merupakan hal yang sering menjadi perbincangan dalam Gen Z, mereka sepertinya tidak sadar bahwa politik dan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kesehatan jiwanya.
Kesehatan jiwa adalah harta yang tak ternilai. Bagi banyak orang, ini adalah aspek penting dari kesejahteraan mereka yang seringkali terabaikan. Namun, kita perlu mengenali bahwa kesehatan jiwa kita tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor individual, tetapi juga oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi kita.
Indonesia, dengan keragaman budayanya dan dinamika politik serta ekonominya, menawarkan wawasan yang menarik tentang bagaimana faktor-faktor ini memengaruhi kesehatan jiwa masyarakatnya.
Politik yang berubah-ubah di Indonesia seringkali menciptakan ketidakpastian dan stres. Perubahan dalam pemerintahan atau kebijakan politik dapat mempengaruhi alokasi anggaran untuk layanan kesehatan jiwa dan peraturan yang memengaruhi akses terhadap perawatan. Tidak jarang, kita menyaksikan dampaknya pada perawatan kesehatan jiwa masyarakat.
Penelitian global, seperti yang diungkapkan dalam "The Politics of Mental Health Care: A Comparative Study," menunjukkan bahwa faktor politik dapat berperan penting dalam perawatan kesehatan jiwa. Namun, Indonesia memiliki konteks politik yang unik. Transisi menuju demokrasi yang lebih kuat telah membawa perubahan dalam prioritas pemerintah terkait kesehatan jiwa. Sementara upaya telah dilakukan untuk meningkatkan perawatan kesehatan jiwa, ada kebutuhan untuk terus memperkuat sistem ini dalam konteks perubahan politik yang terus berlanjut.
Di sisi lain, ekonomi adalah faktor kunci dalam memahami kesehatan jiwa masyarakat. Ketidaksetaraan ekonomi yang masih ada di Indonesia berdampak pada kesehatan jiwa individu. Mereka dengan sumber daya ekonomi yang terbatas sering menghadapi stres finansial, yang dapat memicu gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan dan depresi.
Pandemi COVID-19 telah mengungkapkan kerentanan sistem kesehatan jiwa kita. Terbatasnya akses ke layanan kesehatan jiwa yang terjangkau adalah masalah yang perlu diperhatikan lebih serius.
Pandangan pribadi saya adalah bahwa kita harus memahami betapa pentingnya menciptakan lingkungan politik yang mendukung perawatan kesehatan jiwa dan mengurangi ketidaksetaraan ekonomi yang dapat memicu stres finansial. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa setiap warga Indonesia memiliki akses terhadap perawatan kesehatan jiwa yang berkualitas dan terjangkau.
Jika dilihat faktanya hari ini masih jauh untuk berbicara bahwa kebijakan publik mampu mengatasi kesehatan jiwa masyarakat, wajar jika Gen Z banyak mengeluh. Lihat saja bagaimana aturan yang ada di Indonesia sebagai payung hukum yang dapat membantu kesehatan jiwa belum menyeluruh, secara nasional hanya dua provinsi yang memiliki perda kesehatan jiwa yaitu Provinsi Jawa Barat dan Yogyakarta, itupun belum diturunkan ke setiap kota/kabupaten. Akibatnya hari ini jika Gen Z ingin mendapatkan akses layanan kesehatan jiwa itu sulit karena biayanya cenderung tidak terjangkau.
Sebenarnya ini menjadi sebuah tantangan bagi politisi di tahun politik dapatkah meraih hati Gen Z yang antipati terhadap politik.
Penulis: Fazrin Fadhillah (Founder Sahabat Jiwa Sukabumi)