SUKABUMIUPDATE.com - Ketahanan pangan harus menjadi resolusi 2023 seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah dan swasta harus lebih kuat lagi menjadi ketahanan pangan mengingat tahun depan diprediksi bakal terjadi resesi ekonomi.
Hal tersebut dikatakan banyak pengamat ekonomi nasional maupun dunia peluang terjadi resesi ekonomi atau juga resesi global yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Adapun faktor yang disebut-sebut menjadi pemicu hal itu ialah perang Rusia dan Ukraina, serta juga faktor iklim yang menerpa sejumlah belahan dunia. Iklim inilah yang akan mengubah ekosistem perekonomian, terlebih di negara-negara yang memiliki empat musim. Kondisi tersebut jelas memicu keterbatasan produksi sektor pangan.
Khusus untuk Indonesia, sebagai negara agraris, diuntungkan dengan dua musim yang bisa digunakan untuk menanam di sepanjang musim; baik penghujan maupun kemarau. Nah di sini menjadi satu momentum untuk Indonesia pada 2023 menjadi satu jalan keluar agar Indonesia harus fokus. Intinya, bersama-sama seluruh stakeholder; pemerintah dan masyarakat harus fokus di sektor pangan.
Ini menjadi satu peluang sangat besar untuk Indonesia. Analisa sederhana adalah penduduk dunia seperti diproyeksikan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mencapai delapan miliar hingga awal tahun depan. Mereka tentulah membutuhkan pangan. Dua musim dan kemudahan bercocok tanam merupakan kunci sekaligus kemudahan untuk Indonesia memainkan distribusi atau menjual hasil pangan. Itu karena dunia sangat membutuhkan pangan.
Hanya saja yang perlu diperhatikan ialah pola standardisasi kualitas maupun standardisasi produktivitas. Berkaitan dengan hal tersebut Bidang Pertanian, Peternakan, dan Kemandirian Desa DPP Partai NasDem memiliki solusi meningkatkan produktivitas maupun kualitas. Hal itu menjadi syarat mutlak agar pangan produksi Indonesia bisa diterima di mancanegara.
Produktivitas dan kualitas budi daya pangan ini sudah kita rintis sejak 2017 dan di 2023 masuk tahun keenam. Sesungguhnya kita sudah bisa memproduksi pangan dengan standar kualitas yang bisa diterima mancanegara. Selain itu juga standar produktivitas untuk peningkatan pendapatan para pengusaha atau pada petani. Ada ruang yang sangat terbuka untuk menjadi satu solusi.
Sudah selayaknya seluruh stakeholder fokus membidik persoalan pangan ini. Ancaman di depan tak bisa dianggap remeh dan bila kita terlambat mengantisipasinya, akan merugikan bangsa ini secara keseluruhan. Siapapun yang menginisiasi program ini sebaiknya didukung oleh seluruh pihak yang berkepentingan.
Kita tidak kekurangan infrastruktur. Kita juga tak kekurangan sumber daya. Ketika kami sudah memulai dengan skala kecil seperti budidaya padi, jagung, kedelai, dan buah-buahan ternyata hasilnya sungguh luar biasa. Bayangkan kalau kemudian hal itu bisa dilakukan dalam skala yang lebih luas lagi. Membangun ekosistem pertanian bukan cuma kencang di ruang-ruang diskusi tanpa implementasi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Penulis: Ayep Zaki